'Oh, jadi namanya Elang.'ujar Nana dalam hatinya.
Ia tidak sengaja mendengar percakapan tersebut sebelum keluar ruangan. Ternyata nama lelaki tersebut adalah Elang, siswa kelas 11 IPA 2 yang berarti kelas yang berada di sebelahnya.
Tak sengaja tatapan mata Nana beradu dengannya, aroma persaingan begitu terasa.
"Gue harap besok adalah pertemuan terakhir kita, atau lo ha-"
"Atau gue harus mewakilkan kompetisi itu, sedangkan lo harus meratapi nasib."potong Nana.
Elang menatap Nana, perkataan wanita di hadapannya sangat menohok. Elang berharap semoga saja, Nana tidak seperti pepatah 'Tong kosong nyaring bunyinya'.
Nana pergi begitu saja meninggalkan Elang yang terlihat kesal. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dan peluang emas ini.
...•••••••••••...
"Serius banget Na."goda Diaz yang tiba-tiba datang ke kamar Nana.
Nana hanya melihat kakaknya sekilas, kemudian ia melanjutkan kembali mengkaji soal-soal untuk melatih kemampuannya.
Nauval mengetuk pintu kamar adiknya, ia melihat Diaz yang kini menggoda Nana dan Nana yang fokus mengerjakan tumpukan soal-soal tanpa menghiraukan Diaz.
"Gue ganteng ya Na."puji Diaz ke diri sendiri.
Kini Diaz berdiri di kaca hias miliknya, "Kalo lagi ngaca gini gue mirip artis korea ya."
Nana menutup bukunya, penyakit Diaz sepertinya kumat. Kalau sudah seperti ini Nana tidak akan kuat lagi mendengar semua ocehannya.
"Apa gue mirip Joen Jung-kook atau mirip Park Ji-min ataupun Suga?"tanya Diaz.
"Nggak mirip semuanya,"jawab Nana.
"Masa seganteng ini nggak mirip?"tanya Diaz tidak percaya.
"Ada yang mirip sama lo,"sahut Nauval.
"Siapa?"tanya Nana dan Diaz serempak.
"Mas-mas tukang jualan sayur di depan komplek rumah."jawab Nauval.
Nana tersenyum sedangkan Diaz menggerutu. Enak saja ia di miripkan oleh tukang sayur depan komplek, itu akan merusak citranya.
"Mama kemana?"tanya Nana.
Sebenarnya itu pertanyaan yang sejak tadi ingin Nana tanyakan. Sudah beberapa hari ini ia tidak melihat Mamanya, mungkin hanya sesekali.
Semenjak keluarga mereka datang ke kota ini, Citra-Mamanya jarang sekali di rumah. Bahkan ketika malam tiba pun Citra tidak ada di rumah, ia paling hanya mengabari Nana sesekali sisanya tidak.
"Mama lagi liburan ke Australia,"jawab Nauval.
"Liburan? Kok gue baru tau?"tanya Nana.
"Hmmm, Mama butuh me time. Lo tau kan gimana terpukulnya Mama saat Papa meninggal? Separuh jiwanya seolah ilang, jadi mau nggak mau gue izinin Mama pergi liburan."jawab Nauval.
Kali ini Nana mengerti, Citra memang butuh banyak waktu untuk move on. Kepergian Papanya meninggal duka dalam hidupnya.
"Sekarang lo fokus dulu sama kompetisi ini. Jangan mikirin macem-macem, karena ini adalah kesempatan emas buat lo. Universitas impian lo bakal menanti di sana, semangat ya!"kata Nauval.
Senyum Nana mengembang semangat Nauval mampu membuatnya lebih semangat kali ini.
"Semangat Nana. Go Nana, go Nana, go! Lo harus pintar kayak gue, jangan kayak Kak Nauval."kata Diaz.
Nauval segera menjitak Diaz yang menyebalkan. Diaz selalu mengejek Nauval dan membandingkan dengan dirinya.
Nana kembali menatap bukunya yang tadi sempat ia tutup, kali ini Nana harus bersungguh-sungguh menggenapi ambisinya. Ia berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Lanjut?
Sesengit itukah persaingan Nana dengan lelaki bernama Elang itu?
Saya harap kalian selalu mendukung cerita ini ya. Jangan lupa vote dan komentar, terima kasih.
YOU ARE READING
PERFEKSIONIS [ On Going ]
Teen FictionBagaimana jika 2 orang yang memiliki sifat perfeksionis di pertemukan? Tapi ingat hanya di pertemukan tidak untuk di persatukan. Namanya Nasya Aletta Wardana sering di panggil Nana. Perempuan dingin yang gila akan kesempurnaan bertemu dengan lelaki...
![PERFEKSIONIS [ On Going ]](https://img.wattpad.com/cover/331305467-64-k801484.jpg)