Prolog.

47 7 0
                                    

Malam itu terasa begitu dingin, entah pertanda apa. Sang puan kini sibuk berkutat dengan benda berbentuk persegi panjang. Malam ini, adalah malam yang menurut nya begitu sunyi. Hanya ada suara ketukan keyboard dan dentuman musik untuk menemani sang puan mengerjarkan tugas yang nampaknya membuat dirinya agak kesal. 

If it rains tonight, I have no idea what i shoud do. Your sharp eyes extremely remind me of many things. If we meet again, will you remember me?

"Did he know me that time?" dia berspekulasi sedimikian kala sembari memikirkan bagaimana tugas ini akan selesai. Pikiran nya penuh dengan pertanyaan yang mungkin seharusnya tidak menyumbat di otak nya kala itu. 

"Nggak tau, deh, pusing kalo dipikirin. Besok Senin dan ini tugas gue kenapa nggak kelar-kelar?" keluhnya, saking merasa lelahnya. 

Kala itu dia mengingat bagaimana ia bertemu dengan sang tuan di salah satu kedai secara tidak sengaja. Badan nya tegap bak pohon yang begitu kokoh dan begitu pula manik mata nya yang memancarkan bagaimana tegasnya sang tuan. Bukan kagum apalagi suka-- satu hal yang membuatnya sebegitu penasaran nya adalah bagaimana manik legam itu menyorot lawan bicara nya dengan tangguh. Dibilang terkesima-- mungkin hanya sedikit.

Terlalu hanyut dalam pikiran nya hingga dia tak sadar bahwa kini sudah memasuki pukul dua pagi dini hari. Sibuk bergutat dengan pikiran dan tugasnya hingga dia melupakan bahwa hari ini adalah hari Senin. Hari yang paling ia benci. Cuaca panas yang meradang membuat dirinya merasa bahwa apa dunia sepanas itu akhir-akhir ini.

"MYRELLIE...." terdengar teriakan yang begitu kencang, suara bass itu menggelegar panjang menusuk gendang telinga sang puan. Sempat berpikir bahwa dunia tidak adil pada nya karena ia baru saja terlelap namun sudah ada makhluk yang menganggu ia di pagi hari. 

Akhirnya dia memutuskan untuk bangun dan sedikit mengusap manik nya, agak terasa perih namun apa boleh buat. "Sekali aja gue bolos bisa nggak, ya?"

Dia adalah Myrellie Cashipia Khytheia. Nama yang begitu indah sama seperti paras cantik nya. Siswi kelas 11 yang kini berlabuh di SMA Internasional Harapan Bangsa atau singkatnya SMA Harbang. Menyukai hal-hal berbau putih hingga semua barang di kamar nya terlihar minimalis dengan dekorasi yang didominasi dengan warna putih. Kini wanita itu sedang mempersiapkan dirinya untuk mencari ilmu. Seragam itu terlihat begitu pas di badan nya dan tentu saja riasan simpel agar terlihat lebih fresh. 

It's different from the young man with the altetic body still lying well in his bed. Although the school entrance time was about to go off, it seemed that he was so tired that he fell asleep fast. Bahkan jika ada badai yang akan menerjang nya pun rasanya tidak akan membangunkan pemuda itu. Entah apa yang terjadi semalam mengakibatkan dia pulas. Dipikiran nya adalah kapan lagi kita akan merasakan tidur hingga siang hari di hari Senin yang cukup menyebalkan. 

Namun mimpi nya itu tidak berjalan mulus, penguasa rumah yang sudah bergerah hati melihat putra nya tak kunjung bangkit dari tempat tidur nya itu akhirnya mengeluarkan senjata andalan nya. 

Ya, pemuda itu adalah Atlanta Lupher Hussey. Sang "Garda Jaguar"pemilik mata tajam nan tegas. Nama nya terkenal karena sering membawa nama sekolah nya menjadi sang juara. Keterampilan nya dalam bermain basket dan kepemimpinan membuat Atlanta kini menjabat sebagai ketua basket. Tidak peduli tentang status nya yang sedang beredar, Atlanta hanya ingin melakukan apa yang ia sukai selama tidak melaranggar norma yang ada. 

Bad AtlantaWhere stories live. Discover now