19-KENANGAN MASA LALU (FLASHBACK)

Comincia dall'inizio
                                    

Mommynya yang bingung hanya menuruti permintaan anaknya. Menggendong seperti koala dengan tangan yang beberapa kali mengecek kening dan leher anaknya.

"Dapin kenapa? Nggak nyaman ya badannya? Sesek lagi?"

Sang anak enggan menjawab. Ia hanya menyandarkan kepalanya di pundak sang Mommy sambil sesekali sesegukan.

"Dad, coba liat kado yang dibuka Dapin. Mungkin ada debu nya?"

Daddy mengecek dan mengerutkan kening. "Nggak ada debu. Mainannya bersih. Dapin kenapa nak? Dean? Tau Dapin kenapa?"

Sang anak yang lain hanya mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Ia memilih mengeluarkan mainan mobil dengan remot kontrol yang menjadi hadiahnya.

Ditengah situasi kebingungan itu, Dapin mengangkat kepalanya. Wajah manisnya penuh air mata dengan pipi dan hidung yang memerah. Ia tatap Mommy dan Daddy bergantian.

"Mainannya...hiks.."

"Dapin nggak suka mainannya? Mommy sama Daddy bisa beliin yang baru."

Dafin segera menggeleng dengan cepat.

"Mainannya mahal.."

Mommy dan Daddy segera menyemburkan tawa. Sekarang kedua orang tua itu mengerti. Anaknya hanya merasa tidak enak harus mendapatkan mainan yang menurutnya mahal.

Well, memang mahal. Mereka harus menyisihkan uang untuk ditabung selama satu tahun untuk membeli mainan itu. Ingatkan bahwa mereka memiliki anak kembar. Sehingga membeli apapun harus double termasuk hadiah ulang tahun.

Sejatinya ada yang lebih murah. Namun mereka memutuskan membeli dengan kualitas yang lebih baik agar awet hingga beberapa tahun ke depan. Mengingat jika anaknya, Dean dan Dafin sering tinggal berdua saja di rumah. Harapan mereka mainan ini dapat mengusir kebosanan.

"Gak papa sayang. Uang Mommy sama Daddy cukup kok buat beli ini. Mommy sama Daddy kan udah kerja di perusahaan Paman Jo."

"Ini mainannya sama kayak Adit kan? Nanti Dapin bisa main ini di Taman bareng Adit sama Dean. Tuh Dean juga dapet. Dapin sama Dean nanti bisa beri nama mobilnya biar nggak ketuker."

Alasan mereka membeli mainan mahal ini juga karena melihat Dafin yang selalu meminjam mainan serupa ketika berkunjung ke rumah Bibi Jena dan Paman Jo. Bukannya Adit yang tidak mau meminjamkan, bahkan Adit yang biasanya lebih dulu menawarkan mainan itu ke Dafin, melainkan mereka beberapa kali melihat Dafin yang menatap sedih mainan itu ketika harus pulang ke rumah.

"Dapin seneng?"

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Dapin seneng?"

Sang anak mengangguk. Ia menggeliat meminta turun dari gendongan Mommy. Tanpa menunggu lama, ia berlari menuju kado yang sebelumnya ia buka. Mengeluarkan mainan itu dan mulai menyalakannya.

Matanya berbinar ketika mobil-mobilan itu bergerak mengitari kamar. Sesekali ia juga mengubah kecepatan hingga mobil itu melaju kencang.

Brak

𝗧𝘄𝗶𝗻𝘀 𝗨𝗻𝗶𝘃𝗲𝗿𝘀𝗲Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora