9. Kehangatan Yang Tiada Tara

1.3K 52 2
                                    

Setelah jam kerjanya selesai, Alexa pun bergegas pulang. Ia bersiap-siap dan ganti baju, kemudian berpamitan pada rekan kerjanya. Lalu keluar toko menuju motornya terparkir. Lalu memasang helm dan tidak lama ia segera menancap gas meninggalkan area toko.

Dalam perjalanan pulang, Alexa tidak lupa membeli beberapa jajanan untuk adik-adik pantinya. Walaupun bukan jajanan mewah, namun itu sudah cukup bagi mereka yang tidak selalu mendapatkan jajanan setiap hari.

Berhenti dipinggir jalan, Alexa membeli gorengan, frozen food, dan beberapa minuman. Setelah selesai, ia pun kembali ke motornya dan kali ini langsung akan pulang.

Lima menit kemudian, Alexa sampai dirumah yang disambut teriakan oleh adik-adiknya yang sedang bermain dihalaman.

"Kak Alexaaaa," kata anak-anak itu. Dan langsung memeluk Alexa erat. Alexa tersenyum dan tertawa.

"Halooo. Nih, kakak bawa gorengan dan minum. Kita makan bareng-bareng. Masuk kerumah dulu, yuk."

Semuanya menangangguk dan menuruti perkataan Alexa. Alexa mengikuti anak-anak yang dengan semangat masuk kerumah. Ia pun bersalaman pada ibunya yang juga sedang duduk di teras mengamati anak-anak. "Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikumussalam," Alexa pun menyerahkan jajanan itu pada ibunya. Ada Ghani juga yang ikut bersalaman padanya.

Lalu orang-orang dewasa itu langsung masuk. Alexa segera bersih-bersih, sedangkan ibu menyiapkan jajanan yang sudah dibeli Alexa agar mereka bisa segera menyantapnya.

***

Saat keluar kamar, Alexa tersenyum ketika melihat adik-adiknya sangat menikmati jajanan yang ia beli. Alexa pun langsung bergabung bersama mereka. Ia duduk disamping ibunya dikursi. Dan seketika ia bersandar dibahu ibunya sambil menutup mata.

"Huh! Nyaman banget, Bu." Berta Oun tersenyum lantas mengelus pipi anak perempuannya dengan lembut menggunakan sebelah tangan.

"Gimana kerja kamu hari ini?"

Alexa yang teringat tentang ucapan Bara tadi siang, segera mengangkat kepalanya. Ia bersiap untuk cerita. "Tahu nggak, Bu?"

Berta menatap anaknya sepenuhnya. "Apa?"

"Kak Bara nyuruh aku pindah ke dapur. Aku nggak bagian pelayan, lagi." Berta nampak berminat, rautnya sangat terlihat terkejut.

"Oh, ya? Kok bisa?"

"Jadi ya, Bu. Kemarin itu ada anak kecil yang mesan roti yang sebelumnya kami nggak pernah tahu. Aku sama Bang Juni aja baru dengar kalau ada kue dengan rasa itu," kata Alexa mulai cerita.

Berta pun mengerutkan keningnya. "Apa yang dipesan anak itu memangnya?"

"Dia pesan, roti dengan rasa kopi."

Berta terkejut. Lantas tertawa mendengarnya. "Itu, kan roti yang paling bapak kamu suka, Al. Bahkan saking sukanya, dia langsung bikin. Awalnya yang cuma suka kopi, terus kepikiran untuk bikin kopi yang bisa bikin kenyang. Langsung deh dieksekusi dalam bentuk Roti. Eh, tahunya enak. Ketagihan malah."

Alexa juga ikut tertawa. "Iya, Bu. Makanya itu aku langsung pengen coba bikinnya waktu aku baca pesanan itu. Waktu Bapak bikin roti itu, aku merhatiin banget. Walaupun aku nggak suka kopi, tapi aku penasaran kenapa bapak bisa bikin roti seenak itu. Nah, itu deh yang aku lakuin. Aku bagian takaran, sedangkan bang Juno yang eksekusi. Eh, tahunya anak kecil itu suka."

Berta mengangguk. "Jadi, karena itu kamu langsung dipindahin posisi kerjanya?"

Alexa mengangguk. "Iya, Bu. Hehe."

Berta tersenyum. "Alhamdulillah. Yang penting kamu tetap amanah ya, sama pekerjaan kamu. Apapun sebenarnya yang kamu kerjain, Ibu akan selalu dukung. Asal itu kerjaannya baik dan halal. Dan kamu dikelilingi sama orang-orang baik. Dan ibu akan selalu doa yang terbaik buat kamu."

Alexa mengangguk sambil tersenyum. "Aamiin. Makasih banyak, Bu." Alexa memeluk Berta dengan erat.

"Sama-sama."

Beberapa detik mereka menikmati pelukan itu. Tiba-tiba Alexa mengingat satu hal lagi.

"Ghani," panggil Alexa. Kebetulan Ghani juga sedang duduk disamping mereka dan sedang menikmati gorengan sambil menonton tv.

"Kenapa Kak?"

"Gimana sekolah kamu?"

Ghani tersenyum dan mengangguk. "Aman kok, Kak. Udah nggak ada lagi yang bully aku."

"Beneran? Noval itu gimana?"

Kening Ghani mengkerut kemudian menggeleng. "Aku nggak tahu Kak. Soalnya dia masih dirumah sakit."

Alis Alexa naik sebelah. Berta pun juga terkejut. Keduanya lalu saling bertatap muka. "Separah itu?" tanya Alexa.

Ghani hanya bisa meringis tidak bisa menjawab. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Salah tingkah?

Melihat itu, Membuat Berta dan Alexa akhirnya tertawa ringan. "Kamu belajar karate?" tanya Berta kemudian.

Ghani menggeleng. "Nggak kok, Bu. Aku nggak belajar karate. Mungkin itu reflek, ditambah aku yang lagi marah nahan emosi. Jadinya kebablasan, hehe."

Berta dan Alexa kembali tertawa mendengarnya. Wanita paruh baya itu lalu mengusap kepala Ghani dan mengajaknya dengan gemas. "Kamu ini. Lain kali jangan kayak gitu. Nggak boleh. Nggak cuma emosi, kekuatan kamu juga harus ditahan-tahan untuk pukul-pukul kayak gitu."

Ghani mengangguk. "Iya, Bu. Ghani kayaknya harus lebih bisa ngontrol emosi." Ia memeluk ibunya juga.

"Iya. Harus itu. Terus kamu udah jenguk Noval?" tanya Berta lagi yang dibalas Ghani menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, besok kita jengukin teman kamu itu ya, sepulang kamu sekolah," kata Berta. Kening Ghani pun mengkerut.

Berta tersenyum lembut. "Walaupun dia jahat sama kamu. Tapi yang bikin dia masuk rumah sakit, kan kamu. Sebagai manusia sosial, jenguk dia bukan hal yang salah. Malahan kamu harusnya minta maaf karena bikin dia kayak gitu."

Ghani cemberut mendengar itu. Ia sebenarnya sangat tidak ingin menjenguk orang yang sudah mengejek keluarga terutama ibunya. Ia tidak suka. Tetapi kerena ini nasihat dari ibunya, mau tidak mau Ghani harus menurut. "Iya, Bu."

Alexa yang hanya menjadi pendengar antara mereka pun tersenyum. Mereka memang tidak bisa membantah ucapan sang Ibu.

Lalu ketiga orang yang sedang saling memeluk itu terkejut saat tiba-tiba semuanya datang mengerubungi mereka dan saling memeluk. Sore menuju Maghrib itu diisi dengan kehangatan keluarga yang tiada tara.

TBC

Semoga sukaa
😊😊

On YouWhere stories live. Discover now