06 || Jatuh

733 199 270
                                    



ARSHIANA

Shian
Shaka, lo di mana?

Shian
Kata Haikal lo gak ikut ulangan
Biologi, nanti lo kena tegur lagi.

Shian
Shaka! Ayok pulang bareng!

Shian
Shaka, Ayok makan malam di luar,
udah lama kita gak makan di luar.

Shian
Shakaaaaaaa..

Shaka tersenyum kecil ketika mendapat pesan dari Shian, ia senang mendapat pesan seperti ini dari Shian, mengingat sebelumnya Shian selalu murung hingga tak pernah mengiriminya pesan atau mengajaknya makan.

Shaka pun beranjak dari sofa kafe setelah menikmati minuman dinginnya di siang hari, dan ia kembali ke kelas di pelajaran terakhir.

Tiba di kelas, Shaka melirik Zearka yang terlelap dengan posisi pipi menempel meja, mengingat jam terakhir adalah jam pelajaran kosong.

Haikal pun menoleh untuk menatap Shaka, Haikal awalnya ingin memarahi Shaka soal apa yang terjadi pada Zearka, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat mata Shaka yang terlihat sembab.

Haikal yakin bencinya Shaka pada Zearka hanya sesaat, emosi Shaka masih belum bisa terkontrol karena kepergian kedua orang tua serta adiknya, namun Shaka terhasut oleh Razkal yang sudah sejak lama tak menyukai Zearka karena terlalu dekat dengan Shian.

"Apa?" Tanya Shaka, Haikal pun menggelengkan kepalanya dan kembali sibuk dengan kegiatannya, yakni bermain game di ponselnya.

Marva menghampiri Shaka, ia duduk di kursi kosong tepat di samping Shaka, mengingat Leon sebagai teman sebangku Shaka sedang pergi entah kemana.

"Begini, gue tau lo benci sama Zearka, gue ngerti banget perasaan lo yang serba salah soal kehadiran Zearka, sekarang gue cuma mau ingetin sama lo, Zearka gak bantu nyokapnya buat ngelakuin hal buruk, lo sendiri yang bilang kalau Zearka bukan anak kandung dan gak pernah sejalan sama nyokapnya."

"Dan tentang adik lo, Zearka gak berniat membunuh, dia gak sengaja lengah, namanya anak kecil yang main sama kucing, anak itu berusaha buat buka kandang kucing, saat kucingnya lari dia refleks ikut lari karena takut kucingnya ilang, karena anak itu tau kucing itu peliharaan kesayangan kakaknya, dan Zearka gak nyangka kalau adik lo bakal buka kandang kucing itu, akhirnya dia gak bisa ngejar adik lo yang lagi ngejar kucing sampai ketabrak."

"Coba kalau lo ada di posisi Zearka, sefrustasi dan setrauma apa lo ngeliat adik lo sendiri meninggal di depan mata lo? Lo pikir Zearka baik-baik aja selama ini? Enggak, Ka. Zearka ketakutan setiap kalian dia mau nyebrang, intinya lo gak boleh keterluan perlakuin Zearka, Zearka gak salah, dan nyakitin Zearka gak akan bikin lo puas, yang ada adik lo sedih karena lo udah nyakitin orang kesayangannya," ucap Marva panjang lebar, ia menjelaskan dengan sepelan mungkin agar Shaka mau mendengar dan mau mengerti.

"Jangan dengerin apa kata orang lain yang meminta lo buat benci Zearka, lo sama Zearka udah hidup bareng sejak kecil, lo bilang Zearka adalah teman terbaik yang lo temuin selama lo hidup, itu tandanya selama ini gak pernah sekali pun Zearka bikin kesalahan sama lo, bahkan dia patuh sama lo, karena dia tau keluarga lo adalah keluarga yang udah bikin dia bertahan sampai sejauh ini, dia tau gimana caranya berterimakasih," lanjut Marva, ia menelisik perubahan raut wajah Shaka yang awalnya dingin menjadi sendu.

"Cukup ya, Ka? Lo boleh diemin Zearka sampai lo bener-bener tenang dan nerima kenyataan kalau Zearka gak salah, tapi jangan serang mental dan fisik Zearka sampai separah itu, dia sendirian, sebelumnya dia hidup sama ibunya yang galak, dan entah di mana orang tua kandungnya yang gak pernah menginginkan keberadaan dia, kalau bukan lo sama Shian yang nemenin dia, mau siapa lagi? Gue ngomong gini bukan cuma karena iba sama Zearka, gue gak berat sebelah kok, gue juga iba sama lo, pengen hubungan kita semua tetap baik sampai kapan pun, pengen bantu lo buat bangkit dari rasa sedih lo."

ZEARKAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin