02 || Jangan membenci

1K 220 125
                                    


Keesokan harinya, Shian pergi ke sekolah seorang diri dengan memesan taxi online, mengingat semenjak kedua orang tuanya meninggal ia tak pergi bersama Shaka maupun Zearka, ia bahkan pergi tanpa pamit seolah menghindari keduanya.

Shian tiba di sekolah, ia duduk di kursinya hingga mengundang tatap dari teman dekatnya, Razkal.

"Udah sarapan?" Tanya Razkal.

"Udah, Zearka selalu ngingetin gue buat sarapan tepat waktu," sahut Shian seraya tersenyum kecil.

"Kok lo masih bisa sih bersikap baik sama Zearka? Walau dia gak salah, dia tetap penyebab kepergian bokap dan nyokap lo," tanya Razkal dengan suara pelan, dahinya berkerut karena cemas melihat kondisi Shian yang kian hari kian memprihatinkan.

"Shian, lo tau gak kenapa lo masih sedih dan ngerasa gak adil? Sampe lo susah buat ngerelain kepergian nyokap dan bokap lo?" Tanya Razkal.

"Wajar, mereka baru aja pergi, mungkin butuh waktu lama biar gue bisa nerima kenyataan itu."

"Enggak, itu karena lo masih ngebiarin Zearka hidup enak di rumah lo, sementara lo, Shaka, dan Sean masih ngerasa sedih karena ulah nyokapnya Zearka."

"Gak ngerti."

"Balasin dendam lo ke ibunya Zearka lewat Zearka," bisik Razkal yang membuat Shian menoleh dengan dahi berkerut.

"Lo bakal puas ngeliat Zearka menderita, tapi hal itu gak sebanding sama apa yang udah dia dan ibunya lakuin ke keluarga lo," bisik Razkal lagi.

"Gue tau lo gak suka sama Zearka, tapi jangan pernah ngehasut gue buat benci sama dia," gumam Shian.

"Gak adil kalau lo sedih terus, sementara Zearka gak ngerasain apa pun, lo bilang dia juga benci sama nyokapnya, dia gak sedih nyokapnya dipenjara, padahal kehadiran nyokapnya di rumah lo karena dia juga."

Shian menggeleng kecil, "Zearka orang baik—."

"Kalau dia baik mungkin dia bakal cegah nyokapnya buat ngeracunin orang tua lo, tapi dia malah ngebantu." Razkal menyela ucapan Shian, membuat Shian terlihat kesal.

"Gak kayak gitu kejadiannya, Zearka gak tau kalau teh yang dia bawa ada racunnya."

"Dan lo percaya? Bisa aja Zearka dan ibunya sekongkol—."

"Cukup Kal! gue gak mau bahas apa pun, gue cape, gue pusing!" Shian menyela ucapan Razkal dengan bentakan, Razkal pun menghela napasnya sambil mengusap bahu Shian.

"Sorry.."

Shian menepis tangan Razkal, lalu ia melipat kedua tangannya di atas meja dan menaruh wajahnya di sana.

"Lo gak perlu ngerasa kesepian, ada gue di sini, kalau lo butuh sesuatu bilang gue aja, Shian. Sorry kalau ucapan gue soal Zearka udah keterlaluan."

"Hm.."

**

"Kak Zear, mama sama papa kapan pulang? Sean kangen," tanya Sean yang tengah bermain robot-robotan di kamarnya.

"Mama dan papanya Sean gak akan pernah pulang, tapi Sean tenang aja. Kak Zear, kak Zia, Kak Shian, dan Kak Shaka bakal jagain Sean."

"Kenapa mama dan papa gak pulang?"

ZEARKATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon