"Adek dengerin kakak, Abang Zian nggak bermaksud bilang gitu, dia hanya belum siap" alis Eza semakin menekuk karena tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Eliza.

Sudah kubilang kan, otak Eza itu kecil dan dia juga bukan tipe pemikir.

"Huh, adek nggak ngerti"

"Adek udah tidur 5 tahun kan?" Eza mengangguk.

"Adek tau nggak, selama adek tidur bang Zian selalu ada disamping adek, dia bahkan rela homeschooling agar dia bisa liat adek setiap saat, itu Abang Zian lakuin selama 4 tahun.

Tapi Abang Zian berhenti ngelakuin itu saat dokter bilang kemungkinan adek hidup itu tipis, adek nggak bakalan bisa bangun lagi dan dokter nyaranin buat lepas semua alat rumah sakit yang ada ditubuh adek"

Eza terdiam, dia dengan seksama mendengarkan cerita Eliza tentang Eza yang asli apalagi saat melihat wajah sendu Eliza.

"Abang yang dengar itu langsung nyerah, dia kayak udah nggak ada harapan lagi saat dengar dokter ngomong gitu, Kaka juga hampir nyerah dek. Tapi, mommy sama Daddy tetap kekeh buat pertahanin adek sampai akhirnya adek benar-benar bangun".

Eliza tersenyum saat mengingat dimana ia mendapat kabar dari orang tuanya bahwa Eza telah bangun dari tidurnya. Ia merasa sangat bahagia saat mendengar itu.

"Jadi adek, jangan benci sama Abang Zian yah, dia hanya takut jika bangunnya adek hanya mimpi"

Eliza mengelus rambut tebal itu dengan lembut dan membawa tubuh kecil Eza dalam pelukannya.

"Iya, adek nggak bakal benci sama Abang"

'tapi, gue bakalan tendang tytydnya nanti!! Muwehehe'

Eliza mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya diceruk leher Eza dan menghirup rakus bau strawberry yang menguar dari sana.

Hah~

"Haha kakak geli, hihihi"

"Haha rasakan ini!!"

"Hahahaha kakak hahah geli hahahah kakak!! Hahahaha" Eza menggerakkan tubuhnya brutal saat Eliza menggelitik perutnya.

"Hahahaha"

Tawa keduanya menguar dalam kamar besar itu membuat seorang wanita paruh baya yang berada didepan pintu kamar Eliza tersenyum.

Tadinya Ariana ingin memanggil mereka berdua untuk makan siang, dan ia tak sengaja mendengar percakapan mereka.

Awalnya ia sedikit khawatir, apalagi ternyata Eza mendengar apa yang diucapkan oleh Jazian. Tapi kekahwatiran itu langsung hilang saat putrinya Eliza mampu menjelaskan pada putra bungsunya.

Tok tok tok

"Kakak, adek. Ayo makan siang dulu sayang"

Eliza yang mendengar suara Riana langsung menghentikan kegiatannya menggelitik Eza. Dia menatap pada Eza yang terbaring dan meraup udara dengan brutal, bahkan mata adiknya itu terlihat berkaca-kaca.

"Iya mom" jawabnya.

Eliza dengan cepat mengangkat tubuh adiknya kedalam gendongan koalanya, ia tidak merasa berat sama sekali, bahkan tubuh adiknya lebih pendek darinya.

Ah ngomong-ngomong, tinggi Eliza itu 176 cm, tinggi kan? Jelas dong.

Kalian ingin tau seberapa tinggi Eza? Hingga dapat digendong oleh Eliza yang notabennya adalah seorang perempuan?.

Kalau begitu, jangan kasih tau dia yah. Ini rahasia kita. Okey?!. Ekhem, jadi tinggi Eza itu sekitar 143 cm, iya Eza itu pendek, pun karena pertumbuhannya yang terhambat akibat koma selama 5 tahun.

Ssssttt, jangan kasih tau Eza yah, nanti dia bakalan tau sendiri kok! Hehe.

Saat membuka pintu, Elina langsung dihadapkan oleh wajah khawatir Ariana karena melihat Eza yang ada digendongannya.

"Adek kenapa? Kok digendong?" Eliza hanya tersenyum menanggapi pertanyaan mommy nya itu.

"Hanya kecapean mom" Ariana mengenal nafas lega sambil mengintip wajah Eza yang bersandar dipundak Eliza.

"Adek capek yah?" Tanyanya.

"Hu'um, kak Iza nya gelitikin Eza terus hehe"

Ah~ bagaimana ini?, Anaknya sangat-sangat mengemaskan!!. Rasanya Ariana ingin sekali melahap putranya hidup-hidup!!.

Mereka berjalan bersamaan menuju ruang makan yang berada dilantai pertama dan saat sampai mereka melihat Ravendra dan Jazian sudah duduk ditempatnya masing-masing.

"Adek kenapa digendong?"

"Adek nggak apa-apa dad, hanya kelelahan karena tertawa" Eza merenggut dalam gendongan Eliza.

"Itu salah kakak karena gelitik Eza hmmp!" Eza menggembungkan kedua pipinya.

"Hahahah" tawa Eliza kembali menguar saat melihat wajah cemberut Eza yang sangat menggemaskan.

Mereka yang mendengarnya terkekeh kecuali satu orang yang hanya dapat memandang sendu Farelza.

"Sudah-sudah, ayo kalian berdua duduk. Seperti janji mommy, mommy udah buat udang asam manis kesukaan adek"

Mata Eza langsung berbinar saat Ariana menaruh udang dalam piring makannya. Saat akan meraih udang itu dengan garpunya, udangnya sudah masuk lebih dulu dalam mulut Eliza.

"Wahh enak banget mom" Eliza sengaja memakan bangian Eza. Matanya milirik sedikit pada Eza yang menatap tajam dirinya.

Mata anak itu sudah memerah dengan genangan yang siap jatuh kapan saja.

"Aduh maaf yah dek, kakak kira itu tadi bukan piring adek, jadi kakak makan saja" ucapnya dengan nada yang dibuat semenyesal mungkin.

"I iya~" jawabnya dengan suara parau, terlihat sekali ia sedang menahan tangis.

'nggak ngapa-ngapa hiks d demi Alex kaga ngapa-ngapa sumpah' batinnya.

Jazian yang melihat wajah sedih Eza langsung mengambil udang bangiannya dan menaruhnya dalam piring Farelza.

"Adek makan punya Abang saja" ucapnya.

Eza terlihat bingung sebelum mengangguk pelan menerima pemberian Jazian.

"Makasih" cicitnya.

Jazian tersenyum senang, walaupun Eza mengucapkan itu tanpa menatap kearahnya ia sudah sangat senang. Ini adalah langka awal agar ia bisa mendapatkan maaf dari adik bungsunya.

'yah, ini langkah yang bagus' batinnya.








T.B.C

Adik Kesayangan Antagonis (Pre-Order!) Where stories live. Discover now