24. Ketahuan

20 20 17
                                    

Pukul 12.49, Abrisam terbangun dari tidurnya. Malam ini hujan turun dengan begitu lebat, Abrisam pun memutuskan untuk pergi ke dapur untuk membuat teh hangat.

Abrisam merebus air, sembari menunggu mendidih ia menyiapkan gula dan teh dalam gelas. Abrisam berdiri di depan kompor menunggu air yang ia rebus mendidih.

"Kak Abrisam, disini?" tanya Qiana yang berjalan mendekati Abrisam.

Abrisam menoleh ke sumber suara tersebut, "Kamu kebangun?" tanya Abrisam saat mendapati Qiana yang sedang berjalan ke arahnya.

"Iya, karena dingin banget," balas Abrisam berhenti di samping Abrisam.

"Mau teh hangat?" tawar Abrisam.

"Boleh deh."

Abrisam tersenyum, ia lalu mengambil gelas dan membuat segelas teh hangat untuk Qiana. Setelah jadi, Abrisam memberikannya kepada Qiana dan duduk di kursi yang berada di dapur.

"Kak Abrisam kebangun atau memang belum tidur?" tanya Qiana sembari duduk di samping Abrisam.

"Kebangun," jawab Abrisam.

Qiana mengangguk pelan lalu mengambil gelas yang berisikin teh.

"Kak Abrisam," panggil Qiana.

"Hm?" jawab Abrisam singkat lalu menoleh ke arah Qiana.

"Aku mau tanya tentang Mamanya Kak Abrisam, boleh nggak?" tanya Qiana hati-hati.

"Tanya aja," balas Abrisam pelan.

"Mamanya Kak Abrisam sakit apa?" tanya Qiana yang belum mengetahui penyakit yang diderita Dewi.

"Kanker otak stadium akhir," jawab Abrisam kembali teringat kondisi sang Mama.

Qiana terkejut mengetahui penyakit yang diderita Mama Abrisam. "Kak Abrisam, maaf."

"Kenapa kamu minta maaf?"

"Kak Abrisam..."

"Aku gapapa Qi. Aku juga yakin Mama pasti bisa sembuh," ujar Abrisam masih tetap tersenyum.

"Iya, aku juga percaya Mamanya Kak Abrisam pasti sembuh, kita sama-sama berdoa untuk kesembuhan Mamanya Kak Abrisam, ya."

"Hm, terima kasih Qi."

Qiana tak berani mengatakan apapun, keadaan berubah menjadi hening. Qiana merasa kasihan dengan Abrisam, selama ini Abrisam pasti kesulitan.

"Kamu tunggu sini ya," suruh Abrisam lalu beranjak dari duduknya.

Qiana mendongak ke arah Abrisam. "Kak Abrisam mau kemana?"

"Ke kamar sebentar."

Qiana hanya menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Abrisam. Qiana setia menunggu kedatangan Abrisam sembari meminum teh hangat buatan kekasihnya.

Selang beberapa menit kemudian, Abrisam berlari membawa sesuatu di tangannya. Abrisam duduk di samping Qiana dengan senyum yang tergambar sempurna di raut wajahnya.

"Ini foto album keluargaku," ucap Abrisam menunjukan kepada Qiana.

Qiana tampak antusias ingin melihat-lihat album keluarga Abrisam. "Mmm, aku mau lihat Kak Abrisam kecil."

"Ini semua foto keluargaku yang dulu," ujar Abrisam sembari membuka albumnya.

"Ini foto Papa dan Mamaku waktu mereka menikah," ujar Abrisam menunjukan foto Abraham dan Dewi kepada kekasihnya.

"Mama Kak Abrisan cantik banget."

"Hm, kaya kamu."

"Jangan ngegombal ya, Kak. Aku mau lihat-lihat sendiri aja deh," balas Qiana lalu merebut albumnya.

Dear Q [ On Going ]Where stories live. Discover now