12. Siswi baru

45 46 25
                                    

Hari ini Qiana berangkat ke sekolah bersama dengan Ibunya, karena Abrisam tak masuk sekolah. Ntah kenapa hari ini rasanya berbeda, seperti ada yang kurang.

"Qi," panggil Jesika.

Qiana menghentikan jalannya dan menoleh ke belakang. "Kenapa?"

"Di sekolah kita..." ujar Jesika terpotong karena sedang mengatur nafasnya yang tidak karu-karuan.

"Kenapa sekolah kita?"

"Ada anak baru," jawab Jesika.

"Anak baru?"

"Iya."

"Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan."

"Oh."

Qiana tak menganggap hal ini penting dan kembali melanjutkan jalannya. Jesika pun melangkahkan kakinya mengikuti Qiana sampai dalam kelasnya.

"Qi, lo beneran nggak penasaran?" tanya Jesika.

"Nggak."

"Dia kelas 11, pindahan dari Amerika," jelas Jesika.

"Amerika? Waw..."

"Iya, makanya itu gue penasaran," lanjut Jesika.

"Di kelas mana?"

"XI Ipa 2."

"Kelas tetangga dong."

"Iya."

"Ayo liat anaknya, penasaran gue. Cantik apa nggak? Soalnya dari Amerika kok pindah ke SMA kita," heran Jesika.

"Boleh, deh," ujar Qiana menyetujuinya dan pergi keluar dari kelasnya bersama dengan Jesika.

Kelas XI Ipa 2, tempat yang menjadi tujuan Qiana dan Jesika. Karena jabatan Qiana di sekolah, ia cukup terkenal. Jadi mudah saja ia keluar masuk kelas orang lain, di tambah sikapnya yang ramah membuat Qiana mudah di terima dimana tempatnya.

"Riza, anak baru yang masuk kelas XI Ipa 2 dimana?" tanya Jesika.

"Di samping Zea," jawab Riza.

Qiana dan Jesika dengan bersamaan menoleh ke bangku Zea, Qiana sedikit kaget melihat anak baru yang wajahnya sekilas mirip dengan seseorang yang rasanya tak asing di matanya.

Siswi baru itu melihat kedatangan Jesika dan Qiana, ia tersenyum ke arah Qiana. Karena hal dadakan itulah Qiana sedikit terkejut, apakah gadis itu mengenal Qiana?

Qiana keluar dari kelas XI Ipa 2, ia mencoba berfikir sejenak. Mengingat senyuman gadis itu, tapi percuma saja. Kepalanya sudah bekerja keras untuk mengingatkan sesuatu di memori ingatannya, tapi ia tak dapat menyimpulkan siapa gadis itu.

"Anak barunya ramah ya," ujar Jesika.

Qiana menoleh ke arah Jesika, "Ramah?"

"Iya."

"Lo ngerasa kayak nggak asing sama anak baru itu nggak sih?" tanya Qiana.

"Nggak."

"Kok gue kayak pernah liat dia sebelumnya ya," ujar Qiana.

"Dimana?"

"Oh iya, Ayah lo kan orang Amerika, setahun yang lalu 'kan lo kesana, mungkin pernah ketemu," celetuk Jesika ada benarnya.

"Hm mungkin, tapi masa' iya sih?" tanya Qiana masih tidak yakin.

"Ayo masuk kelas aja, ngapain kita mikirin itu."

"Hm, iya," jawab Qiana menyetujuinya.

Bel masuk sudah berbunyi, Qiana dan Jesika sudah mulai belajar. Keduanya mendapat tugas mencatat, Qiana pun menulis sesuai dengan yang diperintahkan. Bukan pelajaran yang sedang ia pikirkan, kini pikirannya masih memikirkan hal lain.

Dear Q [ On Going ]Where stories live. Discover now