11. Perhatian

50 48 52
                                    

Hampir satu minggu ini Abrisam dan Qiana menghabiskan waktu bersama. Qiana tak memperdulikan siapa Abrisam, ia sudah sangat nyaman bersama Abrisam.

"Kak Abrisam," panggil Qiana.

"Panggil, Sam aja, Qia," suruh Abrisam berjalan meninggalkan Qiana.

"Nanti gue dikira kurang ajar," balas Qiana.

"Nggak, gue yang suruh," tegas Abrisam.

"Nanti kalo lupa?"

"Nggak."

Qiana berlari kecil mengimbangi langkah Abrisam. Keduanya sudah pulang sekolah, kini sedang berjalan menuju parkiran.

"Sam, gue laper nih," ucap Qiana.

"Mau ke restoran mahal itu?"

"Restoran mana?"

"Pas lo liat gue pake jas sama Papa gue."

"Oh itu!"

"Iya."

Qiana menoleh ke arah Abrisam. "Tapi mahal-mahal banget nggak?" tanyanya.

"Ya namanya aja restoran mahal."

"Paling murah apa?" tanya Qiana.

"Air mineralnya," jawab Abrisam.

"Masa' iya ke restoran mahal cuma minum doang."

"Kan tadi tanyanya yang paling murah," koreksi Abrisam.

"Ada nasi padang atau nasi uduk gitu nggak?" tanya Qiana polos.

Abrisam tertawa mendengar itu, ia menghentikan jalannya karena sudah sampai parkiran. Qiana pun ikut menghentikan jalannya.

Abrisam ingin sekali menepuk ujung kepala Qiana, semakin hari tingkah laku gadis ini selalu membuat Abrisam gemas sendiri.

"Ya enggak ada lah," jawab Abrisam yang masih tertawa.

Qiana mengerucutkan bibirnya, matanya melirik ke sembarang arah. Abrisam hanya memperhatikan gadis itu sembari meraih helm Qiana yang diletakan di kaca spion motornya.

Abrisam lalu memasangkan helm Qiana, "Mau kesana?" tanya Abrisam mengingatkan lagi.

"Nanti dulu deh, gue nabung dulu, Sam," tolak Qiana.

"Jadi mau makan dimana?"

"Di rumah lo ada apa?" tanya Qiana.

Abrisam yang sedang memakai helm secara spontan menengok ke arah Qiana. "Ada banyak barang," jawab Abrisam logis.

Qiana menaiki motor Abrisam sebelum menjawab. "Makanannya, 'kan temanya perut laper."

"Makan di luar aja, ya," ajak Abrisam.

"Di teras rumahnya Kak Abrisam?"

Abrisam kembali terkekeh, "Bukan di luar rumah gue, di tempat lain."

"Oh aku tau dimana!" seru Qiana tiba-tiba dekat telinga Abrisam.

"Jangan teriak di kuping, Qi," peringat Abrisam.

Qiana tertawa, "Maaf, Sam."

"Jadi kemana?"

"Jalan aja, nanti gue tunjukin."

Abrisam hanya mengangguk, keduanya kini sudah pergi dari parkiran. Tanpa mereka sadari ada seorang gadis yang sedang memotret kedekatan keduanya. Setelah mendapatkan foto keduanya ia lalu pergi meninggalkan tempat itu.

•••• Dear Q ••••

Abrisam memarkirkan motornya, keduanya berhenti di sebuah cafe yang cukup besar.

Dear Q [ On Going ]Where stories live. Discover now