16. Kabar Buruk

47 43 38
                                    

"Dah..." ujar Abrisam sembari tersenyum menatap layar ponselnya.

'Dah,' balas Qiana langsung memutuskan panggilan Videonya dengan Abrisam.

"Ya ampun masih pagi," celetuk Doni yang sejak tadi menunggu sahabatnya bermesraan dengan sang kekasih.

Abrisam menoleh ke arah Abrisam lalu tersenyum kepadanya. "Makanya nyatain perasaan lo sama, siapa kata lo?" tanya Abrisam lupa dengan orang yang di sukai oleh Doni.

"Sabil," ujar Doni menyebutkannya.

Abrisam duduk di kursi putar di ruangan yang menjadi tempat favoritnya saat di kantor Papanya. Abrisam duduk menghadap Doni yang sedang duduk di sofa, ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi tersebut.

"Lo yakin nggak sama perasaan lo?" tanya Abrisam mulai serius.

"Yakin sih, tapi gue takut dia nggak punya perasaan yang sama kaya' gue," ungkap Doni tak percaya diri.

"Apa bedanya gue sama Qiana?"

"Gue bahkan awalnya masih ragu sama perasaan gue, tapi pas gue jadian sama dia, semua keraguan gue hilang dan gue semakin suka sama dia. Kaya'nya dia juga."

"Emang gitu ya?"

"Ya, lo kan cowoknya," sahut Abrisam lalu bangun dari sandarannya.

"Apa hubungannya, Sam?"

"Nyatain perasaan lo, nanti kalau di terima kalian jalanin pelan-pelan," saran Abrisam.

"Kalo nggak di terima?"

"Lo jangan gitulah."

"Jadi gimana?"

"Tembak aja."

"Pistolnya pinjem sama polisi boleh nggak ya?" tanya Doni lalu tertawa jahil.

"Mau gue rakitin bom nggak?" tawar Abrisam.

Doni hanya tertawa mendengar perkataan Abrisam, sudah lama sekali mereka tak berbicara banyak hal seperti ini. Hari ini Abrisam lah yang meminta Doni untuk pergi ke kantor bersama dengan Kakaknya. Walaupun keduanya tak tahu banyak tentang dunia bisnis, mereka tetap datang ke kantor untuk menghadiri pertemuan bisnis.

"Sebenernya gue heran, gue nggak ada gunanya sama sekali kok di suruh kesini, sih?" tanya Doni masih bingung.

"Nemenin gue," jawab Abrisam.

"Lo nanti kerja, lah gue plonga-plongo," Doni mulai meramalkan keadaannya nanti.

"Nggaklah, gue juga nanti plonga-plongo juga," ujar Abrisam santai.

"Pasti nanti gue ngantuk," tebak Doni.

"Nggak, nggak."

"Kenapa nggak?"

"Tamunya dari Amerika dan China," jelas Abrisam singkat.

"Ya ampun Abrisam, yang pake bahasa indonesia aja gue kadang masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Kalo lain dari bahasa Indonesia gimana coba?"

"Ya liatin aja mukanya."

"Nanti gue suka lagi."

Abrisam melengos, tak diragukan lagi jika lawan bicaranya Doni. Doni setia dengan Sabil, tapi matanya tak bisa di rem jika bertemu gadis cantik. Namun, jika seperti ini bisa dikatakan setia?

Tokk... Tokk...
Suara ketukan pintu itu membuat keduanya langsung melihat ke sumber suara.

"Masuk," suruh Abrisam.

Perlahan pintu mulai terbuka, seorang gadis masuk ke dalam ruangan dengan beberapa berkas yang ia pegang.

"Kenapa Mba Gea Arini?" tanya Doni.

Dear Q [ On Going ]Where stories live. Discover now