22. Bandung

43 37 39
                                    

Dua hari sudah Abrisam berada di Jakarta, setelah beberapa hari berada di Bandung untuk menjenguk Mamanya. Abrisam juga sudah bercerita kepada Qiana melalui telepon, kenapa ia tak hadir ke sekolah.

Hari ini Abrisam berniat untuk menemui Qiana. Abrisam juga sudah membeli beberapa hadiah untuk Qiana, ia juga sudah meminta sang sopir untuk menyiapkan mobil.

Abrisam keluar dari kamarnya dengan membawa hadiah, ia berjalan menemui Papanya. Abraham sudah mengetahui kalau Abrisam memiliki kekasih, Abraham tak marah mengetahui ini.

Abrisam berpamitan dengan Abraham, setelah itu ia pergi meninggalkan Abraham. Abrisam mulai mengendarai mobilnya.

Menit berikutnya Abrisam sudah sampai di depan rumah Qiana. Abrisam lalu mematikan mesin mobil, kemudian turun dari mobilnya dan menunggu Qiana di luar.

Abrisam mengirim pesan singkat kepada Qiana, mengabarkan kalau ia menunggu Qiana di luar. Tak lama Hanum pun keluar dan menyuruh Abrisam untuk duduk di kursi yang berada di teras rumah Qiana.

"Abrisam mau teh?" tawar Hanum.

"Tidak, Bu," tolak Abrisam sopan.

"Bagaimana kondisi Mama kamu? Ibu dengar dari Qiana kamu tidak masuk sekolah karena Mama kamu sakit," ucap Hanum mulai membuka topik perbincangan.

"Mama saya sudah lumayan membaik, Bu," bohong Abrisam.

"Syukurlah."

"Ibu ingin sekali menjenguk Mama kamu, tapi karena Mamamu ada di Bandung. Biarkan Qiana dan Jesika saja yang pergi kesana dengan kamu dan Doni," ungkapnya.

"Tidak apa-apa, Bu Hanum. Ibu mengizinkan Qiana pergi menjenguk Mama saya saja, saya sudah senang," ucap Abrisam berbarengan dengan Qiana yang sudah siap.

Abrisam dan Hanum berdiri, Qiana berjalan mendekati Hanum.

"Bun, aku pergi dulu ya sama Kak Abrisam," ucap Qiana.

Iya, hati-hati, sampaikan salam Bunda kepada Mamanya Abrisam," balas Hanum.

"Iya, Bun."

Qiana dan Abrisam menyalami Hanum. Tak lama keduanya lalu pergi. Abrisam memberikan hadiah yang telah ia siapkan untuk Qiana, Qiana merasa senang mendapatkan paper bag yang berisi berbagai coklat.

"Terima kasih Kak Abrisam," ujar Qiana tersenyum.

Abrisam mengangguk, ia mulai mengendarai mobilnya. Tujuannya saat ini adalah rumah Doni, karena Abrisam memberikan perintah kepada Doni untuk menjemput Jesika.

Qiana memperhatikan Abrisam, wajah Abrisam mengingatkannya dengan Aidan. Aidan kemarin membawanya ke kafe dan menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi diantara Aidan dan Olynika.

Namun, Qiana diminta untuk diam. Qiana tidak boleh bercerita kepada Abrisam dan tak boleh memberitahu keberadaannya kepada Abrisam.

"Qiana, kenapa kamu melamun?" tanya Abrisam saat mendapati Qiana melamun.

"Aa... enggak," balas Qiana gelagapan.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?"

"Kak Abrisam aku pikir, aku nggak pernah kasih sesuatu untuk kamu," ujar Qiana.

Abrisam masih fokus menyetir, ia tersenyum mendengar itu.

"Aku nggak pernah mikirin hal itu," jujur Abrisam melirik Qiana sebentar.

"Aku mikirin, tapi aku bingung mau kasih apa?"

"Cium aku aja," suruh Abrisam.

"Enggak, yang lain aja," tolak Qiana cepat.

Dear Q [ On Going ]Where stories live. Discover now