Nine

253 1 1
                                    

"Gue pinjem sekertaris lo yang cantik ini ya,"

Garam yang sedang mengkompress wajahnya lalu melempar ponselnya ke sofa saat membaca pesan dari Loji. Entah apa yang dia rasakan sekarang. Marah karena dipukul Ruby atau karena Ruby jalan dengan Loji.

"Cewek bangsat!" umpatnya.

"Dasar cewek murahan! Baru aja Gue marahin langsung cari mangsa lain!" gumamnya.

Garam ingin sekali mengenyahkan Ruby dari otaknya. Namun entah kenapa otaknya malah terpenuhi adegan Loji yang pergi bersama Ruby.

"Aa bangsat! Dasar cewek sialan!"

Karena kesal, Garam langsung mengambil telponya. Setelah itu Dia menelpon seseorang. "Dimana Lo sekarang?"

●●○

Garam berlari cepat membelah kerumunan ditengah ruangan yang bising ini. Dia memutar bola matanya mencari jejak Loji dan Ruby. Hingga akhirnya kedua mata Garam bertemu dengan Loji dan Ruby.

Dari kejauhan, Garam bisa melihat Loji yang meletakkan wajahnya di leher Ruby. Melihat hal itu, kenapa Garam ingin sekali marah? Namun dengan cepat ia tersadar.

Segera Garam berjalan menuju ke arah Loji dan Ruby. "Pulang sekarang!" ucap Garam datar.

Ruby yang mendengar suara itu langsung menoleh ke pemilik suara. "Garam," cicitnya.

Ruby mendorong wajah Loji yang sedari tadi ingin menyosor ke wajahnya. Niat hati ingin mengorek informasi tentang Garam saat Loji mabuk. Namun Ruby malah dipusingkan dengan tingkah mesum Loji yang mabuk.

"Balik sekarang!" titah Loji.

Harusnya, Ruby menurut saja. Namun tidak, dia lelah dengan mulut pedas Garam. Biarlah kali ini dia istirahat dulu menjadi gadis pengemis cinta. Besoknya, kalau dia sudah siap ia akan kembali memerankan cewek pengemis cinta.

Padahal tadi dia sudah sesumbar ingin mengundurkan diri dari misi. Namun setelah beberapa jam, Dia sadar sudah melangkah jauh.

"Pulang aja sendiri!" tolak Ruby dengan ketus.

Kedua alis Garam menukik tajam. Dia merasa aneh dengan tingkah Ruby yang ketus padanya.

"Sekarang udah berani ngelawan gue ya? Mentang-mentang udah dapet mangsa baru!" sindir Garam.

"Diem atau gue bikin babak belur mulut lo!" ancam Ruby.

Garam makin mengernyitkan dahinya. Dia melihat Ruby dengan wajah yang sama. Namun kenapa sifatnya berbeda 100%. Garam sampai berpikir, apakah Ruby memiliki alter ego? Tapi sepertinya tidak, sekarang Garam sadar. Ternyata gadis itu hanya berpura-pura.

Garam tersenyum sinis. "Ohoo.. jadi begini sifat asli Lo? Ternyata lo itu nggak punya malu ya emang. Puaskan sekarang Lo udah ngejebak gue? Terus lo buka deh kedok lo. Nggak sia-sia juga mulut ketus gue bisa ngebuka kedok lo! Dasar cewek mur-"

Bugg

"Sekali lagi lo bilang gue cewek murahan. Gue bikin habis tuh gigi-gigi lo!" ancam Ruby emosi, dia sudah tak bisa mengkontrol emosinya lagi.

Sial. Nih cewek kuat banget pukulanya. batin Garam sambil memegang pipinya yang nyeri sekali.

"Awas Lo Ruby! Gue nggak bakal bikin hidup lo tenang!" ancam Garam balik.

"Nggak takut!" balas Ruby balik.

Gadis itu lalu pergi meninggalkan Loji yang mabuk dan Garam yang kesakitan.

Garam bersumpah akan membalas perbuatan Ruby berkali-kali lipat. Beraninya gadis sampah seperti Ruby memukulinya.

Sementara Ruby. Dia bingung sekarang harus kemana. Dia tidak punya transit untuk singgah di kota orang. Dia juga tidak membawa dompet karena dia keluar dari kamar hanya membawa hp.

"Sial. Masa gue harus jadi gembel!"

ππππππππ

Brakk

"Ngapain lo kesini?" pekik Garam saat tiba-tiba Ruby masuk kedalam mobilnya.

Berbeda dengan Ruby. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk menurunkan gengsinya. Lebih baik dia putus urat malu daripada jadi gembel. Lagian selama misi ini kan dia memang tidak punya malu.

"Kan Aku mau sama hubby" akhirnya Ruby kembali menjadi gadis genit yang menyebalkan.

"Lo siapa? Jangan-jangan lo gila ya?" tanya Garam merinding.

"Aku nggak gila kok hubby. Tadi itu aku cuma kesal aja sama hubby. Jadi ya aku marah.. hehe," ucap Ruby.

Namun Garam masih tak percaya. "Apa lo kesurupan tadi?"

"Heh keluar lo dari sini!!" usir Garam.

Nyebelin banget sih nih orang. Gue jadi genit dia marah gue jadi bangsat dia juga marah.

"Nggak bisa gitu by. Aku kan mau sama hubby."

"Fix lo beneran gila ya?"

"Terserah by, yang penting kita pulang. Aku capek," akhirnya kesabaran Ruby habis. Dia cukup lelah seharian dengan Loji. Dia butuh istirahat, juga malas meladeni kecurigaan Garam.

"Keluar sendiri atau gue keluarin?" bukannya menyerah, namun Garam masih melanjutkan kecurigaanya.

Ruby kehabisan akal. Dia hanya lelah dan butuh istirahat. Akhirnya dia mendekatkan tubuhnya ke arah Garam. Ruby lalu menangkup pipi Garam.

Cupp

Ruby mengecup bibir Garam singkat. Singkat sekali namun membuat jantung Garam berdetak kencang, bahkan pipinya kini memanas. Namun Ruby, gadis itu dengan santainya kembali ke tempat duduknya.

"Ayo pulang hubby." ujarnya lalu memejamkan kedua matanya.

Sementara Garam, lelaki itu menatap sekilas Ruby yang tidur. Lalu melajukan mobilnya.

Cewek gila

●●●

"Bangun!"

Ruby mengeliat saat mendengar sebuah teriakan. Ia mengerjapkan kedua matanya lalu mendapati Garam yang menatap kearahnya.

"Turun!" perintah Garam saat melihat kedua mata Ruby sudah terbuka.

"Ih, jijik," ucap Garam geli saat melihat Ruby menyeka air liurnya.

Ruby yang masih mengumpulkan nyawa hanya bodo amat. Ruby lalu membuka pintu mobil dan turun dari mobil, diikuti Garam.

Garam membuka pintu villa. Ruby berjalan cepat menuju sofa namun dengan cepat ditarik Garam.

"Tidur dikamar!" perintah Garam, kedua bola mata Ruby mendelik.

Tidur dikamar? Tidak. Ruby terlalu takut jika mengulang kejadian hari lalu. Meskipun Garam bilang dia tak bernafsu pada Ruby. Tapi kenyataanya, tetap saja Garam yang menjebol gawangnya.

"A-ak.."

"Masuk kamar banyak cctv," bisik Garam ditelinga Ruby.

Ruby tersadar, ia baru ingat kalau Genta memasang cctv selain dikamar Ruby dan Garam. Akhirnya, Ruby dan Garam masuk kedalam kamar.

Sampai dikamar, Ruby langsung merebahkan tubuhnya diranjang. Sudah kepalang masuk, sekalian saja dia diranjang. Malas sekali dia harus tidur disofa. Kalau Garam menolak, biar Garam saja yang tidur di sofa.

"Tidur di sofa lo!" tuh kan. Sudah Ruby tebak, Garam pasti marah.

Namun Ruby tak peduli. Sebaliknya, Dia mencari guling dan memeluknya lalu menarik selimut ke tubuhnya.

"Selamat tidur hubby,"

"Loh! Eh. Malah tidur lagi!" omel Garam.

Garam ingin melanjutkan marahnya akhirnya urung. Apalagi, sejak masuk mobil memang Ruby tidur. Garam berpikir mungkin Ruby kelelahan. Tapi ada yang aneh pada Garam. Kenapa Garam kasihan dengan Ruby?

Salah. Ini sangat salah.

Garam menggelengkan kepalanya. Dia tidak boleh begini. Ini hanya khusus hari ini. Besoknya, Dia tidak akan mengasihani Ruby lagi.

Ya, seharusnya memang begitu.

•••

Maapkeunn gaesss baru update kemarin sibuk banget sm rl 😭

Jebakan Cinta (21+)Where stories live. Discover now