07. Tea party

146 7 0
                                    

Pagi yang cerah dengan gaun berwarna biru muda dengan panjang menjuntai kebawah dengan belahan dada rendah, yang pastinya. Marina, menemaninya dengan menggandeng tangan Charlotte berjalan menyusuri bukit ini tempat dimana diadakan acara jamuan teh, oleh Lady Kate Middleton Roseuvel Marry.

Mata Charlotte menangkap pemandangan yang tak asing di matanya. Secara tak sadar, bibirnya mengangkat senyuman tipis. Disana, Duke of Windsor sedang menunggangi kuda cokelatnya, sedang berbincang dengan para gadis yang di dampingi oleh pendampingnya.

"Charlotte."

Panggilan itu membuat kedua beranak ini membungkukkan tubuh dengan sopan. "Your Majesty." ujar mereka dengan senyum mengembang.

"Aku dengar, kau menolak seluruh lamaran pria, bahkan Marquess of Wales dan Viscount of Cornwall pun kau tolak. Aku benar-benar kecewa mendengar kabar itu, Charlotte."

"Your Majesty, maafkan aku. Bukan maksudku untuk menolak seluruh lamaran para pria yang melamarku, kemarin. Tapi, aku merasa tidak ada kecocokan di antara kami. Itu, yang menyebabkanku menolak, Your Majesty."

"Your Majesty." seseorang menyapanya sebelum Ia membalas perkataan Charlotte membuatnya menoleh ke samping, disana Duke of Windsor berdiri menatapnya membuat sang ratu mengangguk. "Boleh aku mengajak Charlotte untuk berbicara? ada yang perlu kami bahas." ucapnya lagi membuat sang ratu menatap keduanya bergantian dengan tatapan tajamnya.

"Baiklah." ucapnya pada akhirnya. "Mari ikut denganku." katanya lagi sambil melirik Marina membuat wanita itu mengangguk lalu mengikuti langkah sang ratu setelah menepuk pelan punggung putrinya dan tersenyum ke arah Duke.

Mereka berjalan berdua menyusuri bukit itu dengan pelan, tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut keduanya. Hingga dersik pun dapat terdengar di telinga, saking sunyinya.

"Kau, mau apa sebenarnya?" tanya Charlotte pada akhirnya membuat Duke menolehkan kepalanya sedikit kearahnya lalu menatap ke depan kembali.

"Tanggal berapa kau menikah?" tanyanya membuat kerutan di kening Charlotte terlihat.

"Menikah?"

"Bukannya, banyak yang melamarmu kemarin?"

"Tidak ada satupun yang ku terima." balasnya dengan nada datar, dan tanpa ekspresi. Matanya menatap lurus kedepan membuat Duke lagi-lagi melihat ke arahnya, tapi sekali ini dengan tatapan bingung.

"Why? bukannya kau sangat ingin menikah." tanyanya dengan penasaran.

"Kau. Kenapa kau tak mau menikah denganku?"

"Aku sudah memberikan jawaban waktu itu."

"Tidak bisakah kau merubah mindset mu sekarang? aku tidak tau harus apalagi, saat ini. Kakakku juga sangat marah kepadaku."

"Akan ku bantu kau menemukan pria, yang bisa menerimamu dan menikah denganmu."

"Bagaimana kalau aku hanya ingin menikah denganmu?"

"Kau melamarku, huh?" ujarnya seraya terkekeh kecil membuat pipi Charlotte merona seketika.

"Tidak, aku hanya menyampaikan perasaanku saja. Daripada mengganjal."

"Jika kau menikah denganku, kau hanya akan sakit hati, karena kau tau alasanku kan, dan aku susah untuk mencintai perempuan."

"Kau suka laki-laki?" ujarnya dengan wajah polos membuat Duke menyerngitkan dahinya lalu menatap Charlotte tajam dan menyikutnya membuat perempuan itu hampir saja jatuh dan dengan sigap Duke menarik pinggangnya membuat tubuh mereka menempel kembali.

Dejavu. Lagi-lagi mereka tak berjarak seperti sekarang. Saling tatap satu sama lain, matanya indah, itu saat pertama kali Duke menatap mata perempuan di depannya ini dengan dalam. Seakan terhipnotis untuk lebih masuk ke dalam.

Semilir angin berhembus membuat rambut Charlotte sedikit menutupi wajahnya. Duke, menyingkirkan helaian itu ke belakang telinga dan membenahi posisi mereka dengan segera. Sama-sama menghadap ke belakang seraya merapikan pakaian dengan canggung.

"Sorry." ucap keduanya serempak lalu tertawa bersamaan setelahnya.

"Aku tak gay, jangan kau berbicara seperti itu lagi. Bisa saja telinga orang-orang disini mendengarnya lalu aku akan jadi tranding topik di, London."

"Who knows, right? makanya aku bertanya kepadamu."

"Terserah padamu saja." mendengar itu membuat Charlotte terkekeh mendengarnya.

"Kapan pesta dansa berlangsung, lagi?" tanya Duke membuat Charlotte menoleh ke arahnya. "Lusa." balasnya membuat Duke menganggukkan kepalanya.

"Aku akan mencarikan pasangan untukmu."

"Semoga ada yang menarik hatiku."

"Anyways, ada acara orkestra besok."

"Then?"

"Mau menontonnya bersamaku?"

"Kau ingin sekali kita menjadi berita paling happening di, London, huh?" Charlotte memutar bola matanya malas, melihat itu Duke hanya mengangkat bahunya acuh, seakan tak peduli. Memang kenapa, pikirnya.

"I don't give a fuck, with them. Kenapa kau selalu saja memikirkan perkataan orang lain?"

"Penting sekali bagiku mendengarkan perkataan orang lain. Kau tau, jika mereka sudah berbicara, bahkan bisa saja mereka lebih-lebihkan dari aslinya."

"The main thing is, yay or nah." ucap Duke jengah, mereka berhenti melangkahkan kaki lalu berdiri berhadapan membuat Charlotte mengetukkan jarinya di dagu, seolah berfikir. "Kau terlalu banyak berfikir. Diammu ku anggap, iya."

"Baiklah, baiklah. Terserah kau saja. Kita bertemu disana." balas Charlotte pada akhirnya membuat Ia menganggukkan kepalanya singkat lalu berjalan kembali mendahului Charlotte.

"Aw!" pekiknya saat menabrak punggung lebar itu saat pria di depannya ini berhenti secara tiba-tiba begitu saja. "Kau ini kenapa, ha. Sakit, tau tidak." katanya seraya mengelus keningnya.

"Cerewet."

Duke menolehkan pandangannya ke kiri dan kanan, sepertinya mereka sudah berada di penghujung bukit ini. Sangat sepi. Ternyata mereka sudah berjalan sejauh ini, ya? Sangat tidak terasa.

Dengan cepat Ia menarik lengan Charlotte ke belakang pohon berukuran besar, yang bisa menutupi keduanya dengan sempurna.

"Kenapa sih?"

Tanpa aba-aba Duke langsung saja menempelkan bibirnya dengan bibir Charlotte membuat gadis itu melotot kaget lalu ingin mendorong tubuh pria itu tapi kekuatannya tak cukup, membuatnya pasrah dengan ciuman yang seakan menuntutnya itu.

Semakin lama ciuman itu semakin intens membuatnya terbuai lalu membalas ciuman yang terkesan memabukkan itu. Kedua tangannya Ia biarkan melingkar di leher pria itu seraya lebih memiringkan wajahnya, guna memperdalam ciuman keduanya.

Duke, meremas pinggangnya lalu mengangkat sebelah gaunnya dan mengelus pahanya, yang berhasil membuat gelenyar aneh dalam dirinya saat itu. Tubuh mereka merapat sempurna tak memberi jarak sedikitpun.

"Ah.. Duke."

...

oh hi, guys! gimana sama part kali ini??
makin penasaran ga sama part selanjut-selanjutnya, jangan lupa buat kasih vote dan komen ya semuanya, and enjoy reading 🤍

hope you like it, and see you on the next chapter.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Become a Duchess Where stories live. Discover now