05. I Can't

163 10 0
                                    

Musik yang mengalun tadi telah berhenti, mereka membungkukkan tubuh pertanda dansa telah selesai. Duke dan Charlotte berjalan berdampingan, berusaha keluar dari kerumunan orang-orang yang tengah mencari pasangan hidup ini.

Mereka berdua keluar dari aula ke arah taman belakang castle ini. Charlotte sedikit panik dibuatnya, tidak ada pendamping. Mereka bisa saja terkena skandal jika seperti ini.

"Aku akan masuk." ucap Charlotte membuat Duke menahan tangan gadis itu.

"Berkeliling lah dulu denganku sejenak." pinta Duke membuat Charlotte mengurungkan niatnya lalu mengangguk.

"Kau belum menjawab pertanyaanku." ucap Charlotte membuat Duke menolehkan pandangannya menatap ke arah Charlotte seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Aku sering melihat ayah dan ibuku bertengkar, he's such an asshole. I hate him so badly, he's so fuckin rude. So, therefore, I don't believe in love, sounds bullshit."

"You have to change your mindset from now. I always believe in love. Aku percaya aku akan menemukan laki-laki yang akan membuatku bahagia hingga nafas terakhirku."

"Bahkan hingga nafas terakhir ibuku, sepertinya dia tidak pernah mendapatkan kebahagiaan."

"I'm so sorry to hear that. But, you should to try it."

"What?"

"Fall in love."

"Never."

"You look so fuckin annoying, Duke."

"I am." katanya seraya menatap kedua mata Charlotte dan di balas Charlotte dengan dengusan.

Duke, melangkah mendekat ke arah Charlotte. Gadis itu sungguh bingung dengan jantung yang tiba-tiba berdetak kencang, takut dengan apa yang akan terjadi setelahnya. Charlotte mundur selangkah.

"Kau mau apa?" tanyanya dengan raut wajah panik.

"I want to kiss you." bisiknya tepat di samping telinga Charlotte membuat gadis itu merinding dengan suara berat yang Ia dengar. Kedua pipinya merona bak tomat.

Duke, menangkup wajah Charlotte lalu memiringkan kepalanya, bibir gadis itu menganga dengan degub jantung yang tak terkondisikan. Bahkan ini kali pertamanya berdekatan dengan pria dengan jarak sedekat ini. Sungguh Ia sangat takut sekarang, tapi tak punya kekuatan untuk menolak bahkan untuk sekedar mendorong pria di depannya ini dan berlari.

Lututnya seakan lemas dan bersiap untuk jatuh tapi Duke lebih dulu menahan pinggangnya dengan sebelah tangannya.

"I can't breath." lirih Charlotte.

"Bernafaslah."

Duke semakin mendekatkan wajahnya lalu benda kenyal itu menempel begitu saja saling bertautan, tanpa bergerak. Tak lama, Duke mulai menggerakkan mulutnya, semakin lama menjadi lumatan.

"Balas aku." bisik Duke menuntut.

Duke, menekan tengkuk Charlotte untuk memperdalam ciuman mereka, saling menyecap, bertukar saliva, lumatan itu semakin lama semakin menuntut. Duke, meremas pinggang gadis itu membuat sekujur tubuhnya meremang.

Ciuman tak kunjung lepas, tanpa sadar Charlotte telah mengalungkan kedua tangannya di leher Duke. Ciuman terasa tergesa-gesa, seakan ingin merasakan lebih dari ini.

Ciuman terlepas, bibir Charlotte terbuka saat benda kenyal itu mulai mengecupi leher jenjangnya dengan basah.

"Ah.. Duke."

"Brengsek!" teriak Elworth dari arah samping lalu memukul telak tulang pipi Duke membuat dirinya terhuyung kesamping. Charlotte yang melihat kejadian itu sungguh terkejut lalu menutup mulutnya.

"Kau apakan adikku, brengsek!" Elworth berteriak marah, mencengkram kerah Duke seraya menyuruhnya berdiri. "Kurang ajar. Kalian tidak berhak melakukan ini. Kau tau bukan, hah. Kau bangsawan kan, seorang Duke. Berani melakukan hal tak senonoh disini, apa kata orang-orang jika melihat kejadian tadi. Untung saja aku, kalau orang lain bagaimana!"

Deru nafas mereka saling beradu, tatapan marah Elworth sangat menusuk membuat Duke berusaha melepaskan cengkraman tangan itu dari kerah bajunya.

"Aku tidak bermaksud." ucapnya kemudian. "Memang salahku." katanya lagi seraya menatap Charlotte yang sedang diam tak berani berkutik.

"Nikahi adikku. Lamar dia besok, aku ingin melihat keseriusanmu. Kau tau kan, jika kau salah."

"Aku tidak bisa."

"Benar-benar brengsek! apa maksudmu tidak bisa, hah!"

Duke menggelengkan kepalanya membuat Charlotte meneteskan air matanya, dirinya terasa kotor, dan pria di depannya tak mau menikahinya. Elworth benar-benar marah.

"Aku tidak bisa, maaf."

"Kita pergi dari sini, memang dasar pria tidak beradab." Elworth langsung menarik lengan Charlotte untuk ikut dengannya berlalu pergi dari hadapan Duke yang sedang termenung.

Mereka berdua saling tatapan persekian detik sebelum Charlotte memutusnya terlebih dahulu.

"I can't be duchess." ucapnya dalam hati lalu menunduk dalam.

"Terimalah Marquess yang akan melamarmu besok."  ucap Elworth mampu membuat kepala Charlotte terangkat.

"Aku tidak suka dengannya, El."

"Kau harus menikah."

"Tapi tidak dengan dirinya!" Charlotte langsung melepaskan tangan Elworth dari tangannya lalu mengangkat gaunnya dan mulai berlari meninggalkan tempat itu.

...

author notes ;
hello semuanya, ini cerita aku dengan gendre yang mungkin berbeda dari sebelum-sebelumnya, karena ini theme nya klasik, fantasi, kerajaan, dan ada unsur mature nya

semoga bisa beradaptasi dan membaca cerita ini dengan hati yang senang, karena cerita ini akan membawa kalian untuk membayangkan ke kehidupan kerajaan, pada era itu.

semoga banyak yang suka dan aku bisa mendapatan positive comments and support from you guys, so don't forget to vote and gimme sum comments, thankyouu ‼️💌

Become a Duchess Where stories live. Discover now