Part 13 : Memulai Langkah

45 3 0
                                    

Teriakan keras melengking dariku adalah hal terakhir yang kulihat sebelum terbangun.

"Haah ... haaah ... hah ... mimpi itu lagi."

Sudah seminggu berlalu sejak tragedi tidak mengenakkan menimpa sekolahku. Setelah Olla kesurupan waktu itu, beberapa anak mulai kejang-kejang dan menunjukkan gejala yang sama. Sekolah diliburkan dan aku hanya menghabiskan waktu di rumah setiap hari dengan terus terbangun dari mimpi buruk yang sama. Ingatan yang mengganjal dan seakan tidak ingin dilupakan begitu saja.

Setiap hari. Saat sarapan. Ibu akan terus berbicara soal hilangnya para warga secara misterius. Setelah empat hari, pasti warga yang hilang tersebut akan ditemukan dengan kondisi telah meregang nyawa. Sama persis seperti Pak Tanto, ayahnya Syamsul.

Tiga hari setelah persami, Olla ditemukan mati bunuh diri di kamarnya dengan cara gantung diri. Itu sebabnya aku selalu memimpikan Olla akhir-akhir ini. Perasaan bersalah terus menghantui. Apalagi saat melihat tangisan dari ibunya yang janda dan sang adik yang masih kecil sekali. Olla selalu bercerita ingin bekerja dan memberikan gajinya kepada sang ibunda.

"Mir, dah bangun? Ibu suruh sarapan," ucap kakakku, Hadi. Ia sengaja mengambil cuti kuliah dan memutuskan untuk membantu pemulihan pasca-trauma bagi diriku. Siapa yang akan tahan setelah melihat temannya sendiri mati bunuh diri? Bukan aku. Aku masih sering sedih dan bermimpi buruk. Aku jadi ingin tahu juga bagaimana kabar Idah dan Ria.

"Bentar lagi." Aku beranjak menuju kamar mandi. Membasuh seluruh tubuh dengan air. Di hari saat para murid terkena kesurupan massal, aku melihat sosok nenek-nenek itu lagi. Wanita tua dengan cepolan rambut beruban yang menggulung besar di bagian atas kepalanya. Aku bahkan tidak berani menutup mata saat keramas.

Karena memimpikan nenek tua itu, aku jadi pergi ke rumah gubuk di tengah hutan. Rumah gubuk itu. Aku bahkan tidak berani lagi masuk ke hutan. Aku bahkan tidak berani sama sekali walau hanya berpikir untuk masuk ke sana.

Setelah mandi aku memutuskan tidak langsung turun ke bawah untuk sarapan. Dengan handuk yang masih tersampir di kursi putar, kududukkan diri ini di depan layar monitor PC. Benda yang masih sangat jarang dimiliki warga desa sini. Sudah setahun dan jaringannya lumayan kalau hanya untuk berselancar di situs enam huruf yang selalu dipanggil Mbah oleh semua orang.

Aku mulai mengetik nama di bar pencarian.

Macam-macam sesaji. Langsung tampak berbagai macam gambar yang didominasi foto tampah bundar yang besar dengan isi kembang tujuh rupa di dalamnya. Kembang melati, kemenyan, kopi hitam, terkadang pakai ayam kampung yang dibakar mentah dan kadang tidak pakai. Ada yang pakai arang menyala dan ditaburi minyak tertentu agar mengeluarkan bau yang khas.

Semua hal yang katanya disukai oleh jin, dimakan jin, diminum jin, dan bisa digunakan untuk mengendalikan jin. Jin itu seperti apa? Sepertinya aku tidak menemukan sesaji yang mirip dengan yang kutemukan di gubuk tua kemarin.

Tidak ada tuh, yang memakai sesaji kepala tiga ekor tikus, ditancapkan di tombak trisula pula. Ada sih beberapa yang pakai kepala kerbau, kepala sapi, dan kepala kambing. Sebenarnya mereka memberikan sesaji untuk apa?

Namun, dalam sesaji itu mereka pakai ayam cemani. Ayam berkulit dan berdaging serba hitam mulai dari ujung paruh sampai ujung kuku kakinya. Ayam dan daging hitam yang sama yang aku lihat di panci rebusan beberapa hari yang lalu. Apakah Ibu juga melakukan hal-hal seperti itu?

Bibirku kembali mengikuti irama tiap-tiap huruf yang tertera dari berbagai artikel. Kubaca perlahan dan detail. Mencoba memahami maksud dari pemberian sesaji itu dan siapa yang menerimanya? Akan dapat apa si pemberinya?

Kekayaan? Jabatan? Harta benda? Kecantikan?

Hal-hal dunia lain yang sebenarnya bisa mereka cari dengan kerja keras. Siapa yang tidak bisa memiliki wajah rupawan di jaman sekarang ini bila ia bisa rajin menggunakan produk perawatan tubuh? Semua bisa. Kaya bisa. Jabatan bisa. Semua bisa dikejar dengan kerja keras sendiri. Apa yang sebenarnya mereka kejar? Hanya hal-hal sepele seperti itukah?

****

Bersambung

MISTERI ORANG HILANGWhere stories live. Discover now