Part 10 : Gelap Berjalan

70 3 0
                                    

Misteri Orang Hilang
Part 10

Setelah merisleting tenda, aku mulai berjalan mengendap menuju lorong koridor. Sebisa mungkin aku menghindari kaki untuk tidak menginjak bebatuan atau benda apa pun yang dapat menimbulkan suara. Sedikit lagi. Tinggal melewati beberapa kelas lalu toilet dan sampailah aku di halaman belakang. Sebentar lagi.

"Mau ke mana?"

"Astaga!" Aku hampir terjungkal ke belakang. Laki-laki berbadan tinggi yang semakin tinggi saja dilihat dari posisiku yang berjongkok ini menghalangi jalanku. Muncul dari mana Bang Yudha bisa ada di depanku secepat ini?

"Lu mau ke mana lagi?"

Ah, sial sekali. Kenapa aku harus bertemu dengannya? Aku hanya ingin pergi ke sana sendiri untuk memastikannya.

"Biasa. Toilet atuh kalo ke arah sini, mah," kilahku bohong. Aku langsung berdiri tegak setelah terjatuh tadi sambil terus melihat keadaan. Aku harus memastikan baik Idah, Olla, mau pun Ria gak boleh lihat aku di sini.

Picingan mata Bang Yudha begitu mengintimidasi. Terlihat dari kardus yang ia bawa, sepertinya dia sedang sibuk dan harus mengurus sesuatu. Aku harus memikirkan sesuatu yang natural dan tidak mencurigakan. Aku bilang akan ke toilet. Kalau begitu ....

"Temenku di toilet tadi, aku nyusul. Katanya kan gak boleh ke toilet sendiri."

"Lagi? Lu gak takut?" Kenapa orang ini banyak tanya sekali, sih?

Dibalik jaket aku menyembunyikan tangan seolah-olah ada sesuatu di sana. "Temen aku butuh ini banget. Ketinggalan."

"Apaan?" Yes. Berhasil.

"Lagi itu. Ini tuh itu. Itu tuh. Aduh malu bilangnya," ucapku. Bang Yudha seakan mengerti. Wajahnya langsung salah tingkah. Yap, aku mengisyaratkan seolah-olah sedang membawa pembalut. Astaga aku pintar sekali.

"Yaudah sana cepetan! Udah nunggu kali temen lu!" Bang Yudha berlalu sambil terus menggelengkan kepala.

Berhasil! Ayo sekarang kita lari cepat sebelum ia sadar aku berbohong!

***

Aku tidak yakin punya banyak waktu untuk berjalan-jalan. Aku hanya akan mengecek tempat itu lalu kembali lagi. Hatiku berkata akan ada sesuatu di sana. Apa harusnya aku mengajak seseorang?

Hutan bahkan lebih menyeramkan di malam hari. Tempat yang suka digunakan anak laki-laki sekolahku untuk kabur dan bermain di dalamnya kini terlihat mengerikan sekali. Dengkuran burung hantu dan suara jangkrik yang bersahut-sahutan langsung menyambutku di jalur masuk. Lanjut atau tidak, ya?

Selangkah demi selangkah kulewati. Aku semakin masuk ke dalam hutan. Suara riuh anak-anak yang menikmati api unggun semakin tidak terdengar. Aku benar-benar telah masuk ke bagian paling dalam hutan. Kalau tidak salah gubuknya ada di sekitar jalur jurit malam waktu itu, tapi kenapa tidak terlihat sama sekali, ya?

Lho?

"Ya ampun. Aku udah sampe di depannya ternyata? Perasaan tadi gak ada." Aku menelan ludah. Masuk atau tidak, ya?

Kulihat lagi dengan seksama bangunan tua yang bersih dan terawat ini. Kusam tapi tidak reot. Tidak ada sarang laba-laba di genteng atau tiap sudut rumah. Seperti dibersihkan oleh seseorang setiap harinya. Kalau ini rumah orang bagaimana?

Ketuk dulu.

"Permisi ...."

"Permisi ...." Kuketuk lagi daun pintu dari triplek tipis ini.

"Per--" Pintu ini kemudian terbuka dengan sendirinya. Apa aku terlalu keras ya mengetuknya? Iya sih tripleknya tipis sekali. Aku melinguk ke kanan dan kiri. Memastikan tidak ada orang yang melihatku masuk.

Kaki ini tanpa sadar sudah berada di bagian dalam gubuk. Gelap. Tidak ada cahaya. Padahal kemarin saat aku lihat ada sorot lampu berwarna kuning yang memancar keluar dari sini. Apa mungkin itu bukan lampu?

Aku menggeleng cepat. Tidak, tidak! Jangan berpikiran aneh. Ayo kita cek saja dan segera keluar dari sini. Pasti ada sesuatu. Seperti sakelar lampu atau colokan. Gelap sekali. Aku meraba tiap bagian dinding dengan hati-hati. Dinding dari anyaman bambu yang masih kokoh.

Ketemu! Sebuah sakelar lampu segera kutekan. Namun yang menyala adalah sorot mataku yang terkejut sekali melihat isi rumah ini.

"A-a-apa ... semua ini?"

***

Bersambung

MISTERI ORANG HILANGWhere stories live. Discover now