Part 5 : Kejadian Tidak Terduga

124 6 0
                                    

MISTERI ORANG HILANG
EPISODE 5

****

Spontan aku berdiri tegak selepas menyender. Kuusap mata ini dengan kasar berulang kali. Kerjapan mata sampai tak terhitung jumlahnya. Konon, mengedip adalah cara manusia untuk membasahi lensa matanya. 

Namun, setelah mengedip untuk memperjelas objek yang ingin kulihat ... tidak ada apa-apa di sana. Ibu? Tidak mungkin juga Ibu ada di sini malam-malam. Ini jam dua! 

Meski berpikir rasional sekalipun, hentakan di dada ini tidak kunjung berhenti. Kulangkahkan kaki menuju halaman belakang sekolah tempat aku melihat sosok yang mirip Ibu tadi. Aku harap sih ... bukan. Untuk apa Ibu ada di sini jam dua pagi?

Halaman ini biasanya ramai karena selwlu menjadi tempat nongkrong anak-anak cowok. Tidak kusangka bila malam bisa menjadi seseram ini. Pohon besar yang bila siang menjadi tempat berteduh murid untuk menyejukkan diri itu berubah menjadi tempat menakutkan yang seolah-olah menyembunyikan sesuatu yang tidak kalah seram juga di dalam sana. 

Aku berdiri persis di tempat sosok tadi berdiri. Tidak ada apa-apa dan tidak ada siapa-siapa. Apa aku salah lihat karena merasa ngantuk? 

Sebuah tepukan di bahu yang singkat langsung membuat seluruh badanku menggigil ngeri. Aku berbalik. 

"Kyaaa!" Aku berteriak kencang sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Tawa cekikikan yang khas dan kukenal kemudian terdengar. Kubuka perlahan celah di antara sela-sela jariku agar menjadi lebih renggang. Olla berdiri menggunakan senter yang dinyalakan di bawah dagunya. Dasar iseng!

"Olla! Aku kaget tau," keluhku sambil menepuk bagian belakang celana yang tadi menyentuh tanah. Saking kagetnya sampai terduduk di bawah. Sementara Olla malah asik cekikikan. Sesekali dirinya dan senter yang ia pegang mencoba menakutiku lagi

"Iseng banget."

"Kamu yang iseng tau, ngapain pake ngetok-ngetok bilik toilet segala? Mau nakutin, kan? Abis ngetok langsung kabur ke sini lagi. Dibilangin tunggu di luar aja!"

Hah? Ngetok? Kapan?

Aku bahkan tidak ada satu menit bersandar di sana karena melihat sosok yang mirip ibuku lewat tadi.

"Siapa yang ngetok? Jangan bercanda kamu, La! Iseng mulu deh," elakku. Raut wajah Olla tampak tidak terima dengan jawabanku. Dahinya mengerut. Sedetik kemudian tangannya mendorong bahuku.

"Kamu mah ... kamu tadi gedor-gedor pintu bilik sampe aku mau nangis. Nih liat!" Benar. Aku baru sadar kalau hidung Olla merah sekali. Terlebih karena memang kulit tubuhnya sudah putih bersih khas ras Mongoloid. Matanya yang sipit itu juga sedikit memerah di bagian samping. 

"Sumpah, La. Aku gak masuk ke kamar mandi sama sekali. Aku nunggu di sini," tegasku lagi. Aku sampai harus menghentakkan tanah agar ia percaya. Aku tidak berbohong dan raut wajah Olla juga tidak seperti orang yang membual. Lantas? Sebenarnya ada apa?

Kedua sudut bibir kami terjun ke bawah secata bersamaan. Aku dan Olla saling pandang dan membelalakan mata. Isi pikiran kami pasti sama saat ini. Padahal sejak tadi mengobrol biasa terasa ringan-ringan saja, tapi sekarang baik aku mau pun Olla sama-sama tidak berani bersuara. Mungkinkah?

Lututku mulai lemas lagi. Oh tidak! Jangan sekarang. Kumohon, aku ingin lari secepat mungkin dari sini dan menuju ke tenda kami! 

"Pe-pe-permisi, ka-ka-kami numpang lewat," ujar Olla terbata. Berbeda dengannya yang sudah siap berlari. Telapak kakiku saat ini mati rasa. Dia masih bisa bicara tapi aku tidak sanggup untuk mengeluarkan walau hanya sepatah kata. 

Olla yang menggandeng tanganku ikut terjatuh dikarenakan kakiku yang benar-benar sudah tidak bisa digerakkan. Bulu kuduk ini makin bergemuruh hebat kala kulit yang sudah merasakan hawa dingin sejak tadi mendadak merasakan ada sejumput rambut merambat di punggung. 

Ini rambut. Ujung-ujungnya yang terus menusuk tiap inci kulitku rasanya sama persis seperti saat aku masih berambut pendek dulu. Dulu ujung rambutku selalu menusuk bagian belakang leher. Sakit, perih, dan gatal. Namun tidak terluka atau berdarah. Rambut ini terus menjalar hingga aku bisa merasakannya di dekat leher.

"Ka-kamu nga-ngapain sih, Mir? Hayu lah balik ... udah gak beres ini," pinta Olla. Ia mencoba berdiri dan mengangkatku. Nihil. Aku sendiri bahkan tidak bisa merasakan keberadaanku saat ini. Aku menapak tanah tetapi kulitku tidak mendeteksi adanya partikel yang tersentuh. Seperti melayang di udara yang kosong dan hanya ada rambut ini yang bisa kurasakan semakin naik ke wajahku. 

****

BERSAMBUNG  

MISTERI ORANG HILANGWhere stories live. Discover now