Bab 1 - Noda Merah

13 4 0
                                    

Andri Pov

"Sacrificate hanc animam peccatricem."

Mendengar suara itu, aku terbangun. Aku membuka lebar mataku. Apakah kalian berpikir bahwa aku akan melihat pagi yang cerah dengan pancaran matahari yang indah?, Kalian salah.

"Apa yang terjadi?"

Pertanyaan itu yang keluar dari mulut ku pertama kali. Saat aku mengangkat badanku untuk bangun, betapa kagetnya aku melihat mayat dari seseorang yang sudah hancur lebur tak terbentuk. Tidak mungkin bagi seorang penakut sepertiku tidak berteriak.

"Aaaaaaaaa" teriakan jantanku menggema di seluruh ruangan.

Tanpa kusadari, aku menggenggam sebuah pemukul bisbol besi yang dilumuri darah. Itu membuat ku semakin kaget dan ketakutan. Aku berpikir bahwa ada pembunuh yang berkeliaran disini. Di sisi lain juga aku berpikir bahwa akulah pelakunya. Tetapi aku lebih percaya bahwa bukan aku pembunuhnya. Namun jika bukan aku siapa lagi yang berada disini.

"Apa pembunuh itu sudah kabur melarikan diri?", Entah kepada siapa aku bertanya, yang pasti aku sedang kebingungan.

Namun anehnya, kenapa dia tidak menyakitiku sama sekali.
Aku takut jika pembunuh itu datang. Aku dengan segera keluar dari ruangan tersebut. Seluruh badanku dan baju putih yang baru saja ku cuci kemarin dilumuri darah dari mayat tersebut. Karena takut jika orang lain melihat darah segar yang berada di tubuhku, aku pun menutupinya dengan selimut yang berada di rumah dimana mayat yang sudah tidak terbentuk itu berada ditempatnya. Aku lalu lari dengan mengendap - ngendap dari pintu belakang.

Aku akhirnya menemukan mobil ku yang terparkir dekat didepan rumah tersebut. Setelah memastikan keadaan, aku lalu menuju mobil mahal Ferarri F12 ku dan menuju apartemen ku.

Untung saja, aku bisa kembali ke apartemen dengan selamat. Namun aku tidak tahu apa saja masalah yang akan menimpaku lagi nanti.

Namaku Andri, aku adalah anak tunggal dari Chandra Irawan dan Risma Irawan. Apa kalian tidak mengenalnya?. Mereka adalah konglomerat. Ibuku berkata jika ayahku telah meninggal sejak aku masih kecil. Ayahku dulu adalah seorang yang bijak dalam melakukan hal apapun. Namun sepertinya, aku tidaklah seperti ayahku. Aku hanya bocah SMA yang kutu buku di sekolahku.

Banyak yang mengira aku adalah idola sekolah karena mereka berpikir aku itu tampan dan pintar. Tetapi seperti kata pepatah, "don't judge a book by the cover", aku adalah Bocah kutu buku yang menjadi murid teladan di sekolah. Oleh karena itulah, banyak senior kelas membullyku karena menganggap bahwa aku melebihi kemampuan mereka. Apalah dayaku, walaupun tubuhku sedikit kekar aku tidak bisa apa - apa. Saat mereka asik membully ku tiba - tiba suara yang hangat menghembus telinga ku.

"Hei bajingan lepaskan Andri!!"

Aku langsung menyadari suara itu. Perempuan berambut ikal panjang berwarna hitam berkilau, memiliki bintik - bintik merah dipipinya, matanya berwarna hitam seperti yang kukenal. Itu adalah suara Seila, sahabatku. Tidak sepertiku yang kutu buku dan lemah, Seila adalah idola sekolah. Tak hanya itu dia juga pandai beladiri. Tanpa pikir panjang, dia langsung menghajar seniornya sendiri tanpa ampun yang membuat mereka semua lari ketakutan. Tak seperti perempuan lain, dia selalu menemaniku saat aku kesepian. Tak heran jika aku sudah sangat akrab dengannya.

"Kau tidak apa - apa Ndri?", Ucapnya.

"Aku tidak apa - apa kok, thanks ya La.", Jawabku.

Walaupun sudah akrab dengannya, namun di momen inilah aku merasa canggung kepadanya.

"Apa dia menyukai ku?", Ucapan dalam hati yang terpikir secara tidak sengaja.

Tapi sepertinya itu tidaklah benar. Dia sudah memiliki pacar apalagi pacarnya juga idola sekolah. Sedangkan aku hanyalah pria culun yang menjadi murid teladan. Apalagi dia hanya menganggapku sebagai teman tak lebih. Tanpa sadar, perutku sudah berbunyi dan tak sabar untuk diisi.

What's Happened?Where stories live. Discover now