"Katakan padaku" tegasnya, matanya berapi-api ketika menatapku.

"Please.." aku kembali memelas padanya tapi dia benar-benar tidak ingin mendengarkanku, aku tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya padanya, jika aku mengatakan hal sebenarnya yang kurasakan tentang perasaanku kepadanya, aku bersumpah mungkin akan ada masalah baru lagi. Aku sudah cukup menyakitinya dengan masalah Maxwell sialan itu, aku tidak mungkin menambah luka dihatinya, itu tidak akan mungkin untuk kulakukan.

"Ashley Warren, katakan padaku sekarang juga!" dia kembali mendesis, aku menghela nafasku dengan kasar lalu menghembuskannya dengan perlahan, matanya tetap mengikutiku.

"Aku tidak suka berada di mansion, aku benci pamanmu"aku berkata, setidaknya aku tidak berbohong, aku memang membenci Henry. Dia menghembuskan nafasnya seolah dia menahannya sejak tadi dengan penuh kelegaan, aku masih menundukkan kepalaku ketidak dia menarik daguku agar aku menatapnya.

"Kau tidak suka hmm?" tanyanya dengan lembut sambil merapikan helaian rambut yang menutupi wajahku, dia menyelipkannya ke belakang telingaku dengan sabar dan penuh kelembutan.

"Maafkan aku" aku berujar padanya sebelum dia menutup bibirku dengan bibirnya agar aku tidak mengeluarkan kata-kata lebih banyak lagi, kecupan itu lembut dan hangat, aku terkejut dengan reaksi tubuhku akan kecupan yang diberikan Sean padaku, itu hanyalah sebuah kecupan, tapi kenapa dia membuatku seolah-olah terbang ke angkasa, untuk sesaat aku lupa bahwa aku berada di bumi, dan untuk pertama kalinya dia membuatku lupa akan segalanya hanya dengan sebuah kecupan lembut darinya.

"Putar mobilnya, kita kembali ke penthouse" dia membentak ke arah Richard, aku menatapnya dengan pandangan yang seolah berkata 'Apa kau sudah gila' tapi dia tidak repot-repot menggubris pandanganku, sekarang apakah dia marah padaku?, oh astaga.

"Sean aku tidak..."

"Sttt, jangan mengungkit hal ini lagi" sialan dia benar-benar marah padaku, aku mengusap rahang indahnya, merasakan bakal rambutnya ditanganku.

"Kau membenciku" aku berkata padanya dengan putus asa, pandangan Sean langsung beralih padaku saat aku mengatakan hal itu ppadanya, aku bahkan juga melihat matanya melelbar ketika dia menatapku.

"Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu Ash!, aku mencintaimu!, harus berapa kali aku meyakinkanmu akan hal itu!, kenapa kau masih saja tidak bisa menerima kenyataan itu!"

"Sean..."

"Apa yang membuatmu ragu akan hal itu?, apa yang membuatmu tidak bisa mempercayaiku? Perasaanku, apakah perasaanku hanyalah omong kosong bagimu?" kemarahan dan keputusasaannya menjadi satu dan saat ini dia tidak repot-repot menutupinya.

"Tidak!, Sean aku tidak pernah sedetikpun memikirkan hal itu, perasaanmu padaku sangatlah indah, aku seperti mendapatkan keajaiban mengetahui jika kau mencintaiku, hanya saja..."

"Hanya apa?!" dia membentakku, tatapan matanya menunjukkan luka yang mendalam, oh tuhan aku meyakitinya lagi, hatiku rasanya perih ketika melihatnya saat ini.

"Perasaanmu sangatlah membingungkanku Sean, aku merasa bahwa hal ini sangat berlebihan untuk ku..., untuk kumiliki, semua hal yang datang bersamamu seakan mimpi untukku, dan ketika aku memikirkan lagi betapa kau mencintaiku, disaat yang bersamaan hatiku terasa sakit karena aku tidak bisa mengatakan hal yang sama padamu, aku membenci diriku karena hal itu, suatu saat nanti kau pasti muak padaku dan meninggalkanku, aku tidak masalah dengan hal itu, bahkan jika saat ini juga kau memintaku untuk pergi darimu maka akan kulakukan, hanya saja..." tiba-tiba aku terisak, air mataku telah membanjiriku, aku bahkan tidak sadar sejak kapan air mataku keluar.

Forever MineWhere stories live. Discover now