7. mengingat janji

325 33 19
                                    


" Jadi...disini adalah satu-satunya tempat yang tidak terlalu di jaga dengan ketat dan setauku hanya empat tentara saja yang berpatroli setiap hari di lokasi ini " marisa menjelaskan dengan rinci rute untuk mereka lalui agar bisa keluar dari penjara tersebut.

Reich dan ivankov memerhatikan dengan seksama mereka saling memberi tahu informasi yang mereka dapat mulai dari jadwal patroli tentara hingga letak beberapa ruangan kecil di dalam tempat itu, ruangan yang tersembunyi dan bisa di bilang cukup kecil itu mereka gunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang, beruntungnya tak ada satupun petugas pemeriksa yang mengeceknya.

Ketiga orang tersebut menjalankan rencananya sebelum fajar tiba, reich mulai mengendap-endap melewati setiap obor yang menghiasi lorong gelap tersebut." Hei marisa apa kau yakin jika lorong bawah tanah ini aman? aku sedikit ragu.."
Reich bertanya dengan raut wajah cemas, bagaimana kalau dirinya tertangkap dan diseret ke tengah lapangan lalu ditembak mati hhh...membayangkannya saja sudah cukup untuk membuat tubuh reich bergidik ngeri.
" Semoga saja begitu kuharap ini adalah jalan teraman untuk kita lewati terlebih lagi kita hanya membawa satu senjata api dan dua kapak " marisa menjawab dengan wajah serius matanya melirik sekitar berwaspada bila ada yang datang.

Tidak lama terdengar sebuah langkah kaki, segera marisa cekatan mengangkat kapaknya sedang kan reich dan ivankov memasang kuda-kuda untuk menyerang,
Terlihat lah beberapa tentara merah menatap terkejut kearah mereka " Kalian! Turunkan senjata sebelum kami- ahkk..!" Tentara itu terkapar tidak sadarkan diri reich memukul tengkuknya agar pingsan untuk sementara, sedangkan kedua rekan di belakangnya terkejut dan melayangkan senjata ke arah mereka bertiga, ivankov menendang salah satu kaki tentara itu sebelum menarik pelatuknya langsung saja dia memukul tepat pada kepala hingga membuatnya jatuh menghatam lantai batu tersebut.

Waktu berselang cukup lama hingga mereka berhasil mengalahkan ketiga tentara merah dengan membuat manusia-manusia itu terkapar tak berdaya di lantai keras dan dingin...

"Fyuhh...syukurlah kita masih selamat, tidak ada yang terluka kan teman-teman?" Marisa bertanya kepada reich dan ivankov mereka mengangguk sebagai jawaban bahwa mereka baik-baik saja. Dengan segera mereka mulai bergegas mempercepat langkah kaki hingga sampai pada suatu hutan tak lama terdengar suara tembakan yang membuat mereka terkejut, reich berlari diikuti kedua orang di belakangnya.

Situasi menjadi semakin buruk ketika para tentara merah semakin dekat dan hampir saja memukul ivankov, untung saja dia berhasil menhindarinya dan berlari memasuki hutan bersalju lebat itu membuat ivankov terpisah dari reich dan marisa.
" tidak kita terpisah reich! Apa kita harus men-...REICH! KAU DIMANA!?"
Tanpa marisa sadari seseorang yang ia ajak bicara telah hilang entah kemana sepertinya wanita ini terlalu fokus berlari...

" ah sial siall..aku benci ini " gerutu marisa jika pria manis itu benar-benar berniat untuk kabur dan hidup bebas sendiri tanpa memperdulikan dirinya yang sudah membantunya?.

Sementara reich yang bersembunyi dari pria tinggi berushanka coklat mulai panik karna kehabisan ide untuk melarikan diri dengan selamat tubuhnya mulai tak rileks,kakinya semakin gemetaran. Hal mengerikan ini takan terjadi jika saja marisa menolongnya saat jatuh terperosok ke dalam hutan yang semakin membawanya ke bawah dan berakhir bertemu oleh uni soviet, reich sudah berteriak pada marisa untuk menolongnya tapi entah apa yang terjadi pada wanita tersebut hingga sampai tak mendengar teriakan reich apa marisa memiliki niat lain terhadan nazi germany.

Hingga reich mulai melangkah kan kaki nya pelan " -ahhk "sebuah belati sudah bertengger di tengkuk lehernya.
" mau kemana kau huh?" Suara berat tersebut seketika membuat reich terdiam membeku dirinya berusaha semaksimal mungkin untuk bergerak
" lepaskan aku soviet.." ucap reich lirih.

" semestinya aku menjadikan mu istriku agar tidak akan pernah lari dari sisiku "
Celetus soviet yang membuat mata reich membulat.
" apa kata mu soviet?"
Reich menoleh hingga belati itu melukai lehernya tapi ia tak memperdulikan Luka tersebut, dia lebih peduli terhadap pendengarnya yang sepertinya sedang rusak.
" kau tuli sayang? Apa aku harus mengulangi kata-kataku?, ah ya jika dilihat dirimu pasti lupa akan janji kita ya reii.." soviet menyeringai saat mengatakan kaliamat itu, mengakibatkan reich membuat jarak diantara ke duanya " janji..janji katamu jangan pernah bermimpi aku pernah membuat janji denganmu soviet!" Reich mulai emosi atas ucapan-ucapan aneh dari soviet. " sayangnya ini bukan mimpi rei kau berjanji saat kita masih bersahabat secara diam-diam tanpa di ketahui oleh orang tua kita kau ingat itu? Dan yaa..kau berjanji akan selalu menjadi sahabatku juga tidak akan pernah melupakanku aku masih sangat terpukau dengan senyum manismu saat mulutmu mengatakan janji itu..." soviet mengatakan semua yang ada dalam hatinya, kalimat panjang itu sudah mengganjal lidahnya sedari kemarin!, huh..membuat tak nyaman saja.

Reich termenung dia sudah melupakan kenangan itu tapi kenapa sosok di dehadapnya harus mengingatkanya?, kenangan indah itu sudah reich kubur dalam-dalam dia tak mau mengingatnya lagi tak mau! Tapi entah kenapa selalu saja ada rasa penyesalan yang berkecamuk dalam hatinya apa itu rasa tak tega dari hati nurani kecil miliknya?

Soviet mendekatkan dirinya dan menyentuh pipi reich, ahh rasanya ingin sekali mencubit gumpalan tersebut. Reich mendongakkan kepalanya hingga membuat iris mata kedua mahkluk tuhan itu bertemu.







Bersambung....


Ok seperti part sebelumnya kalau suka jangan ragu untuk memberi vote dan komen ya kira-kira ini book ada adegan ekehm-ekhemnya gak nih?
Tapi auth sendiri kok takut ya nulisnya hehe...

Kalau semisal auth bikin book baru mau req ship apa nih? Past country modern country? Terserah deh komen yaaa!
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

*my Escape*Where stories live. Discover now