Welcome to Sopot

13 2 0
                                    

Setelah perjalanan yang melelahkan dari Warsawa menuju Sopot, akhirnya Arash dan Elsa sampai di kota Sopot. Untuk melanjutkan ke hotel, Arash menyewa sebuah mobil sport kuning yang kap mobilnya senggaja ia buka. Setelah sampai ke Grand Kasino Hotel letaknya dekat Sopot beach, Arash memesan satu kamar presidental suite yang akan ia tempati bersama Elsa. Kamar bergaya elegan tepi laut dengan balkon kamar yang mengarah ke pantai berpasir putih.
"Wow... Aku sedang tidak bermimpi kan? Cubit aku?" Ujar Elsa melihat seluruh ruangan kamar dan matanya tertuju pada balkon yang gordenya sudah ia buka.

Alih-alih mencubit pipi Elsa, Arash malah mencium pipi Elsa seraya tersenyum padanya. Elsa jadi membulatkan matanya. "Dasar kau! mencuri-curi kesempatan dalam kesempitan!"

Arash tersenyum simpul.

"Oiya bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Elsa sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur. "Aku lelah." Tambahnya.

"Luna sudah mengaturnya. Lagi pula setelah menikah kan seharusnya ada bulan madu?" Arash pun mengikuti Elsa membaringkan tubuhnya di atas kasur berselimut putih.

Elsa jadi menoleh ke arah Arash yang berbaring di sampingnya. "Bulan madu? Jadi itu alasanmu agar nenek mengijinkan?"

"Aku tidak perlu minta ijin untuk berbulan madu dengan istriku."

"Kau ini." Elsa terus memandangi penampilan Arash yang berbeda dari biasanya. Tidak ada jas atau pun kemeja dengan dasi yang selalu melekat di tubuhnya yang membuat CEO muda itu tampak perlente. Arash hanya mengenakan celana pendek warna hitam dipadukan dengan kaos putih polos. Elsa tersenyum simpul menatap Arash.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Ujar CEO muda itu sambil menoleh ke arah Elsa.

"Aku senang melihat penampilanmu seperti ini. Bukan Arash sebagai CEO muda tapi hanya Arash."

Arash tersenyum simpul menatap kedua mata Elsa. "Aku juga menyukai Elsa yang seperti ini." Arash membangkitkan badanya, matanya kini tertuju pada jari manis Elsa yang ia sematkan sebuah ring penutup botol susu kemasan seraya menunjukkan gigi putihnya yang berjejer rapi. Arash pun memegang pergelangan tangan Elsa kemudian menariknya perlahan.
"Ayo kita pergi jalan-jalan!"

Elsa menahan tarikan tangan Arash dengan tak lekas bangkit dari tempat ia berbaring. " Aku lelah... Nanti saja ya jalan-jalannya."

"Ayolah!!" Arash menarik kencang kedua tangan Elsa hingga tubuhnya jadi terangkat dan terhempas ke pelukan Arash. "Haruskah dengan cara ini agar kamu mau ikut?" Tambahnya.

Elsa terseyum simpul. "Dasar cowok. Ayo!"

Arash melepaskan pelukanya. Kemudian keduanya pun bergegas menuju lift yang telah Arash buka pintunya. Mereka pun masuk dan tak lama pintu lift pun tertutup kembali. Di lift yang lain tak jauh dari lift yang dinaiki Arash dan Elsa, pintu lift itu terbuka. Terlihat Emir dan Anaya melangkah keluar dari lift itu dan menuju kamar yang telah mereka pesan. Terpancar kebahagian dari wajah keduanya.

Di sisi lain...
Di ruangan kantor Arash Reyhan Aryadinata terlihat nenek memasuki ruangan itu dan menanyakan keberadaan Arash dengan raut wajah kesalnya menghadap ke arah cucu perempuannya yang sedang bekerja di depan laptopnya.
"Sedang apa kau di sini? Di mana Arash?"

Luna yang terkejut melihat kedatangan neneknya yang tiba-tiba pun matanya jadi terarah pada wanita tua itu yang berdiri di hadapannya.
"Nenek?" Ujar Luna sambil menutup laptopnya. "Duduk nek."

"Tidak perlu basa-basi. Cepat katakan di mana kakakmu?!" Tukasnya dengan nada agak tinggi.

Luna pun berdiri dan menjawab dengan sopannya. "Maaf kalo aku baru beri tahu nenek soal ini. Saking sibuknya aku jadi lupa mau memberitahu nenek. Kak Arash bersama istrinya pergi ke Sopot untuk honeymoon."

"Apa?!" Nenek menghela napas kasarnya. "Bertindak sesuka hati!" Gerutunya sambil berjalan ke depan pintu dan membukannya hingga punggungnya tak nampak lagi di hadapan Luna.

"Huft..." Luna pun melanjutkan pekerjaannya.

Kembali ke Sopot...
Arash mengajak Elsa ke kawasan Krzywy Domek, sebuah gedung dengan desain arsitektur yang tidak bisa di Polandia. Bagunan ini salah satu landmark daerah Sopot yang merupakan bagian dari pusat perbelanjaan Rezydent. Elsa dibuat terpukau dengan gedungnya berbentuk seperti sedang meleleh hingga membuat mata Elsa tak berkedip melihatnya dan mulutnya pun sampai terbuka melihat keanehan bangunan itu.

"Apa ini? Wow..." Ujar Elsa membuka mulutnya.

Arash tersenyum simpul melihat ekspresi Elsa dan menutup mulut Elsa, menyatukan bibir Elsa dengan tangannya. "Tutup mulutmu."
Elsa pun jadi menutup mulutnya.
"Ayo masuk!" Pungkas Arash mengandeng tangan Elsa dan menggiringnya ke sebuah kafe di Krzywy Domek.

Mereka menikmati dua cangkir coffee latte, apple pie dan jogurt z pure z mango.
"Wow... Aku terkesan dengan bangunannya." Ujar Elsa seraya menyeruput kopinya.

Arash tiba-tiba bangkit dari duduknya kemudian merogoh saku celananya. Dari dalam saku celananya dikeluarkan kotak kecil berwarna putih. "Berdirilah sebentar!"

"Ada apa?" Ujar Elsa yang keheranan. Ia pun lantas berdiri menghadap Arash yang memegang sebuah kotak putih.

"Aku ingin semua orang di sini jadi saksinya." Ujar Arash.

"Maksudnya?"

"Uwagę wszystkich. Chcę, abyście tu obecni byli świadkami zjednoczenia naszej miłości." (perhatian semua orang. Saya ingin Anda di sini untuk menyaksikan penyatuan cinta kita). Teriak Arash seraya melihat ke seluruh orang-orang yang berada di kafe itu.

Orang-orang pun jadi melihat Arash dan Elsa. Kemudian Arash berlutut dan membuka kotak putih itu yang ternyata berisi cincin berlian.
"Menikahlah dengan ku?"
Elsa jadi membulatkan matanya seraya tersenyum simpul. Orang-orang pun bersorak meneriakkan "Zaakceptuj... Zaakceptuj!" (Diterima).

Elsa mengangguk dengan senyum harunya seraya mengulurkan tangannya tanda ia menerima lamaran Arash. Semua orang bertepuk tangan melihatnya. Arash tersenyum dan melepaskan ring susu dari jari manis Elsa dan menyematkan cincin berlian di jari manis Elsa. Arash lantas berdiri kembali dan langsung memeluk Elsa. Orang-orang bersorak sorai dan bertepuk tangan seakan ikut bahagia dengan penyatuan cinta Arash dan Elsa. Setelah beberapa detik yang membuat wajah Elsa memerah dan bibirnya tak berhenti menorehkan senyum manisnya itu, mereka pun saling melepaskan pelukannya dan duduk kembali begitu juga orang-orang yang melihat, melanjutkan menyantap hidangannya.

"Keterlaluan!" Elsa memukul pelan lengan Arash

"Apa salah ku?" Arash mengerutkan dahinya.

"Kamu membuatku malu, tuan yang selalu bertindak semaunya."

"Kamu bilang saat melamarmu di apartment itu tidak romantis. Sekarang aku melakukannya. Kalau kau mau, aku akan menikahimu sekarang juga."

Elsa lagi-lagi memukul lengan Arash pelan. "Diam kau! Jangan bercanda lagi."

"Aku serius, nona yang selalu memukul."

"Apa? Kau ingin aku cium?"

"Coba saja." Arash memajukan bibirnya ke arah wajah Elsa.

"Kau!" Elsa menepis bibir Arash pelan.

"Kamu sendiri kan yang bilang ingin menciumku?"

"Jadi begitu ya." Elsa tiba-tiba mencium bibir Arash dan melapaskan bibirnya kembali.

Arash terbelalak hanya terdiam.

"Puas?"

"Wah... Elsa sudah mulai nakal ya. Lumayan." Arash mendekatkan wajahnya ke arah wajah Elsa. "Bisa diulang?"

Mata Elsa jadi terbelalak seraya mendekatkan wajahnya ke arah wajah Arash. "Tidak ada siaran ulang." Ujar Elsa sambil menjauhkan kembali wajahnya.
Arash pun menyandarkan pundaknya di sandaran kursi yang ia duduki.
"Ohh... ho... Begitu rupanya. Kita lihat nanti malam. Arash akan membuat Elsa mengulangi perbuatannya."

Sambil menyantap apple pie Elsa menyunggingkan senyum tipisnya.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Goes to Warsaw 2Where stories live. Discover now