Mengenang masa lalu

14 4 0
                                    

Setelah Arash keluar dari kamar mandi, Arash melihat kamarnya sudah rapi dan sudah tersedia pakaian yang akan dikenakan Arash di atas kasurnya, tapi Arash tak melihat Elsa di kamarnya. Arash tersenyum memandangi pakaian yang disiapkan Elsa untuk ia kenakan. Kemudian Arash segera bersiap untuk mengenakan pakaian yang sudah Elsa siapkan.

Elsa yang sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk Arash, telinganya mendengar suara ketukan sepatu dari arah tangga menuju ruang makan yang tak jauh dari tangga, kemudian matanya tertuju pada suara langkah kaki itu yang mulai mendekatinya. Elsa melihat Arash mengenakan kemeja garis biru dipadukan dengan jas biru tua dan celana panjang dengan warna senada. Elsa tampak sumringah, senyumnya merekah melihat Arash mengenakan pakaian yang ia pilih untuk Arash. Arash pun membalas dengan senyuman dan mendekati Elsa.

"Terima kasih untuk bajunya."

"Sama-sama." Elsa tersenyum tersipu malu.
"Gue bikinin nasi goreng. Gue bosen sarapan sama roti mulu."

"Ini masakan elu?" Tanya Arash sambil duduk di kursi.

"Iya."
"Gue ke atas dulu."

"Duduk. Sarapan sama gue!"

Elsa pun menuruti Arash untuk duduk di kursinya.
"Coba deh. Mudah-mudahan sih rasanya ga mengecewakan." Elsa mengambil sendok dan menyuapi nasi goreng buatannya ke mulut Arash.

Arash membuka mulutnya. Seketika itu Arash teringat sesosok wanita yang pernah ia cintai. Arash teringat peristiwa saat dirinya dirawat di rumah sakit. Saat itu sesosok wanita cantik yang Arash kagumi menyuapinya.

"Gimana rasanya?" Tanya Elsa yang duduk di samping Arash.

"Ini enak An."

"An?" Tanya Elsa terheran.

Seketika itu Arash pun tersadar bahwa yang menyuapinya kini adalah Elsa. "Sorry, El."

"Ga papa."

"Tapi ini beneran enak kok."

Elsa pun jadi salah tingkah. "Mmm... Gitu ya. Hihi... Gue makan ya?"

"Iya ya. Silahkan."

"Kok gue jadi salting gini sih?" Ujar batin Elsa seraya menyendokan nasi beberapa kali ke arah mulutnya hingga ia tak sadar mulutnya sudah penuh dengan nasi goreng. Namun Arash tak menatapnya dan hanya menyantap nasi goreng buatan Elsa.

"Kayaknya Arash teringat sama cewek yang ada di foto hapenya?" Gumam batin Elsa seraya mengunyah nasi goreng dimulutnya. Elsa mencoba membuka percakapan.

"Oiya Rash, elu udah atur pertemuan gue sama Kak Kirana?"

"Nanti gue telpon Kirana dulu. Hari ini elu di rumah aja. Ya... kalo elu bete pengen jalan-jalan, elu tinggal minta supir anter elu." Ujar Arash dan menyudahi makannya dan beranjak dari duduknya.
"Gue berangkat dulu ya."

Elsa hanya mengangguk dan tersenyum. Arash pergi begitu saja. Batin Elsa bergumam lagi.

"Duh gue jadi ngerasa bersalah. Pake acara suapin Arash segala lagi. Kayaknya kejadian tadi mengingatkan dia sama si An itu. Lagian kenapa tiba-tiba gue sok bersikap manis sama Arash. Akh... nggak nggak! Masa gue suka sama dia." Seraya mengerutkan matanya dan menggelengkan kepala.

***

Dalam perjalanan ke kantor Arash yang tengah mengendarai mobil jadi memikirkan wanita yang ia kagumi. Hatinya pun mulai berbisik.

"Gimana keadaan kamu sekarang ya An? Sudah dua tahun kita ga bertemu atau pun sekedar bicara ditelepon."

Di sisi lain, rumah yang ditinggali keluarga kecil Emir Ibrahim bersama istri tercintanya—Anaya Basuki Ibrahim dan kedua anak mereka Meera dan si bungsu Keanu yang berada digendongan Anaya menggiring Meera ke teras depan dengan Emir yang bersiap untuk mengantar Meera ke sekolah.

Meera menyalami Anaya yang ia panggil dengan sebutan mommy dan mencium pipi adik tersayangnya.

"Dah mommy." Tutur Meera sambil melambaikan tangan.

Ananya tersenyum dan tak lupa menyalami suaminya. Dengan Penuh kasih sayang Emir mencium kening Anaya dan pipi Keanu kemudian mengucap salam.

"Assalamualaikum."

"Walaikum salam." Jawab Anaya sambil melambaikan tangan ke arah keduanya.

Meera dan Emir melangkah menuju mobil yang terparkir di halaman depan rumah.

"Papa besok jangan lupa ya?"

"Iya sayang." Ujar Emir sambil membukakan pintu mobil untuk Meera dan Meera segera masuk diikuti Emir yang duduk di bangku kemudi. Emir pun melajukan mobil sport hitam empat pintu berlambang bintang tiga miliknya.

***

Arash tak mampu mengendalikan perasaannya. Arash benar-benar merindukan Anaya. Jarinya berulangkali ingin menekan nomor ponsel Anaya untuk sekedar menelepon atau mengirim pesan pada Anaya untuk menanyakan kabarnya. Dalam hatinya, ingin rasanya menemui Anaya. Namun Arash tak bisa lagi bertemu Anaya seperti dulu saat Anaya belum menjadi Istri sah Emir.

Wajah dan kenangan saat bersama Anaya telah berhasil mengganggu Arash yang sedang fokus bekerja mengetik di laptopnya.

Anaya telah mengubah seorang Arash yang tidak pernah serius dengan cinta dan sebuah hubungan, menjadi Arash yang setia terhadap pasangan. Sampai saat ini pun belum ada yang mengeser cinta Anaya dari hati Arash.

Arash teringat peristiwa saat di kamar hotel bersama Anaya. Saat itu ia mengungkapkan isi hatinya kepada Anaya dan hampir saja Arash tak bisa mengendalikan dirinya untuk mengecup bibir Anaya, namun Anaya menolaknya dengan meluncurkan tamparan pada pipi Arash. Seketika Arash tersadar bahwa hati Anaya masih milik Emir. Arash kemudian meminta maaf kepada Anaya karena telah berbuat kurang ajar padanya. Arash menjelaskan bahwa memang benar dirinya telah menyukai Anaya. Arash lalu memeluk Anaya. Kejadian itu pula yang membuat Emir murka. Arash sangat menyesali perbuatannya pada Emir dan membuat Anaya menangis dan hampir kehilangan Emir kala itu.

Arash pun tak tinggal diam dan membantu Anaya bersatu kembali dengan Emir walaupun ia tahu bahwa jika Anaya berbaikan dengan Emir, maka ia harus merelakan cintanya dimiliki oleh orang lain. Arash tidak ingin melihat Anaya meneteskan air matanya. Baginya, melihat Anaya bahagia sudah cukup membuatnya bahagia. Arash berhasil menyatukan kembali Anaya dan Emir, walaupun ia harus rela kehilangan cinta sejatinya.

Kini Anaya sudah membina keluarganya sendiri bersama Emir. Arash memang sengaja untuk tidak pernah menghubungi Anaya lagi. Tujuannya adalah ingin melupakan Anaya dari hatinya. Namun, sedari kemarin kebersamaanya dengan Elsa tak sengaja mengingatkan kembali memorinya tentang Anaya.

Arash mengalihkan pikirannya dari Anaya dengan menelepon Kirana untuk bertemu dengan Elsa dan mengajari Elsa lagi.
Arash mengatur pertemuan Elsa dengan Kirana.
Kirana menyarankan bahwa harusnya Arash foto bersama Elsa selayaknya pasangan pengantin agar lebih menyakini neneknya bahwa pernikahanya benar terjadi.

"Besok aku kebetulan sedang ada pemotretan prewedding di Ujazdowski Park, Rash. Kamu sama Elsa bisa sekalian gabung di sana." Ujar Kirana yang sekarang menjalani bisnis WO (Wedding Organizer) bersama suaminya.

"Ujazdowski?"
"Iya. Kenapa Rash?

Untuk sekejap Arash terdiam.

"Arash?"

"Sorry. Okay deh. Kamu atur aja."

"Ya udah besok kita ketemuan di taman jam empat sore."

"Okay."

"Okay kalo gitu nanti aku kirimin pakaian untuk kamu dan Elsa kenakan besok."

"Aku tunggu."

"Bye."

"Bye." Arash menutup percakapannya ditelepon dengan Kirana.

Waktu begitu cepat berlalu hingga jam pulang pun tiba dan Arash bersiap untuk pulang ke rumah.

***

Goes to Warsaw 2Where stories live. Discover now