Ternyata

36 4 0
                                    

Perempuan berambut pirang, ikal dan panjang, baru saja menerima undangan pesta pernikahan dari ayahnya dan meminta ia untuk datang menghadiri pesta pernikahan itu mewakili ayahnya karena sore harinya ayahnya harus pergi keluar negeri untuk urusan bisnis.

Perempuan itu terlihat sedang berbincang duduk di bangku kelas bersama seorang pria yang duduk disampingnya. Tampak di mejanya sebuah undangan yang ia terima dari ayahnya.

Chcesz towarzyszyć mi na tej imprezie?" (Maukah kamu menemaniku ke pesta ini?). Perempuan cantik itu menunjukan undangan itu kepada pria disampingnya.

Pria yang disapa Randi melihat dengan seksama undangan yang bertulisakan nama Elsa dan Arash.
Batinnya pun bergumam.
"Elsa?" Menyipitkan matanya.

"Ok, pojedziemy." (Baiklah kita akan pergi). Pungkas Randi langsung menetujui ajakan Ilona karena tulisan di undangan yang ditunjukkan Ilona padanya.

Randi jadi penasaran nama Elsa yang tertera pada undangan itu apakah Elsa Masayu Drajad atau kah orang lain? Randi berharap semoga bukan Elsa, kekasih.

Ilona tersenyum. "Dziękuję Ci." (Terima kasih). Seraya mengecup pipi Randi.
Randi hanya tersenyum.

***

Luna dan Elsa duduk berhadapan sambil ditemani dua cangkir cappuchino dan dua piring berisi ciasto marchewkowe atau kue wortel, kue khas Polandia memiliki frosting kream keju putih ditambah taburan kenari dan ditambah rempah-rempah seperti jahe, kayu manis dan bahan-bahan lainnya. Ini kali pertama Elsa mencicipi kue wortel ini.

Elsa memotong bagian kecil kue wortel dengan garpu ke dalam mulutnya sembari mendengarkan cerita dari Luna.
Luna menjelaskan kala itu Arash meneleponnya untuk memberitahu Luna bahwa nenek berniat menjodohkan Arash dengan Arini namun saat itu juga Arash menolaknya dan berbohong bahwa dirinya sudah menikah. Arash pun meminta bantuan kepada Luna untuk mencarikan seorang wanita yang mau berpura-pura menjadi istrinya. Kemudian Luna mengingat Elsa yang ingin mengunjungi kekasihnya di Warsawa. Luna pun memberitahu Arash bahwa sahabat baiknya—Elsa, bisa membantunya untuk berpura-pura menjadi istri Arash. Luna memberikan informasi detail tentang Elsa kepada Arash.

Arash dan Luna mulai menyusun rencana agar Arash bisa bertemu dengan Elsa seakan-akan pertemuan itu terjadi begitu saja tanpa disengaja. Luna tahu bahwa Elsa akan mengunjungi Old Town di Warsawa pada malam hari. Luna menyuruh Arash untuk menunggu kedatangan Elsa.

Luna menyeruput kopinya yang sudah hangat dan menaruh cangkirnya lagi di meja. "Semua yang elu alami pada saat malam di Old Town itu sudah diatur, El."

Elsa mengerutkan dahinya. "Termasuk preman-preman itu?"

"Ya. Mereka adalah bodyguard Kak Arash."

Elsa menyandarkan pundaknya di kursi. "Kenapa elu ga ngomong langsung aja ke gue kalo Arash perlu bantuan?"

"Ga ada waktu untuk menjelaskan, El. Saat itu elu juga masih dalam penerbangan dan ga mungkin elu mengakifkan hp elu. Jadi gue dan Kak Arash mengatur pertemuan elu dengan kakak. Maaf kalau gue dan kakak udah ngeboongi elu dan melibatkan elu dalam masalah Kak Arash."

Elsa pun mengangkat lagi pundaknya. "Ga masalah Lun, lagi pula perjanjian itu sudah terjadi. Kalau pun dari awal gue mengetahuinya gue juga akan membantu Arash."

Disela-sela pembicaraan mereka tiba-tiba ponsel Luna berdering. Luna membuka ponselnya dan membaca pesan dari Arash.

Ajak Elsa berbelanja gaun untuk ia kenakan nanti malam dan belikan dia kalung, tapi jangan bilang semua itu untuknya. Aku ingin memberinya kejutan.

Luna pun memainkan ibu jarinya di atas layar ponselnya dan mengetik pesan untuk dikirim ke ponsel Arash.

Siap kakak.

Goes to Warsaw 2Where stories live. Discover now