Lomba Makan Dadakan

17 4 0
                                    

Elsa terpaku melihat Arash mendekatkan bibirnya.

"I Love you."

"I Love you too."

Kata itu muncul dari bibir mungil Elsa saat dirinya masih terlelap. Sontak Arash yang sedang menata meja makan terkejut saat mendengar kata itu yang keluar dari mulut Elsa. Pandangannya jadi mengarah pada Elsa yang masih terlelap. Arash pun melangkah mendekati Elsa yang masih terpejam. Wajahnya kini berada dekat di samping wajah Elsa.
"Katakan sekali lagi, El!" Ujar Arash berbisik.

Elsa terbangun mendengar ucapan Arash. Sontak Elsa terkejut dan membulatkan matanya seketika melihat wajah Arash yang melebarkan senyum di bibirnya.
"Arash?"

"Selamat pagi... Sarapan?" Arash menaikkan bola matanya ke arah meja makan yang sudah tertata rapi berisi sarapan. Elsa mengangkat kepalanya dan menengok ke arah meja makan.

"Kamu yang nyiapin semua itu?" Matanya mengarah ke vas berisi bunga mawar merah.

Arash merekahkan senyumnya. "Hmm... Special untuk wanita cantik di sebelahku."

Elsa tersenyum dan menatap Arash seraya menepis pelan wajah Arash. "Gombal." Elsa mengangkat tubuhnya dari kasur. "Aku lapar, ayo makan!" Seraya melangkahkan kakinya ke meja makan dan sedikit menggeret kursi ke belakang kemudian mendudukinya. Arash pun mengikutinya.
"Hmm... Sarapan sebanyak ini?"

Arash mendekatkan wajahnya ke arah wajah Elsa. "Pasti habis." Seraya menyunggingkan senyumnya dan kembali lagi menjauhkan wajahnya.

"Aku sedang diet."

"Percaya." Arash pun tersenyum. Elsa terkekeh.

"Apa ini?" Tanya Elsa sambil sedikit mengoreknya dengan garpu. "Seperti orak-arik telur?"

Mata Arash mengarah ke piring Elsa. "Ya, itu memang orak-arik telur. Namanya Jajecznica, dimakan dengan roti."

Elsa melirik ke arah isi piring milik Arash. "Sepertinya itu enak." Elsa menatap Arash. "Boleh bertukar." Seraya tersenyum menunjukkan giginya yang berjejer rapi.

Arash mengangkat piring keduannya dan menukar piringnya dengan piring Elsa.
"Makanlah!"

Elsa tersenyum. "Terima kasih." Piring milik Arash berisi Farmer's cheese toast yaitu sepotong roti diolesi keju dengan krim asam atau yogurt, lobak, dan daun bawang cincang, sedikit garam dan merica, paprika secukupnya.
Polish bobka easter bread—roti yang dibumbui dengan jus jeruk dan ditaburi kismis dan kenari dan tak ketinggalan Paczki kesukaan Elsa di dampingi susu hangat, green tea, banana smoothies.
"Bagaimana kalau kita berlomba? Tantangan sarapan pagi terbanyak dia pemenangnya."

"Boleh juga. Apa hadiahnya?"

Elsa menaikkan bola matanya ke atas. "Emmm... Yang menang..." Elsa menatap Arash. "Yang menang bisa meminta apapun pada yang kalah dan yang kalah tidak boleh menolak."

Arash mendekatkan wajahnya ke arah wajah Elsa. "Apapun?"

Elsa hanya mengangguk.

"Benar? Tidak akan menyesal?"

Elsa menggelengkan kepalanya. Arash pun mengakat kembali wajahnya. "Ok. Aku setuju." Arash mengulurkan tangannya. "Deal?"

Elsa menyambut uluran tangan Arash. "Deal." Mereka pun saling melepaskan jebat tangannya. "Smacznego..." (Selamat makan). Ujar Elsa tersenyum. Arash pun tersenyum mendengar ucapan Elsa. Keduanya mulai menyantap sarapan yang disajikan.

Ini seperti pertarungan antara Arash dan Elsa untuk menghabiskan semua sarapan yang ada di meja. Tak butuh waktu lama bagi keduanya menghabiskan sarapan pagi yang lumayan banyak, dibantu dengan Elsa yang memang suka makan. Untung badan Elsa tetap ideal karena dia juga rajin berolahraga, minimal yang ia lakukan adalah berlari pagi. Di meja hanya tersisa dua potong paczki untuk mereka lahap.
"Masih kuat?" Tanya Elsa sambil menatap dua buah paczki di piring.

Arash hanya menatap paczki dengan mata yang mulai mengeluarkan butiran air mata yang menetes di pelipisnya. Wajahnya menandakan ia sudah sangat kekenyangan dan tak bisa lagi menyantap satu paczki lagi di hadapannya. Ia bersandar di kursi dengan memegangi perutnya yang sudah kenyang. Arash pun bersendawa. "egghh..."

Elsa tersenyum dan mengambil satu potong paczki dimasukan ke dalam mulutnya, lalu mengunyahnya. Satu potongan habis dilahapnya kemudian Elsa melanjutkan makan satu potong terakhir paczki yang ia sukai. Arash membulatkan matanya yang menatap Elsa.
"Ini yang terakhir." Ujarnya seraya memakan lagi satu potongan terakhir ke dalam mulutnya hingga habis tak bersisa. "Aku menang...!!!" Teriaknya sambil berdiri dan mengangkat tangan. "Yee...!!"
Arash hanya mengeleng dan terkekeh melihat tingkah Elsa.

***

Di kediaman Arash Reyhan, semua anggota keluarga berkumpul di kamar Arash. Mereka telah memeriksa keberadaan Arash dan Elsa, namun tidak mereka temui keduanya.

"Lihat, kamarnya kosong. Di mana mereka?" Ujar nenek dengan nada meninggi sambil melirik ke arah Luna.

"Aku tidak tahu, nek."

"Sudahlah, kau ini berlebihan. Mereka pasti kembali. Ayo sarapan!" Ujar kakek sambil mengandeng tangan nenek dan menggiringnya turun ke bawah. Di ikuti Luna yang telah menutup kembali kamar Arash.

"Kau terlalu memanjakan Arash. Anak itu jadi bertingkah seenaknya." Ujar nenek yang kesal sambil melangkah menuruni anak tangga.

"Sudahlah! Jangan marah-marah terus. Itu tidak baik untuk kesehatanmu."

Luna yang berjalan di belakang kakek-neneknya hanya tersenyum melihat kakek merangkul neneknya.

Di halaman depan terparkir mobil kuda jingkrak merah yang membawa Arash dan Elsa kembali ke kediaman Arash Reyhan.

"Rasanya aku tidak ingin kembali pulang, El." Ujar Arash yang berdiri bersama Elsa di samping mobilnya.

"Kenapa?"

"Akan ada drama baru yang diciptakan Arini nantinya."

Elsa menatap Arash yang berdiri di sampingnya. "Sudahlah hiraukan saja dia!"

Arash menorehkan senyumnya seraya mengais rambut Elsa. "Kamu benar. Ayo!" Arash merangkul Elsa melangkah ke dalam rumah.

Mereka berjalan melewati ruang tamu untuk mengarah ke tangga. Di ruang tamu terlihat nenek yang berjalan dari arah ruang makan bersama kakek, Luna, dan Arini. Mereka berpas-pasan dan nenek menatap tajam ke arah Elsa.

"Lihat cucu menantuku baru pulang. Entah kemana dia membawa cucuku meninggalkan pesta pernikahan seenaknya saja?!"

"Maaf nek, semalam itu..." Elsa mencoba menjelaskan namun buru-buru dicegah Arash yang memegang lengan Elsa.

"Tidak perlu, El."

"Bersiaplah! Ada banyak pekerjaan yang menanti." Pungkas nenek sambil melewati Arash dan Elsa masih dengan tatapan sinisnya diikuti Arini yang juga menatap Elsa dengan sinis.

Luna tersenyum melihat keduanya sambil menepuk pundak Elsa. "Biarkan Kak Arash bekerja ya. Elu ikut kita!"

"Mau ke mana?" Arash langsung menyambut.

"Hmmm... Kakek sepertinya Kak Arash tidak ingin dipisahkan dari Elsa. Lihat kek, tangannya terus merangkul Elsa. Ooppss... Maaf maksudku kakak ipar." Goda Luna sambil tersenyum.

"Luna..." Ujar Elsa mebulatkan matanya sambil menorehkan senyumnya.

Kakek menepuk pundak Arash sambil tersenyum. "Kakek tidak akan bawa istrimu pergi jauh."

"Kalian..." Ujar Arash tersenyum.

"Kami cuma ingin pergi memancing kakak. Tidak akan lama. Lagi pula kakak kan harus bekerja." Ujar Luna yang terus menggoda Arash.

"Baiklah. Bersenang-senanglah."

"Ok." Luna berbisik pada Elsa sambil tersenyum. "Aku tunggu di ruang tamu. Luna dan kakek melangkah menuju ruang tamu. Arash masih merangkul Elsa dan menggiringnya menuju kamar.

***

Goes to Warsaw 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang