Pergi ke Warsawa

11 6 0
                                    

Suka cita terpancar dari wajah semua siswa-siswi kelas 9 yang telah dinyatakan lulus Ujian Nasional tahun ini. Sorak-Sorai siswa-siswi merayakan kelulusan dengan menyemprotkan cairan cat warna-warni di kemeja putih mereka. Namun tidak untuk Elsa—gadis berambut ikal pendek sebahu dengan poni menutupi dahinya, serta Randi yang memilih untuk menghindari dari keriuhan perayaan kelulusan teman-temannya. Mereka tampak serius membicarakan suatu hal di sudut taman sekolah. Wajah Elsa terlihat tampak lesu setelah mendengar perkataan kekasihnya—Randi mencoba menjelaskan alasanya untuk kepergiannya meninggalkan Elsa ke Warsawa. Elsa hanya bisa terdiam dan tertunduk sembari menahan air matanya.

"El, jangan bersikap seperti ini?"

"Pergilah Ran!"

Seketika Randi memeluk Elsa yang mencoba menahan air matanya yang hampir tumpah.
"Aku akan selalu mengabarimu, mengirim Email, pesan, apapun itu El." Ujar Randi sambil melepaskan pelukannya dan menengadahkan wajah Elsa.

"Kenapa baru sekarang kamu beritahu aku?" Tanya Elsa yang tak bisa menahan lagi butiran air matanya.

"Ini mendadak El. Aku ga bisa menolak keinginan orangtuaku untuk meneruskan kuliah di sana. Kamu akan baik-baik aja tanpa aku, El. Kamu cewek kuat dan tergalak yang pernah aku kenal. Air mata? Apa ini? Ini bukan Elsa yang aku kenal. Itu ga cocok sama kamu El." Ujar Randi tersenyum sembari mengusap air mata Elsa.

Elsa mencoba merekahkan senyumnya seraya mengepalkan tangannya dan memukul pelan ke arah perut Randi.

Randi menekukkan badannya.
"Aakkh!"

"Ga lucu!"

"Nah inilah Elsaku."

"Lalu kapan kamu ke Warsawa?" Tanya Elsa sambil mengusap sisa air matanya.

"Setelah semua berkas dikeluarkan, aku akan segera terbang ke Warsawa. Kamu juga harus ikut mengantar ya?"

"Tidak. Aku hanya akan mendoakanmu dan menunggu kedatanganmu kembali."

Randi lantas memeluk Elsa kembali.

***

Malam yang langitnya terlihat mendung seperti suasana hati Elsa yang kelabu memikirkan Randi yang tak kunjung mengirim atau membalas pesan dari Elsa sembari mengelap meja cafe tempat ia bekerja. Sudah dua tahun kepergian Randi untuk meneruskan kuliahnya di Universitas Warsawa. Elsa bertekad mengunjungi Randi dengan menyisihkan sebagian upah kerja kerasnya selama dua tahun. Ini hari terakhir ia bekerja sebagai pelayan cafe milik sahabatnya—Luna, yang turut mengelola cafe milik ayahnya.

Jam kerja telah usai. Semua pegawai telah bersiap untuk pulang, tak terkecuali Elsa pun juga bersiap untuk pulang dan ini untuk yang terakhir kalinya ia bekerja di cafe milik ayah Luna. Untuk itu Elsa pun bergegas ke ruangan bosnya yang tak lain adalah sahabatnya sendiri—Luna yang sudah menantikan kedatangan Elsa.

Tok...tok...

"Masuk aja El." Ujar Luna yang sedang duduk di ruangannya.

Kreekkk...

"Duduk El!"

Elsa pun langsung duduk di kursi berhadapan dengan Luna.

"El, gue mau tanya sekali lagi sama elu. Apa elu yakin ingin pergi ke Warsawa bertemu Randi?"

"Yakin, Lun." Ujar Elsa menghela nafas dan tertunduk.
"Gue udah pikiran ini mateng-mateng. Gue harus tau kabar Randi." Imbuh Elsa sambil menatap Luna.

"Ya udah kalo itu keputusan lu. Oiya El, elu ga perlu resign. Setelah elu balik lagi ke Jakarta, lu boleh kerja di sini lagi."

"Serius Lun?"

"Iya." Ujar Luna tersenyum.

Elsa beranjak dari duduknya dan mendekati Luna seraya memeluk sahabatnya.
"Makasih ya Lun. Lu emang sahabat terbaik gue."
Keduanya tersenyum dan Elsa kembali ke tempat duduknya.

Luna memberikan Elsa amplop berisi sejumlah uang—gaji terakhir Elsa.

"Oiya, rencananya mau berapa hari lu ke Warsawa?"

"Ya... Sekitar dua atau tiga hari."

"Udah tau mau tinggal di mana?"

"Gue nyari hotel yang murah."

"Gue kasih tau penginapan yang murah di sana. Ya paling sekitar dua ratus ribuan per malamnya."

"Wahh... Boleh tuh. Apa nama penginapannya?" Tanya Elsa yang penasaran.

"Domki Letniskowe."

"Akh... Susah banget nama tempatnya."

"Nih gue catetin sekalian sama alamatnya." Pungkas Luna sambil mecatat alamat penginapan yang dimaksudkan Luna kepada Elsa. Luna menyerahkan secarik kertas kepada Elsa berisi alamat penginapan yang akan dituju Elsa nantinya sembari menjelaskan kepada Elsa apa-apa saja yang harus dilakukan Elsa ketika nanti Elsa berada di Warsawa. Mulai dari memberitahu bis apa saja yang akan dinaiki Elsa nantinya, memberi alamat tempat-tempat yang akan Elsa tuju, bahkan Luna memberi sim card yang akan digunakan Elsa untuk dapat berhubungan dengannya.

"Kalo elu udah sampe sana, ganti sim card lu sama ini. Sim card itu pernah gue pake saat gue liburan di Warsawa dan masih aktif. Masih ada pulsanya juga." Ujar Luna sembari memberikan sim card kepada Elsa.

Elsa menerimanya sembari menyimpan sim card itu ke dalam tasnya.
"Makasih ya Lun, lu sahabat terbaik gue." Elsa mendekati Luna dan memeluknya.

"Sama-sama El. Ya udah, udah malem yuk pulang!

"Yuk!"

Mereka pun berlalu meninggalkan cafe yang sudah Luna kunci pintunya, kemudian berjalan menuju parkiran dan menaiki mobil minibus warna putih milik Luna.

***

Pagi ini, Elsa bersiap untuk berangkat ke Bandara. Di rumah yang sederhana, pagi buta sebelum berangkat ke Bandara, Elsa membantu membawa keranjang-keranjang buah dengan motor metiknya untuk dijual ke pasar. Elsa adalah anak tunggal dari pasangan suami-istri—Drajat dan Erna. Ayah Elsa—Drajat mempunyai kios kecil buah-buahan di pasar, dibantu oleh sang istri.

Setelah pekerjaan Elsa selesai, Elsa pun berpamitan dengan kedua orangtuanya seraya menyalami keduanya.
"Ayah, Ibu, Elsa pamit ya."

"Kalau sudah sampai jangan lupa kabari kami ya. Baik-baik di sana." Ujar Ayah Drajat sambil memeluk Elsa.

"El, jangan telat makan, jangan lupa solat ya." Ujar Ibu Erna suaranya lirih menahan tangis.

"Iya Ibu, jangan nangis gitu akh Bu! Aku ini mau pergi berlibur bukan mau pergi perang." Tutur Elsa sambil memeluk ibunya seraya tersenyum.

"Kamu ini El bercanda mulu." Ujar Ibu Erna sambil menepuk bahu Elsa.

Elsa melepaskan pelukannya seraya mengusap air mata yang jatuh di pipi ibu tercinta.
"Udah-udah nanti aku bawain oleh-oleh deh biar ibu ga nangis lagi."

"Kalung batu amber ya El."

"Yee... Si Ibu, begitu aku bilang oleh-oleh langsung senyum aja."

"Kamu emang paling ngerti ibu deh El." Ujar Ibu Erna tertawa kecil.

"Udah jangan ladenin ibu kamu. Cepet, nanti kamu terlambat lagi!" Ujar Ayah Drajat.

"Hehe... Ya udah aku pergi ya. Dah..." Pungkas Elsa sambil menstarter motornya menuju rumah untuk mengambil barang bawaannya kemudian menuju Bandara bersama Luna.

"Jangan lupa kunci rumah taruh di balik keset! Teriak Ayah Drajat.

"Iya." Elsa pun berlalu.

***

Goes to Warsaw 2Where stories live. Discover now