17. LDR

10.7K 1K 39
                                    

Siang semuanyaaaaa!!
.
.
.

“Serius nih? Mulai besok kita pisah selama satu bulan?”

Mas Jefran anggukin pertanyaan aku sambil nutup kopernya.

“Aaaaa aku gak mau.” Aku peluk Mas Jefran erat. Beberapa hari belakangan aku galau banget, makin galau karena tau besok aku dan Mas Jefran bakal long distance relationship alias LDR selama kurang lebih satu bulan ke depan. Mas Jefran harus ke Singapura karena urusan pekerjaan, sementara aku ke daerah Jawa Barat buat ikut kegiatan KKN atau kuliah, kerja, nyata. Aku gak ngerasa waktu cepat berlalu, tapi ternyata aku udah sampai di titik ini, tugasku sebagai mahasiswa akan segera berakhir, walau masih ada skripsi yang nunggu. Akan aku hadapi semua tugas-tugas itu meski sambil nangis hehe. “Gimana coba aku bisa jauh dari kamu?” Aku cemberut, keberatan banget buat jauh dari suamiku tercinta.

“Cuma sebentar.”

“Satu bulan itu lama Mas, apalagi ngejalaninnya gak sama kamu.”

“Lebai,” ejek Mas Jefran.

“Ih! Aku serius. Emang kamu gak sedih apa kita mau LDR-an gini?”

“Dikit.”

“Aku banyaaaaaakkkkkk. Mas, gak mau.”

Mas Jefran menghembuskan napasnya. Dia nuntun aku buat duduk di tepi ranjang. “Saya juga kalau disuruh milih ya gak mau. Tapi saya pergi ke Singapura, dan kamu ikut KKN, bukan tanpa alasan. Ini demi kita juga. Lagian sekarang udah gampang, kalau kamu kangen saya atau sebaliknya, tinggal teleponan, 'kan? Atau vidio call.”

“Ah tetep aja.”

“Eum...hari ini kita main keluar gimana? Biar kamu gak terlalu sedih.”

“Mau ke mana?”

“Terserah kamu.”

Aku buang napas kasar. “Oke.”

Mas Jefran berusaha hibur aku dengan caranya. Dia ajak aku keluar, dan nurutin ke manapun aku mau pergi. Tempat pertama yang aku minta tadi ke kedai gelato, sambil makan gelato ditemenin tamparan angin karena aku dan Mas Jefran milih naik motor, kita jalan ke tempat kedua, yaitu bakso aci. Mas Jefran lepasin helm aku pas kita udah turun, sementara aku sibuk habisin gelato. “Kayak anak kecil, belepotan,” komentarnya.

“Elapin dong.”

“Gak, basuh aja tuh di wastafel.” Mas Jefran nunjuk wastafel yang ada di warung bakso aci.

Aku berdecih. “Emang dasarnya kamu gak romantis.”

Aku makan bakso aci, dan Mas Jefran makan menu lain yaitu, batagor, dengan banyak kecap tentunya.

“Kamu dulu KKN juga Mas?” tanyaku di sela-sela makan.

“Iya.”

“Di mana?”

“Kalau saya dapet di daerah Jatim waktu itu.”

“Ah aku inget, yang kamu gak pulang-pulang selama dua bulan.” Mas Jefran anggukin kepala. “Tau gak Mas, pas kamu gak di rumah selama itu, aku kangen sama kamu. Rasanya aku mau telepon kamu, tapi aku gak punya nomor kamu. Jadi tiap ada suara motor yang mirip sama suara motor kamu, aku buru-buru keluar buat mastiin kalau kamu udah pulang. Sebegitu kangennnya. Gimana nanti?”

“Justru nanti lebih sebentar, cuma satu bulan.”

Aku berdecak. “Kamu mah gak ada sedih-sedihnya.”

“Saya lebih ke khawatir. KKN itu bisa jadi ajang cari jodoh. Saya bukannya ngeraguin kamu, tapi saya ngeraguin temen-temen kamu atau laki-laki di sekitar kamu nanti. Saya gak bisa terima kalau ada orang yang godain kamu.”

Tetanggaku Suamiku [END✔]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon