Tiga Puluh Delapan

Magsimula sa umpisa
                                    

Gellan, dia benar-benar sesuatu.

Entah sejak kapan ketakutan Elona pada Gellan berubah menjadi rasa kagum.

"Kalau gitu," dia memainkan kedua jari telunjuknya. "Aku boleh minta dikit kepercayaan diri kamu?" Dia melirik Gellan takut-takut.

"Boleh, ambil semuanya juga boleh." Dengan senang hati akan Gellan berikan, kenapa sih dia manis banget, pengen karungin.

Elona menatap Gellan, ia menarik nafas dalam-dalam dan mencubit pelan pergelangan tangan Gellan lalu memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan menelannya. "Udah aku ambil dikit, makasih yah." Dia tersenyum malu.

Gellan membenturkan kepalanya ke atas meja.

"Loh, Lan?! Gila lo?" suara benturannya sangat besar, membuat Hery dan yang lainnya kaget sendiri.

Iya gue gila! Gila karena Elona! Batin Gellan, wajah dan pergelangan tangan yang gadis itu sentuh tadi terasa panas.

"Freak banget njir," gumam Risa yang melihat semua itu.

Yah apapun yang dilakukan Elona akan terlihat mempesona di mata Gellan.

***

Hari pertama latihan.

Risa datang ke kosan Elona setelah pulang sekolah, bersama Gellan tentunya, dia selalu ikut kemanapun itu selama ada Elona sekarang. Ketika mereka tiba kosan Elona dalam keadaan sepi, tidak ada orang disana, Risa malah ketemu Tikus, membuatnya menjerit ketakutan, gendang telinga Gellan hampir putus saat mendengarnya.

"Lan, lo suka dia kan? Suruh pindah gih, keadaan kosan benar-benar jauh dari kata layak tinggal." Risa mendumel kesal. "Masa lo tega banget biarin cewek yang lo suka tinggal di kandang Tikus!"

"Gue maunya gitu, tapi Elona pasti nolak." Bahkan jika Elona mau, Gellan bisa minta tolong Papanya untuk membelikan Elona rumah.

"Iya sih, dia curigaan juga, dikasih kebaikan dikit langsung natap tajam orang yang ngasih." Risa jadi lebih mengenal Elona."Lo nikahin aja gih," saran Risa.

"Hah?!" Gellan langsung heboh sendiri. "Lo pikir nikah itu gampang, yah gue suka dia dan pengen nikahin dia, tapi terlalu cepat untuk itu! Lo pikir ini sinetron?" Wajahnya memerah sembari marah-marah, sepertinya Gellan malu.

Risa tersenyum menggoda, dia menoel-noel bahu Gellan. "Ayolah, nikahin aja, lo kaya juga, siap tamat SMA lo pasti kuliah di jurusan Bisnis, abis tuh warisan perusahaan Bokap lo, lo kan anak tunggal."

Gellan berdeham kecil, dia tidak mau memikirkan hal itu sekarang, yah masa depannya memang sudah dipastikan akan bagus, Papanya sudah dari jauh hari menyiapkan pendidikan khusus penerus untuk Gellan, jika Elona menikah dengannya gadis itu pasti akan menjadi wanita paling bahagia di dunia.

Gellan akan memenuhi semuanya.

"Hehehe," Gellan terlalu larut dalam pemikirannya.

Risa menatapnya curiga. "Lo mikir apa?"

"Elona!" Risa memanggilnya, Elona baru saja tiba.

Gadis itu datang bersama Dokter Eben, Dokter yang waktu itu tidak sengaja Risa temui.

"Oh, Dokter Ganteng, halo!" Risa menyapa Dokter Eben.

"Halo, Risa dan Gellan." Dokter Eben tersenyum ramah.

"Kalian ngapain?" tanya Elona, ia baru saja kembali dari rumah sakit.

"Lo sakit? Sakit apa? Kemarin perasaan baik-baik aja!" Gellan menyerang Elona dengan rentetan pertanyaan. "Sakitnya dimana?!" Gellan ingin menyentuh Elona, namun gadis itu langsung berlindung di belakang Dokter Eben.

Eh, sepertinya Elona masih sedikit takut padanya.

Dokter Eben tertawa kecil. "Pencernaannya terganggu, dia makan terlalu banyak."

Risa tersentak, ia mengalihkan pandangannya pada pintu kosan Elona ketika Gellan memberikan tatapan membunuh padanya.

Ini pasti karena kejadian kemarin malam.

"Terus kenapa lo engga kasih tahu kita?" tanya Risa, Elona bisa menghubunginya kan?

"Kalian kan sekolah," jawab Elona, dia tidak merepotkan. "Lalu engga mungkin kan aku ganggu kalian, emang aku siapa?" Dia tersenyum lemah.

Gellan dan Risa terdiam.

Ternyata masih sulit untuk mendapatkan kepercayaan Elona.

Dia masih takut berhubungan dengan orang lain, terlalu banyak rasa sakit yang Elona terima dari orang-orang yang ia pikir baik dan akan menjadi temannya. Dia masih belum bisa membuka diri, bodohnya Gellan sudah memikirkan yang tidak-tidak.

Menikah? Hahaha itu masih menjadi sebuah mimpi.

Menatapnya saja Elona tidak mau, bagaimana bisa ia memikirkan hal yang terlalu mustahil.

***

Satu kata dari Hana untuk Gellan.

FIGHTING!

And btw

Terima kasih sudah membaca 😘

Maaf yah mungkin alurnya terlalu lambat, tidak seperti cerita aku yang dua lainnya, di cerita ini pasangan menggemaskan kita akan memiliki banyak waktu untuk bersama. Hehehe 🤭

Cerita ini terfokus pada hubungan Elona dan Gellan seperti judulnya.

Bukan pembalas dendam pada Bianva hehehe.

Bianva pasti mendapatkan karma, kalian tunggu aja.

Thanks a lot for reading this absrud story.

Your Guardian Angel (The End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon