Elona melotot ngeri, ia memundurkan jarak kepala mereka. "Oh yah," dia bingung bagaimana harus merespon.

"Bianva engga akan masuk sekolah untuk beberapa lama, lo engga mau masuk?" Gellan mengalihkan pembicaraan.

Helahan nafas terdengar dari bibir Elona. "Udah malas," sekarang dia sudah terbiasa tidak hadir ke sekolah.

"Festival sekolah, lo datang?"

Elona menggelengkan kepalanya. "Engga tahu."

"Kalau gue ajak, mau gak?"

Gadis itu melirik Gellan curiga.

"Gue engga ada maksud apa-apa, murni cuma ngundang." Elona terlalu curiga, yah bagi seseorang yang tidak pernah menerima kebaikan tanpa syarat, wajar dia seperti itu. "Gue traktir."

"Oke." Elona mengangguk setuju.

Wah, ternyata gampang mengendalikan gadis ini.

Kasih makan aja.

(Teringat cewek di cerita sebelah 🗿)

"Btw hari ini mau ikut gue ke suatu tempat gak?"

"Kemana?" tanya Elona.

Gellan tersenyum misterius. "Ada deh."

***

Suatu tempat yang memiliki banyak orang, maksudnya adalah rumah seseorang yang tidak ia kenali.

"Elona!" Risa melambaikan tangan padanya dari jauh.

Elona terkejut mendengarnya, suara Risa sangat besar membuat beberapa orang langsung melihat ke arahnya.

"Sini! Sini! Udah lama gue engga liat lo!" Risa menarik Elona untuk duduk di sampingnya. "Apa kabar?"

"Baik," Gellan ternyata membawanya ke tempat tongkrongan nya, lebih banyak orang disini tidak seperti ketika mereka pertama kali bertemu di Cafe waktu itu.

"Njir, lo sama murid beasiswa benar-benar ada hubungan kan?!" seru Hery, ia tidak menyangka dugaannya selama ini ternyata benar. "Waktu lo koma dia beberapa kali jenguk lo!"

Refleks Elona melotot pada Hery, melayangkan tatapan padanya untuk tidak mengatakan apapun.

"Apa? Lo sama Gellan punya hubungan kan?" Dia menagih jawaban Elona. "Eh btw adik lo yang waktu itu mana? Engga ikut dia?" Dia celingukan, mencari bocah setan yang waktu itu.

Mendengar hal itu raut wajah Elona langsung berubah sedih, pelupuk matanya sedikit basah.

Gellan menatap Hery, dia memberikan isyarat untuk diam.

"Apa? Gue salah apa?" tanya Hery tidak mengerti.

"Hery, kadang-kadang mulut lo itu harus di kasih rem, jangan nyerocos aja!" Yasghir menarik bibir Hery.

Zain hanya diam, dia tidak mau menjadi seperti Hery.

"Gak apa-apa kok," Elona tersenyum tipis. "Adik aku udah meninggal, sebulan lalu dia pergi." Sekali lagi ia menerima fakta, fakta bahwa dia sendirian di dunia ini.

"Oh," untuk pertama kalinya Hery berhenti berbicara.

Dia berubah kalem.

"Terus lo sama Elona kenal darimana?" Bentar aja kalem nya, beberapa detik kemudian ia kembali kepo.

"Nah, gue juga penasaran." Risa ikut serta. "Lo sama Elona kok bisa dekat, lo berubah sejak bangun dari koma, biasanya selalu ada Bianva di mata lo."

Elona bingung harus menjawab apa.

Bagaimana ini?

Melihat gadis itu kebingungan, Gellan memutuskan untuk angkat bicara.

"Gue jatuh cinta pada pandangan pertama."

Siulan penuh godaan langsung terdengar dimana-mana.

"Anjay," Risa tertawa, besar juga nyali sih Gellan. "Terus-terus."

"Yah gue lagi PDKT sama dia."

Siulan kembali terdengar.

"Gue suka gaya lo," Yasghir tertawa terbahak-bahak. "Lanjutkan."

"Iya emang kayak lo, suka tapi engga pernah bilang." Sindir Hery.

Risa terdiam, ia juga merasa tersindir.

"Hery, lo pulang lewat mana?" Yasghir merangkul dengan erat.

Hery cengengesan. "Atas,"

"Yaudah sini gue bantu."

"Argh! Tolong gue!" Hery menjerit keras.

Semuanya tertawa kecuali dua orang.

Gellan dan Elona keduanya saling menatap.

Pengakuan Gellan secara terang-terangan membuat Elona merasa sedikit geli dan aneh.

Ia sering menerima pernyataan seperti itu dulu, Elona kira ia sudah terbiasa.

Ternyata meksipun kehidupannya berat, Elona masihlah seorang gadis remaja.

Ia bisa mendengar jantungnya berdebar kencang.

Seluruh aliran darahnya menggila.

Pipi gadis itu memerah.

Gellan tersenyum kemenangan.

Elona sangat lucu.

Gellan ingin membawanya pergi ke tempat yang hanya ada mereka berdua, memanjakannya, dan memberikannya semua yang gadis itu inginkan.

Ah, Gellan rasanya hampir gila.

Ternyata menyukai seorang gadis bisa membuatnya ketagihan seperti ini, ia tidak pernah merasakannya ketika bersama Bianva.

Jangan terlalu berlebihan menyukai seseorang, Papa engga mau kamu kehilangan akal dan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti orang yang kamu cintai.

Tiba-tiba ia teringat kata-kata Papanya.

Sadar Gellan, kendalikan diri lo! Batin Gellan.

Yang Elona inginkan bukan seseorang yang mencintainya, ia menginginkan seorang pelindung.

***

Oh wow hahaha 🤣

Gellan kamu harus di usir setan nya.

Mengingat betapa obsesinya Papa Gellan ke Mamanya sampai membuatnya hamil untuk memaksa pernikahan, jangan heran jika Gellan memiliki pemikiran yang sama.

Untung ada edukasi dari Om Vier.

Hana : Makasih Om!

Om Vier : sama-sama 🙂

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now