12. DAMAI

17 3 4
                                    

"Jangan pernah menjadikan seseorang sebagai musuh hanya karena satu kesalahan. Bisa saja suatu hari tangannya mampu  memberikan seribu kebaikan. "  ~ Fadil Arafiq


Happy Reading...

Suara jarum jam menghantui ketegangan siswa-siswi kelas 10 Ips 2 yang tengah melaksanakan ujian harian mendadak. Sepasang mata terus mengawasi setiap muridnya dengan tatapan memastikan, membuat suasana semakin menegang begitupun dengan Nayla yang kesulitan mencari jawaban. Ia tidak sempat belajar karena ujian dilaksanakan secara mendadak, apalagi bisa dibilang ia lemah di mata pelajaran Ekonomi.

Setelah satu jam berada dalam suasana menegangkan, waktu istirahat telah tiba. Akhirnya Nayla dan teman-teman satu kelasnya bisa menghembuskan napas lega. Nayla langsung pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Ditengah perjalanan menuju kantin, tiba-tiba dari arah belakang seseorang menarik jilbab Nayla tidak terlalu kencang namun mampu membuat jilbab Nayla mentok tepat dipucuk kepalanya, nasib baik Nayla memakai ciput jadi rambutnya masih tertutup aman.

"Ish, Kang Fadil! Apa-apaan sih, pake narik-narik jilbab segala, " gerutu Nayla seraya merapikan jilbabnya.

"Ya maaf! Lagian kamu dari tadi aku panggil-panggil gak nyaut-nyaut!"

"Aku mana tau kamu manggil-manggil! Udah ah Kang Fadil cuman bikin aku tambah pusing aja! "

"Yey, orang udah minta maaf juga. Kenapa sih marah-marah mulu,"

"Gimana gak marah coba? Tadi itu aku abis ujian dadakan, udah mah susah mana gak bisa nyontek ditambah ketemu kamu lagi. Stres langsung! "

Mendengar penuturan Nayla, Fadil memasang tampang malas, " Ya ya, terserah! Lain kali belajar yang rajin, biar tiap abis ujian dadakan gak langsung badmood! "

Nayla ingin protes tapi Fadil langsung mengacungkan jari telunjuknya didepan wajah Nayla, " Udah tenang aja! Nanti aku ajarin sampe kamu bisa, "

Fadil menaik turunkan alisnya, sedangkan Nayla menyipitkan matanya melihat Fadil.

"Kang Fadil kan kelas IPA! Mana bisa? "

"Wah meremehkan banget. Gini-gini juga aku bisa diandalkan, Nay! Kira-kira tadi ujian apa? " tanya Fadil.

"Ekonomi! " jawab Nayla singkat namun mampu membuat Fadil tak bisa berkata-kata.

"Kenapa? Bisa? " tanya Nayla.

"Oh, jelas... Gak bisa! "

Nayla bedecak mendengar jawaban Fadil, tadi aja sok-sok an mau ngajarin tapi kenyataannya gak bisa, dasar.

Akhirnya Nayla memilih untuk pergi ke kantin mengisi perutnya yang sempat tertuda karena Fadil.

"Eh, Nay. Mau kemana? Ke kantin kan? Bareng Nay! "

Fadil mengejar Nayla setengah berlari, agar ke kantin bareng juga untuk menghampiri ketiga kawannya yang sudah lebih dulu ke kantin.

***

Hari sudah sore, semua murid berhamburan meninggalkan lingkungan sekolah. Nayla dan teman-temannya menunggu angkutan umum yang lewat didepan sekolah, satu persatu temannya sudah mendapatkan angkot dan tinggalah Nayla sendiri karena berbeda arah. Ditengah menunggu angkutan yang lewat, tiba-tiba hujan turun. Nayla mengedarkan pandangannya mencari tempat untuk berteduh, ia melihat sebuah warung yang cukup luas juga ada beberapa siswa-siswi sekolahnya yang sedang berteduh. Nayla pergi berlari menuju warung.

Setibanya di warung, Nayla menyesal karena memilih berteduh di warung tersebut yang semua siswa-siswi tersebut adalah kakak kelasnya. Nayla mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja ketika kakak-kakak kelasnya terus menatapnya dengan tatapan yang menurutnya tidak ramah.

"Woi, ngapain disini? " tanya seseorang seraya menepuk kedua pundak Nayla.

Nayla terkejut, ia langsung memukul lengan pelakunya ketika menyadari siapa pelakunya.

"Kang Fadil, ngagetin aja! "

Fadil hanya cengengesan melihat respon Nayla.

"Kamu ngapain di sini? Bukannya langsung pulang! "

"Aku juga mau pulang! Tapi nunggu hujannya reda! " timpal Nayla, " Kang Fadil sendiri ngapain masih disini? Bukannya langsung pulang! Mana kumpulnya sama cewe lagi. "

"Hey, kamu masih kecil tapi udah kepo urusan orang dewasa ya, " sontak Nayla melotot mendengar penuturan laki-laki dihadapanya.

Fadil tertawa renyah melihat reaksi Nayla.

"Ya udah, kalo emang kamu mau tau! Hari ini teman aku ada yang ulang tahun, untuk ngerayain nya dia traktir satu kelas, makanya kenapa aku bisa ngumpul-ngumpul sama cewe! "

"Sebentar! Yang ulang tahun, yang traktir? " Fadil mengangguk, " Harusnya yang ulang tahun di traktir lah, masa dihari bahagia dia malah melarat kan gak adil! "

"Dia sendiri yang setuju, kita mah gak ada maksa-maksa! " timpal Fadil.

Ditengah obrolan kedua insan itu, ada sepasang mata yang terus melihat interaksi keduanya dengan raut tak suka.

Randi yang melihat itupun langsung menyenggol memberi isyarat pada Ridwan dan Arhan yang duduk dikedua sisi nya. Keduanya langsung tersenyum tanda mengerti terutama Arhan yang terkenal mulut ember diantara keempatnya.

"Dil! " Fadil menoleh pada Arhan yang memanggilnya begitupun Nayla.

"Lu kalo mau berduaan jangan disana lah! Nanti bakal ada yang kepanasan nih. " ucap Arhan memanasi berhasil membuat sebagian yang disana tertawa mengerti.

Mengerti maksud sahabatnya, tatapan Fadil sontak menangkap sesosok gadis dengan pakaian rapinya juga rambut hitam terurai yang sedang duduk dipojokan bersama teman-temannya. Namanya Jihan Anindya, ia merupakan teman kelas Fadil, sudah bukan lagi rahasia kalau Jihan menyukai Fadil. Ia selalu mencari cara untuk mencari perhatian Fadil, meski selalu berakhir diacuhkan.

"Nay, hati-hati nanti diamuk banteng! " Ridwan ikut memanasi.

"Kang Fadil, maksud mereka apa? " tanya Nayla.

"Udah biarin aja! Eh, Maryam masih belum balik? "

"Belum! " jawab Nayla sedih.

"Udah jangan sedih! Kan masih ada aku, "

"Kok? Maksudnya? "

"Ya, kan kamu sendirian terus, gak ada teman! Selama Maryam belum balik lagi, aku yang bakal jadi teman kamu! " ucap Fadil dengan yakin.

"Loh, kita kan musuhan masa jadi teman. "

Fadil langsung menyentil kening Nayla, hingga  si empu meringis kesakitan.

"Denger ya Nay! Musuh itu gak selamanya jadi musuh, bisa aja suatu saat ia yang menjadi teman yang paling baik. Begitupun sebaliknya. " Nayla masih sibuk mengusap keningnya.

"Ya udah, gini aja deh, " Fadil menyodorkan sebelah tangannya, " Kita damai! " tutur Fadil tatkala Nayla menerima dan menjabat tangannya.

Nayla mengangguk tanda setuju, kemudian tawa keduanya pecah.

Tiba-tiba suara riuh dari teman-teman Fadil yang menggoda keduanya, berbeda dengan Fadil yang terlihat biasa-biasa saja Nayla justru merasa salah tingkah. Dan itu membuat teman-teman Fadil semakin menggoda.

Di satu sisi seorang gadis meremas botol digenggamannya menahan cemburu. Ia mengalihkan pandangannya guna menghindari pemandangan yang membuatnya jengkel. Bukannya merasa tenang, justru ia makin jengkel tatkala melihat ketiga sahabatnya Fadil yang menertawakan dan menunjukkan jari jempolnya secara terbalik. Mengejeknya.

Jangan lupa vote dan komen yaa!!!

Cinta Dalam Pesantren (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang