07. MARAHNYA AKIEL

38 27 22
                                    

"Semakin aku menyembunyikan cinta ini.
Semakin besar pula cinta ini tumbuh. "
~Nayla Azzahra

Happy Reading!!

Dibawah langit hitam serta dinginnya angin yang berhembus, mengiringi langkah para penduduk Pesantren Darunnajah yang mulai meninggalkan masjid, setelah melaksanakan berjamaah sholat isya.

Begitu pula Nayla dan Maryam yang buru-buru kembali ke kamarnya, karena sebentar lagi jadwal ngaji ba'da isya akan segera dimulai.

Sesampainya dikamar keduanya langsung menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengaji nanti.

Tok... Tok... Tok...

"Nay, ayo. Udah kohkol¹ nih! " ajak Maryam mendengar kohkol tiga kali berbunyi yang menandakan memasuki waktu ngaji.

"Kamu duluan aja! Nanti aku nyusul ya. Soalnya aku udah gak tahan, kebelet nih! " ucap Nayla.

Maryam geleng-geleng kepala melihat Nayla yang lari terbirit-birit.

Setelah merasa lega sekembalinya dari toilet, Nayla segera menuju Madrasah² untuk mengikuti kegiatan mengaji.

Karena takut ketinggalan dan enggan kena ta'jiran, Nayla memutuskan untuk berlari. Ketika sudah didekat madrasah, tiba-tiba ia tidak sengaja menabrak seseorang didepannya yang muncul diarah samping. Hingga kitab-kitabnya berserakah, ia buru-buru memungutnya.

Melihat sosok yang ditabrak nya, Nayla bukannya meminta maaf atau apapun. Tetapi Nayla malah memandangi sosok itu dengan senyum yang merekah.

Merasa salah tingkah, sosok itu berdehem mengalihkan salah tingkahnya, "Maaf! Teh Nayla, mau masuk? "

Nayla mengerjapkan mata menetralkan ekspresinya, "Iya, Kang Akiel sendiri, mau masuk? " tanya Nayla.

"Iya! Kalau gitu saya duluan! " saat baru melangkah, Nayla mencekal lengan Akiel, Akiel pun menghentikan langkahnya dan netranya tertuju pada lengannya yang masih dicekal Nayla.

Melihat arah pandangan Akiel, Nayla refleks melepaskan tangannya.

"Kenapa Teh Nayla? "

"Kang Akiel, kenapa sih ganteng banget? Jadinya aku tuh gak bisa nahan perasaan ini! "

Akiel mengernyitkan keningnya bingung, "maksudnya? "

Nayla gelagapan menyadari apa yang diucapkannya.

"Emm... Aku duluan ya, Kang? Takutnya keburu beres, Bisa-bisa kena ta'jir lagi! " dengan salah tingkah Nayla buru-buru meninggalkan Akiel dan langsung masuk madrasah.

Sementara Akiel masih terpaku ditempat, mencoba memahami maksud yang diucapkan Nayla tadi.

***

Melihat semua temannya sudah duduk dengan rapi mendengarkan abah kyai yang sedang menjelaskan didepan. Nayla langsung duduk disamping Maryam yang kebetulan duduk paling belakang dekat jendela.

Nayla merasa sangat bersyukur karena terdapat hijab³ yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga dia tidak perlu merasa malu terhadap para santri putra, karena terlambat.

"Nay, kamu kok lama banget! " tanya Maryam menyadari kedatangan temannya.

Bukannya menjawab pertanyaan Maryam, Nayla malah senyum-senyum tidak jelas serta menyembunyikan wajahnya pada kedua telapak tangannya.

Merasa heran dengan sikap temannya, Maryam menyentuh kening Nayla, "Normal kok! "

Mendapat perlakuan seperti itu, Nayla memutar bola matanya malas.

"Aku tuh gak sakit! Ngapain juga pake nyentuh-nyentuh kening segala! " Kesal Nayla.

"Siapa tau aja, Nay! "

"Tau ah, malesin! "

Kemudian, keduanya mengalihkan perhatiannya pada abah kyai yang masih menjelaskan.

15 menit telah berlalu, kegiatan mengaji telah selesai dilaksanakan. Semua para santri putra dan putri tidak langsung keluar meninggalkan madrasah, semuanya menunggu hingga abah kyai keluar meninggalkan madrasah.

Tak selang lama, semua santri mulai berhamburan meninggalkan madrasah, dimulai dari santri putra kemudian santri putri agar tidak terjadi interaksi antara laki-laki dan perempuan.

Nayla dan Maryam memilih keluar terakhir, karena keduanya enggan untuk berdesakan.

Ketika langkah kedua gadis itu baru sampai depan pintu, tiba-tiba seseorang menabrak Nayla.

Nayla geram melihat siapa sosok yang menabraknya.

"KANG FADIL! " bentak Nayla.

"Aduh, neng toa! Pelan-pelan kek ngomongnya. Gak ada lembut-lembutnya nih cewek! " gerutu Fadil.

"Lagian ngapain main nabrak-nabrak segala! "

"Salah siapa halangin jalan orang! " sahut Fadil tak mau kalah

Maryam dan Ridwan yang menyaksikan pun geleng-geleng kepala. Bisa mereka pastikan tidak akan ada yang mau mengalah dari keduanya.

"Lain kali kalau jalan tuh pake mata! " ucap Nayla penuh penekanan.

"Heh, di mana-mana juga kalau jalan tuh pake kaki! Gak ada yang pake mata! Ngaco nih cewek, " timpal Fadil.

"Enak aja! Kamu tuh yang ngaco! "

Karena merasa kesal dan tak terima dikatain Fadil, Nayla mukul-mukul Fadil menggunakan kitab yang ada digenggamannya.

Maryam dan Ridwan mencoba melerai keduanya tapi nihil, Nayla enggan menghentikannya. Hingga deheman seseorang mampu menghentikan perdebatan antara keduanya.

"BISAKAH KALIAN MENJAGA ADAB, BUKANKAH PERATURAN DISINI MELARANG LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERKUMPUL TANPA ADANYA HIJAB YANG MEMBATASI, " Akiel menatap keempat orang itu bergantian. Ya orang itu adalah Akiel.

Nayla pikir semua orang telah pergi termasuk Akiel.

"DAN SATU LAGI, KITAB BUKANLAH BARANG SEMBARANGAN YANG BISA KALIAN PAKAI UNTUK MAIN-MAIN APALAGI MEMUKUL ORANG! " lanjut Akiel menatap tajam pada Nayla.

Keempat orang itu hanya menundukan kepalanya. Nyali Nayla menciut saat berada di situasi seperti ini apalagi melihat tatapan Akiel padanya.

Karena tak ingin dianggap takut terhadap Akiel, Fadil mengangkat kepalanya menatap Akiel menantang.

"Terus mau lu apa? Lu mau ngelaporin kita ke rois-rois, gitu? "

Dengan santai Akiel menatap Fadil, kemudian melihat Nayla sekilas yang masih menunduk ketakutan, Akiel kembali Menatap Fadil. "Saya sama sekali tidak ada niat untuk melakukan itu. Hanya saja mengingatkan kalian! Kalau gitu saya duluan. " Akiel berpamitan masih dengan raut santai.

Melihat kepergian Akiel, Nayla mengajak Maryam untuk kembali ke kamarnya dengan perasaan kalut. Ia takut kalau-kalau Akiel merasa ilfil terhadap dirinya dan itu akan menghilangkan peluangnya untuk bisa memiliki Akiel.

Begitupun Fadil, ia sudah ditarik-tarik Ridwan untuk kembali ke kamarnya.

Note:

Kohkol : alat berupa kentongan yang bentuknya lebih besar, dan terbuat dari kayu.

Madrasah : tempat untuk menuntut ilmu atau semacam kelas tapi hanya satu ruangan biasanya lebih luas.

Hijab : penutup atau pembatas.

Jangan lupa vote dan komen yaa!!!

Cinta Dalam Pesantren (On Going) Where stories live. Discover now