"Iya, hehehehe, aku pakai nama Papa untuk minta izin."

Tubuh Elona bergetar, hanya mendengar nama kedua orang itu, ia kembali takut. Inilah alasan Elona tidak ingin kembali bersekolah, ia takut bertemu mereka berdua, tidak seperti Bianva, Elona tidak memiliki seseorang yang ia bisa jadikan tameng.

"Kenapa?"

"Kesini dulu."

Elona panik ketika mendengar langkah kaki kedua orang itu yang semakin mendekat, saat ini mereka berada di gudang tempat penyimpanan alat olahraga, disini sepi dan cukup jauh dari jangkauan keramaian, ditambah saat ini masih jam pelajaran.

Apa yang akan dilakukan Bianva jika melihat Elona berduaan seperti ini dengan mantan nya? Elona pasti akan dibunuh.

Otak Gellan merespon cepat, ia mendorong tubuh Elona untuk memasuki lemari besar yang berisi peralatan bersih-bersih.

"Hush...." Sekarang giliran Gellan yang mengatakannya.

Elona mengangguk, dengan tangan nya ia berusaha menjaga jarak dengan Gellan, dada mereka hampir bersentuhan.

"Jangan nanti ketahuan..."

"Gak apa-apa, disini gak ada CCTV."

Lalu Gellan dan Elona mendengar suara-suara paling menjijikan yang pernah mereka dengar.

Kalian engga boleh tahu.

Masih kecil.

Intinya sangking menjijikkan nya, debaran jantung Gellan kembali normal.

Ck-ck-ck.

***

Keduanya keluar setelah mengurung diri selama hampir setengah jam, jika bukan karena Bel Istirahat mungkin mereka akan mendengar suara yang lebih dari sekedar ciuman. Wajah mereka sama-sama pucat, untunglah mereka hanya mendengar, tidak melihat.

Gellan tidak percaya, ternyata hubungan Bianva dan Noel sudah sejauh itu. Bianva ternyata gadis yang liar, ia tidak lemah-lembut dan baik seperti ketika ia bersama Gellan. Wah bodoh sekali Gellan selama ini, sebenernya apa yang ia lihat dulu sampai bisa menyukai Bianva.

Otak Gellan waktu kelas 10 benar-benar harus dipertanyakan.

Elona sendiri sudah merasa lebih baik sekarang, rasa takutnya hilang dan digantikan dengan rasa jijik.

Benar-benar, dasar ABG.

"Nanti aja pulang, tunggu jam pelajaran." saran Gellan.

Elona mengangguk setuju. "Iya,"

"Mau ke kantin sama gue?"

Gadis itu menatap Gellan aneh.

"Maksudnya kantin di belakang sekolah," Gellan tertawa geli. "Disana sepi."

Dia pernah mendengar tentang kantin belakang sekolah. Kantin itu milik istri dari satpam sekolah ini, yang tinggal dekat dengan sekolah mereka. Kantin itu terletak di bagian belakang dekat kolam ikan milik sekolah, lantainya tanah, warungnya terbuat dari kayu, aroma amis selalu tercium karena dekat kolam ikan.

Biasanya hanya satpam dan petugas sekolah yang istirahat disana, murid-murid juga diizinkan datang, tapi anak orang kaya mana yang mau menghadiri tempat jorok seperti itu.

"Eng-"

Elona ingin menolak, sayangnya perutnya menang lomba lari melawan mulut.

Kedua pipi Elona memerah, ia malu.

"Mau kan?" Gellan tersenyum jenaka.

Gadis itu mengalihkan pandangannya, kemudian mengangguk kecil.

Gawat! Elona sangat imut! Membuat Gellan hampir gila dan memiliki niat untuk mengigit pipi gadis itu.

Pikiran biadab.

Jadi disinilah mereka berdua.

Duduk sebelah-sebelahan, ditemani bau amis yang didominasi aroma gorengan yang baru masak. Dari tempat mereka duduk, samar-samar suara air yang mengalir terdengar, itu suara kolam ikan milik sekolah.

"Lo mau makan apa?" tanya Gellan.

Elona tidak pernah datang kesini, ia tidak tahu apa aja yang ada. "Ngikut aja."

"Oke." Gellan tersenyum senang. "Bude pesan Nasi Goreng spesial dua, teh dingin satu." Dia hanya memesan satu teh dingin, Elona itu tidak suka teh, ia lebih suka Susu, Jus atau air putih.

Pengetahuan umum tentang Elona yang ia dapatkan ketika menjadi Ares.

Catat itu.

"Bude kira siapa, eh ternyata Gellan." Bude adalah panggilan khusus untuk pemilik kantin belakang sekolah. "Kemana aja kamu? 2 bulan lebih engga kemari."

Gellan tertawa kecil. "Gellan kecelakaan Bude, baru sembuh kemarin, koma sebulan, pemulihan sebulan."

"Oalah, sekarang sehat kan? Masih muda kok sakit-sakitan, hati-hati naik motornya, nyawa manusia hanya satu, engga kayak kucing yang punya 9 nyawa." Buda tiba-tiba meletakkan sepiring gorengan di meja mereka. "Nih Bude kasih, obat sembuh, makan yah, pacar kamu juga." Dia mengedipkan sebelah matanya.

"Saya bukan pacarnya," jawab Elona dengan senyuman kecil.

Jelb!

Kata-kata Elona menusuk setiap sel yang dimiliki tubuh Gellan.

Lebay njir.

"Oh bukan, otw tuh, nanti juga jadi." Bude tersenyum menggoda.

Elona menggelengkan kepalanya. "Engga akan pernah terjadi." Kenapa harus dipertegas dua kali Elona!?

Apa gadis itu tidak merasa kasian padanya?

Gellan batuk darah rasanya.

Bude menatap Gellan prihatin. "Kasian kamu."

Tahu gue! Batin Gellan.

***

TERIMA KASIH UNTUK KATA-KATA SEMANGAT KALIAN DI PART SEBELUMNYA (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)😭

AKU TERHURA BANGET 🤧

MAACHI, MAACHI, POKOKNYA MAACHI.

MAAF YAH ENGGA BISA BALAS SATU-SATU, HUHUHUHUH.

POKOKNYA MAACHI.

Soryy capslock hehehehe 🤭

Elona : terima kasih berkat dukungan kalian, Kak Hana engga akan drop cerita ini, tetap kirimkan dia dukungan yah 😉

Hana : Maachi Elona! Aku janji akan membahagiakan kamu huweeeee.....

Gellan : itu tugas gue! Jangan diambil.

Hacim....

Eh kelupaan.....

Terima kasih sudah membaca 😘

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now