"Lily punya banyak warna, ada yang mirip warna pink ini. Ada kuning, putih, hijau juga ada."

"Biru, ada tidak?"

"Eumm...Tante belum pernah lihat. Tapi mungkin ada."

"Kalau ada aku ingin warna biru saja."

"Kenapa warna biru?"

"Karena aku suka warna biru soalnya mirip laut." cengir Nia "Tante suka warna apa?"

"Warna putih."

"Kenapa warna putih? Bukannya putih itu membosankan?"

Kate menggeleng "Mungkin, tapi artinya bagus."

"Bunga juga punya arti?"

"Sama seperti bunga ditaman ini yang punya arti kehormatan abadi. Lily juga punya arti sendiri. Terutama kalau warna putih artinya kelahiran kembali."

"Kelahiran kembali?" Nia menautkan alisnya bingung dengan kalimat yang baru dilontarkan tantenya itu.

"Kau akan mengerti saat besar nanti." Kate menepuk pelan kepala Nia.

Meski tidak mengerti tapi Nia tetap tersenyum pada yang dikatakan tantenya itu.

Kate tersenyum pada Nia

"Tante bisa minta tolong sama Nia?" ucap Kate manis.

"Bisa. Karena tante sudah kasih Nia cemilan, Nia akan bantu tante dengan gratis. Tolong apa?" sahut Nia semangat.

"Bunga lily yang tante suka berada didekat pagar disana. Bisakah Nia memetiknya?" pinta Kate.

"Oke, tante"

Nia segera menuju kearah gerbang itu. Demi tantenya, dia berjalan dengan riang menuju kearah tempat yang seharusnya tidak pernah dia datangi.

Kate hanya tersenyum melihat kaki-kaki kecil keponakannya berjalan menuju kearah tempat terlarang itu.

*******
M

asa kini...

"Nirinia?" panggil wanita yang baru saja masuk itu.

Meski sudah bertahun-tahun tapi wajahnya tidak jauh berbeda malah sama saja dengan 12 tahun yang lalu.

Masih cantik dan kencang, benar-benar tidak terlihat seperti wanita berusia pertengahan 40-an.

"Kau benar-benar Nia?" Kate langsung memeluk Nia erat.

Sementara, Nia hanya bisa diam karena merasa sesak. Aroma lily yang dimiliki Kate terlalu menyengat hidungnya sampai dia merasa sangat mual. Baunya terlalu kuat.

"Tante sudah dengar kalau kau kembali kepulau. Maaf karena tidak menyapamu." Kate melepaskan pelukannya dari Nia dan tersenyum lembut.

Ketiganya hanya bisa melihat pemandangan itu dengan senyum tipis.

Tidak mungkin, mereka tidak tau jika Nia adalah bagian dari keluarga Baskara dengan nama belakang yang mencolok itu.

"Tidak masalah, tante. Nia mengerti kalau tante sibuk" jawab Nia berusaha keras menahan napasnya agar tidak semakin mual.

"Kalian sudah tau 'kan Nia adalah keponakanku. Anaknya pemilik pulau, Nirinia Silvia Baskara."

Kate memutar tubuh Nia hingga menghadap Isa, Niko dan Reza.

"Dia dulu pernah tinggal disini. Tapi demi melanjutkan sekolah, dia harus pindah keluar pulau. Harap maklum, jika dia tidak paham peraturan disini" lanjut Kate bersikap seolah-olah peduli pada Nia.

ReverseWhere stories live. Discover now