"Ja-ngan!" Elona langsung keluar dari bilik toilet. "Jangan tinggalin aku sendiri disini." Elona takut, bagaimana jika Bianva atau orang suruhannya masuk dan menyakitinya seperti dulu.

Dia takut sendiri

Risa kembali mengirim pesan.

Gua di depan.

"Bentar gue ambil obat dari teman."

"Bentar aja kan?" Ugh, dia sangat imut ketika menatap Risa seperti ini.

Risa mengangguk. "Bentar doang, di depan pintu aja." Rasanya seperti punya anak perempuan yang takut ditinggal sendirian.

Elona melepaskannya.

Risa keluar dari toilet dan meminta obat dari seseorang itu.

"Dih perhatian banget," sindir Risa.

Laki-laki itu tidak mengatakan apapun dan segera pergi. "Balik, gue udah pesanin dia sesuatu."

"Iya." Risa kembali masuk.

***

Ketika mereka kembali tidak ada satu orangpun di meja itu.

Elona dan Risa ditinggal berdua.

"Mereka ngerokok, biasa."

Elona duduk di tempat awalnya bersama Risa tentunya, ada yang berbeda dari meja sekarang, ada banyak piring yang berisi Tiramisu.
Elona menatapnya dengan penuh nafsu lapar, ia sangat ingin memakan itu, sepertinya ia akan memesannya.

"Ah, itu teman gue pesan, katanya buat lo."

Elona menunjuk dirinya sendiri, untuk apa teman Risa memesankan sesuatu? Apa mereka juga ingin menyakitinya.

Risa mengangguk. "Makan aja berapa lo sanggup, gue temanin sampai siap, engga ada orang juga disini jangan malu."

Elona menatap piring-piring yang berisi Tiramisu itu, kira-kira ada 5 piring. "Boleh makan? Engga ada racun?"

Risa melotot ngeri. "Sekejam apa hidup lo sih?! Engga ada racun!". Dia memakan sesendo Kue. "Kalau engga mau biar gue buang." Ancamannya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya dan langsung menyuapkan sesendok ke dalam mulut. "Aku makan, jangan buang."

Rise menghembuskan nafas kasar. "Habisin."

Rasanya sangat enak sampai membuat Elona ingin menangis. Tiramisu adalah Cake pertama yang ia rasakan dan itu pemberian seseorang yang menolongnya ketika ia SMP dari kakak kelas mesum yang ingin menyentuhnya. Ia tidak pernah bisa melupakan bagaimana rasanya, sangat enak hingga membuatnya berhenti menangis saat itu.

"Enak banget yah?" tanya Risa.

Elona mengangguk. "Banget," dia menggigit bibirnya, berusaha untuk tidak menangis. "Sayang banget Ares tidak bisa makan ini." Bocor sudah keran air mata Elona, dia nangis dan Ares selalu menjadi sumber tangisannya.

Risa mengacuhkan puluhan pesan yang tiba-tiba masuk ke ponselnya.

Acuhkan saja, jangan pedulikan.

"Oh yah habis ini kita pulang kan?"

Risa tidak mengangguk dan juga menggeleng. "Tidur di tempat gua aja malam ini, besok pulang gue sekolah kita ke rumah sakit dan ambil kunci lo."

"Eh jangan!" seru Elona. "Aku engga mau ngerepotin orang, aku ini beban." Dia menunjuk dirinya sendiri.

"Gue yang undang kenapa harus merasa repot?" Risa bertanya santai.

Elona terdiam. "Tapi, aku pasti ganggu kamu."

"Engga sama sekali, gue tinggal di Apart, sendirian, jadi lo bisa santai."

Elona mengigit bibir dalamnya. "Engga usah repot-repot, kamu bisa antar aku langsung ke rumah sakit dan pergi."

Risa menghela nafas. "Gue engga akan pergi sebelum puas main, tunggu jam 1 baru gue pulang."

Elona melotot ngeri. "Malam banget!"

"Yah gue cewek berjiwa bebas, engga ada jam malam di jadwal gue." Dia meminum minumannya.

Elona diam, ia kembali menghabiskan Tiramisunya. "Yaudah aku ikut kamu pulang."

Risa tersenyum puas. "Gitu dong."

Kelima piring Tiramisu itu dihabiskan Elona dalam sekejap, Risa langsung meminta pelayan untuk membawa piring kotor itu pergi.

"Masih lapar?"

Elona menggelengkan kepalanya. "Udah kenyang." Dia sangat puas.

Risa tersenyum miring, ia menyodorkan segelas air pada Elona. "Pesan lagi, kalau masih lapar."

Elona meneguk minumannya. "Engga kok."

"Malam ini Gellan yang traktir kita! Jangan ragu untuk mesan!"

Elona tersentak kaget saat segerombolan laki-laki itu kembali hadir dan duduk di kursi mereka masing-masing, dia merapatkan dirinya pada Risa.

Hanya gadis itu yang bisa ia percayai sekarang.

"Asyik, gue mau pesan minuman paling mahal disini." Risa mulai membuka buku menu minuman haram.

"Jangan kebanyakan minum Ris," suara Gellan terdengar.

Elona tidak mau menatap laki-laki itu dan firasat nya saja atau bukan entah kenapa sejak ia ada disini Gellan terus-menerus memperhatikannya.

Membuat Elona risih dan merasa mual.

Jangan sampai Tiramisu itu ia muntahkan, harganya mahal.

"Santai, santai, gue tahu batasan kok." jawab Risa tanpa mengalihkan pandangan dari buku menu.

Elona rasanya ingin kabur saja.

***

Terima kasih sudah membaca.

Asyekkkkkk Gellan udah ketemu tuh sama Elona, sayangnya Elona takut sama Gellan.

Sekarang misi Gellan ada banyak banget.

Ayo semangatin dia hehehe 🤭

Btw kalian suka gak cerita  transmigrasi dengan latar belakang suami-istri, CEO gitu wkwkwkw aku pengen buat cerita kayak gini tapi rada ragu takut engga laku 😂

Maaf aku unpublish kemarin aku lagi ngambek sama diri sendiri 🗿

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now