1. Ingin Bercerai

43.1K 309 6
                                    

Hola, happy reading and enjoy!

Chapter 1

Ingin Bercerai

Cameron duduk mengangkang di atas paha seorang pria yang berusia lebih muda darinya, pinggulnya meliuk-liuk seiring rintihan kenikmatan yang meluncur dari bibirnya. Jemarinya mencengkeram pundak pria yang bernama Ben dengan erat, sama eratnya seperti kewanitaannya yang menjepit kejantanan Ben.

Matanya terpejam, bibirnya terbuka sementara peluh membasahi sekujur tubuhnya. "Ben! Oh, Tuhan... ini benar-benar menyenangkan!"

Ben menyeringai seraya meremas bokong sintal Cameron. "Kau menyukainya?"

Cameron membuka matanya. "Aku selalu menyukaimu. Milikmu besar dan, ough... panjang!"

"Hanya itu?" Ben meremas bokong Cameron, kali ini lebih kuat lalu dengan kasar menjambak rambut di belakang kepala Cameron hingga wanita itu terdongak ke belakang.

Cameron tersenyum nakal dan mendorong Ben, membuat posisi Ben berbaring di atas tempat tidur hotel yang empuk. "Kau juga tahan lama."

Ben terkekeh senang. "Kau bilang tiga puluh menit lagi kau harus bertemu pengacaramu, bukan?"

"Kuharap pengacaraku mengerti kalau aku terlambat karena kebutuhan yang mendesak."

"Kalau begitu, aku akan melakukannya dengan cepat tetapi...." Ben membalikkan posisi mereka dan menjadikan Cameron berada di bawahnya sementara kedua kaki Cameron berada di pundaknya.

***

"Aku tidak akan hadir ke mediasi itu," kata Cameron Dylan.

Wanita berambut pirang dengan penampilan glamor di depan Sheila itu adalah kliennya yang menggugat cerai suaminya dengan alasan karena terlalu banyak perbedaan dalam rumah tangga mereka yang tidak dapat lagi dipaksakan.

"Miss Dylan, kurasa suamimu benar. Kau harus mempertimbangkan kembali perceraian ini," ucap Sheila, sebagai pengacara kasus perceraian ia harus bersikap paling tidak berpura-pura agar kliennya mempertahankan rumah tangganya.

"Tidak, Miss Rikkrad. Kami benar-benar harus bercerai."

"Aku mengerti kesulitanmu, Mrs. Dylan. Tetapi, setidaknya kalian harus berhadapan untuk menjernihkan masalah dalam rumah tangga kalian sebelum memutuskan untuk bercerai," ujar Sheila setelah menghela napasnya dalam-dalam.

"Tidak, aku tidak bisa bertahan lagi." Cameron menatap Sheila dan memperlihatkan keseriusan di wajahnya. "Ya Tuhan, kau tidak akan mengerti jika tidak berada dalam posisiku."

Sheila berdehem pelan. "Kau bilang suamimu bukan tipe pria yang bertempramen buruk dan bahkan tidak pernah berkata kasar, kondisi keuangan kalian juga tidak ada masalah. Jadi, kurasa tidak ada masalah serius dalam hubungan kalian."

Cameron mendengus dan menatap Sheila lekat-lekat lalu menjepitkan sejumput rambutnya yang tergerai di wajahnya dan sedikit lepek ke belakang telinga dengan jari-jarinya yang kukunya dicat dengan warna hijau neon. "Ya. Aku memberitahumu, tetapi terkadang tempramen sedikit tinggi dan kata-kata kasar diperlukan juga dalam sebuah hubungan."

Sheila mengulum senyumnya. Mungkin Cameron adalah salah satu wanita masokis, pikirnya. Tetapi, sepertinya ucapan wanita di depannya bukan merujuk pada hal-hal seperti itu.

Ia kemudian menjilat bibirnya. "Sepertinya kasus perceraianmu akan panjang jika suamimu bersikeras untuk mempertahankan rumah tangga kalian dan tentunya kau tahu, 'kan? Kau mungkin akan mengeluarkan lebih banyak uang untuk membayar perceraian itu."

"Aku tahu, uang bukan masalah," kata wanita yang diketahui oleh Sheila berusia empat puluh dua tahun.

Cameron berlatar belakang keluarga berada, begitu juga suaminya Cameron yang merupakan seorang pengusaha yang cukup sukses. Meskipun berlatar belakang keluarga berada dan memiliki suami, Cameron tidak serta-merta menjadikan dirinya wanita yang manja dan bergantung kepada suaminya. Ia juga memiliki bisnisnya sendiri yang tentunya tidak kalah dari suaminya sehingga ia mampu mengangkat dagunya berbicara kepada pengacaranya jika uang bukan masalah.

Sheila menghela napasnya dan tersenyum. "Baiklah kalau begitu, aku akan berusaha sebaik mungkin untukmu, Miss Dylan."

Cameron memperbaiki posisi duduknya. "Begini, Miss Rikkard. Aku juga menginginkan hak asuh ke dua anakku."

Sheila mengangguk. "Kurasa itu bukan hal yang mustahil jika terbukti suamimu adalah pria yang tidak kompeten mengurus anak." Sheila membenarkan posisi kacamatanya dengan gayanya yang sangat elegan. "Tetapi, jujur saja melihat keadaan sekarang ini aku merasa sedikit tidak yakin, suamimu pasti akan mengajukan banding."

"Lakukan apa saja asal aku bisa bercerai darinya."

Sheila tersenyum tipis. "Begini, Miss Dylan. Sebagai pengacaramu, aku ingin tahu apa sejujurnya yang melandasi keinginanmu berpisah dari suamimu."

Bersambung...

SELINGKUH (21+)Onde histórias criam vida. Descubra agora