Dua Puluh Delapan

Start from the beginning
                                    

"Kenapa?" Tiba-tiba saja Gellan berbisik di samping telinganya.

Elona semakin merunduk, jantungnya berdebar kencang, ia takut. "Gak apa-apa." jawabnya, Elona rasanya ingin menghilang dari semua orang kenapa Gellan harus duduk dan berbicara dengannya.

"Nama lo Elona kan?"

"I-ya."

Gellan tersenyum tipis. "Gue Gellan," dia mengeluarkan tangannya.

Ragu-ragu Elona menyambut uluran tangan Gellan. "Elona," ia langsung melepaskan tangan Gellan.

"Seingat gue kita satu sekolah, lo di kelas IPA 1 kan?"

Elona mengangguk, tangannya bergerak gelisah, dia memegangi apapun yang bisa ia pegang. "I-ya."

"Gue di IPA 2."

"I-ya."

"Wali kelas kalian Bu Lidia kan? Guru Fisika."

"I-ya."

"Mata pelajaran dia susah banget, gue baru balik dari koma 2 bulan."

"I-ya."

"Banyak pelajaran yang tinggal."

"I-ya."

"Lo mau ajarin gue gak?"

"I-ya," Elona sepertinya kamu salah jawab. Ia sadar di detik selanjutnya. "Engga." Cepat-cepat ia mencegah.

Gellan tertawa. "Lo udah jawab iya loh, engga bisa ditarik lagi."

Eh? Bisa gitu? Elona bingung sendiri jadinya.

"Cari orang lain aja, banyak orang pintar di IPA 1." Elona mengambil sepotong Kentang Goreng di atas meja, ia menggigitnya.

"Gue engga kenal orang lain, gue kenalnya lo."

Elona menggigit bibir bawahnya, kenapa laki-laki ini menggangunya? Apa ia tidak tahu kalau sikapnya membuat Elona sangat tidak nyaman.

"Maaf, aku engga bisa."

"Kenapa?"

Karena kesal Elona mendelik pada Gellan.

Laki-laki itu tersenyum hingga menunjukkan lesung pipinya. "Akhirnya lo lihat gue."

Sejak tadi Gellan berbaring di atas kedua lengannya, ia menatap fokus pada Elona. "Daritadi gue ngomong lo lihat bawah terus, ada apa disana? Kasih tahu dong, gue kan penasaran." Dia menyerang Elona dengan banyak pertanyaan.

Elona memutuskan pandangan mereka. "Engga ada apa-apa." Setidaknya lebih nyaman melihat lantai daripada wajah Gellan.

"Lebih nyaman lihat lantai daripada gue yah?"

Elona tersedak makananya, buru-buru ia meneguk air minumnya.

"Maaf, gue engga bermaksud." Gellan kembali duduk tegak, sekarang ia berbincang dengan laki-laki yang duduk di depannya.

Entah kenapa sekarang Elona sedikit meresa bersalah.

"Zain sama Hery kok engga ikut?"

"Malas mereka," jawab Gellan, ia membuka Cola nya dan meneguknya hingga habis.

"Lo haus apa doyan?" tanya Yasghir.

"Haus," dia meremukkan botolnya.

Risa tertawa, dia cikukan. "Gellan mah haus kasih sayang, hahahaha." Kasian sekali Yasghir, dia menjadi samsak pukulan Risa sejak tadi.

"Lo haus belaian!" seru Yasghir.

"Aku keluar sebentar." Elona bangkit dan berjalan dari sisi belakang Gellan, tanpa menunggu jawaban siapapun gadis itu berlalu pergi.

Terlalu lama disana, entah kenapa diam-diam Elona merasa kesepian. Tidak ada siapapun yang ia kenal di meja itu, awalnya cukup menyenangkan namun, jika terlalu lama segala pikiran negatif dan perasaan negatif berkumpul menjadi satu hingga membuat Elona sedih.

Keluar dari Cafe, Elona duduk asal di bangku yang sudah disediakan, menarik nafas dalam-dalam, ia berusaha mencari ketenangan.

Terlalu menyesakan disana, terkadang ia sulit bernafas dan keberadaan Gellan semakin membuat tidak nyaman.

Menyalahkan ponsel, Elona melihat jam, ternyata sekarang sudah pukul 11 malam. Risa bilang ia akan pulang jam 1 nanti, Elona akan duduk disini sampai jam 1, biarlah udaranya dingin yang penting dia merasa nyaman.

Sebenarnya dia ngantuk, Elona hanya tidur 2 jam tadi pagi, ia belum puas tidur.

Kepala Elona hampir terjatuh beberapa kali, ia mencubit pahanya untuk menghilang rasa ngantuk ini, menutup mulutnya ketika menguap dan sesekali mengucek-ngucek matanya yang berair.

Sangat mengantuk.

Gellan langsung menahan kepala Elona sebelum jatuh, laki-laki itu menghela nafas lega, untungnya ia mengikuti Elona keluar. Dia duduk disampingnya dan menyadarkan kepala gadis itu di bahunya, ia membentang jaketnya dan menutupi tubuh Elona dengan itu.

Nafas Elona terdengar teratur, ia tidur nyenyak.

Senyum manis terukir di bibir Gellan, ia genggam kedua tangan mungil gadis itu.

"Sekarang aku ada disini, aku akan selalu melindungi mu." Dia mencium satu-persatu jemari gadis itu.

Aroma yang sangat ia suka dan akan selalu menjadi candu nya.

***

UWEK ! 😭😭😭

Kalian tahu gak sih sebenarnya aku engga bisa bikin adegan uwu-uwu itu sebabnya Lamiya-Alfred, Helios-Altheya, engga ada adegan berduaan gitu aku engga bisa nulis plus jijik 😂

Ngetik part ini aja aku agak merinding gimana gitu.

So jangan terlalu berharap sama adegan uwu-uwu yang dibuat sama Hana 🤣🗿👍

Paling dikit-dikit doang, yah mungkin ha-ha-ha-ha.

Terima kasih sudah membaca.

Nanti deh aku cari referensi lagi, gimana caranya buat adegan uwu-uwu.

Semoga aku dapat ilmu yang bagus dan bisa dicurahkan di cerita ini.

Sabar yah Gellan dan Elona 😭 emak kalian mau riset dulu biar adegan uwu-uwu engga cringe.

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now