Putri adalah salah satu teman sekelasnya, dia tukang gosip, pesan itu dikirim pagi ini dan ia juga mengirimkan sebuah foto.

Elona membukanya.

Yah tipe seseorang yang tidak akan pernah hidup di dunia yang sama dengannya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Yah tipe seseorang yang tidak akan pernah hidup di dunia yang sama dengannya.

Elona keluar dari WhatsApp, ia mengunci ponselnya dan memejamkan mata, ia mau tidur.

Ia akan bangun siang dan melihat anime yang ia ikut setelah bangun.

Ketika Elona sedang tidur sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.

+628**********

Elona?

Pesan selanjutnya masuk.

***

Siang harinya Elona bangun karena suara ribut dari kendaraan motor yang melaju di depan rumahnya, gadis itu menguap lebar, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Elona menghela nafas, dia kembali hidup, padahal setiap saat yang Elona inginkan hanyalah kematian.

Menyalakan ponselnya Elona terkejut ketika melihat pesan dari nomor yang tidak dikenal dan pesan masuk yang mengatakan bahwa Kouta internet sudah habis.

Yah sudah sebulan, tentu saja habis.

Elona melempar asal ponselnya, sudah tidak ada yang bisa ia lakukan lagi.

"Belajar ah," ia mengeluarkan buku-buku dan berkutat dengan soal hitungan yang dalam waktu singkat bisa ia kerjakan.

Satu buku LKS nya sudah ia selesaikan dengan ini semua LKS dari semua pelajaran yang ia miliki sudah Elona tamatkan.

"Sudah tidak ada yang bisa dikerjakan," Elona melempar semua Buku LKS nya.

Gadis itu telentang di lantai.

Sampai kapan semua ini berjalan?

Elona ingin cepat-cepat mengakhirinya.

Ketukan di pintu menyadarkan Elona dari dunia mimpi, gadis itu menyipitkan matanya.

Pasti Dokter Eben.

"Elona, kamu tidak akan keluar lagi hari ini?"

Benar saja, itu Dokter Eben.

"Kamu tahu ada teman kamu di depan, katanya dia mau jenguk kamu."

Engga peduli.

Lagian Elona tidak punya teman.

Pasti itu Bianva, atau salah satu temannya, mereka pasti datang untuk menyakiti dirinya. Seluruh tubuh Elona bergetar, ia menutupi kedua telinganya. Tidak mungkin kejadian saat itu bisa dengan mudah ia lupakan, sampai kapanpun Elona tidak akan lupa, har itu akan menghantuinya seumur hidup.

Di minggu-minggu pertama Elona mengurung diri hampir setiap hari ia selalu bermimpi buruk, ia tidak pernah tidur dengan nyenyak. Elona mengalihkan rasa takutnya pada belajar, kemudian kalau bosan ia mulai menonton kartun masa kecilnya dan secara perlahan-lahan ia mulai terjun ke dunia Anime, bahkan Elona memiliki keinginan untuk pergi ke Jepang jika ia masih diberikan kesempatan untuk hidup.

Kadang ia menangis karena adegan Bullying di beberapa anime, ia akan menjerit-jerit seperti orang gila jika ada adegan seorang karakter yang meninggal, dia tidak akan merasakan apapun jika ada adegan baik dan romantis, rasanya Elona sudah mati rasa.

Lagian ia tidak akan pernah mengalami musim semi di hidupnya.

Oh yah, bagaimana ini, ia tidak bisa menonton anime yang ia tunggu-tunggu itu.

Elona menelan Saliva-nya, apa ia harus meminta dibelikan Kouta internet pada Dokter Eben, tapi Elona tidak mau merepotkan orang lain, ia hidup sampai sekarang saja pasti sudah merepotkan Dokter Eben.

"Elona kamu membutuhkan sesuatu?"

Eh?

Elona menatap pintu, kenapa Dokter Eben terlihat seperti bisa membaca pikirannya.

"Katakan apapun, teman kamu bilang akan membelinya untukmu."

Teman? Apa dia memiliki seorang teman?

Tidak ada.

Tidak ada yang bisa ia sebut teman selama ini.

Elona berjalan mendekati pintu, perlahan-lahan ia membuka kuncinya.

Menarik nafas dalam-dalam, Elona membuka pintu.

Dia mengalihkan pandangannya, tidak ingin menatap wajah Dokter Eben yang terlihat sangat senang.

"Aku engga punya teman," lirih Elona. "Tidak ada yang mau berteman dengan ku, jadi jangan mengejek." Dia menatap tajam Dokter muda itu.

Dokter Eben tertawa geli. "Kamu terlihat sangat tidak sehat," dia mengelus rambut Elona, gadis itu kurus dan tidak terawat.

Elona diam, ia menerima perlakuan Dokter itu. "Aku baik-baik saja."

"Benarkah?"

Elona mengangguk. "Hm," dia terlihat lucu dan menurut. "Dokter Eben aku butuh sesuatu."

"Butuh apa?" tanya Dokter Eben.

Elona menatapnya tajam. "Kuota aku habis, beliin."

Dokter Eben tertawa geli. "Oke, ada yang lain?"

"Engga ada." Elona menggelengkan kepalanya. "Itu bayaran karena bohong sama aku." Elona menegaskan.

"Dokter engga bohong kok," Dokter Eben memanggil seseorang dengan lirikan matanya. "Kamu beneran punya teman."

"Engga ada!" seru Elona.

"Lalu dia siapa?"

Elona menatap syok seseorang yang tiba-tiba muncul di depan pintu Kosan nya.

***

Guys jujur aku lagi engga mood ngetik.

Jadi jujur sama aku....

Menurut kalian sejauh ini ceritanya gimana?

Thanks untuk jawabannya. 😉

Your Guardian Angel (The End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora