Vier tersenyum senduh, air matanya menumpuk di pelupuk mata. "Iya, Papa juga minta maaf, maafin Papa."

"Lalu..." Gellan menelan Saliva-nya dengan susah payah. "Tolong Elona..." Mata Gellan rasanya masih berat.

"Elona?" gumam Vier.

Gellan mengangguk kecil. "Tolongin dia...Papa bisa kan?" Ia tidak ingin tidur sebelum mendapatkan kepastian.

Vier tidak tahu siapa itu Elona namun ia bisa menyuruh orang untuk mencari tahu siapa itu. "Baiklah, Papa akan menolong dia."

Gellan tersenyum lega, dia kembali memejamkan matanya. "Lakukan diam-diam yah Pa... Terima Kasih..."

Dia tertidur.

"Dia hanya tertidur, anda bisa tenang, ia akan bangun disaat kondisinya menjadi lebih baik."

Vier mengangguk mengerti. "Tolong jaga dia, saya harus melakukan sesuatu."

Dokter dan Suster mengangguk mengerti.

Vier keluar dari ruangan inap Gellan, ia langsung menghubungi beberapa anak buahnya.

"Cari seorang gadis bernama Elona dan cari tahu apa yang terjadi padanya, tidak peduli apa yang terjadi kalian harus melindunginya dan perhatikan dia secara diam-diam."

Ia tidak akan mengecewakan Gellan.

Untuk sekarang Gellan hanya perlu fokus dengan kesehatannya, untuk itulah dia membawa Gellan ke Negara ini.

***

Ares sudah pergi.

Dia sudah pergi.

Sekarang apa yang harus ia lakukan.

Seorang gadis duduk bersimpuh di samping sebuah pemakaman, kemeja hitam yang ia gunakan menunjukkan kesedihan yang mendalam, bahu kecil yang lesu, mata bengkak, kedua tangan yang penuh dengan bekas tanah.

Elona termenung di samping pemakaman adiknya.

Matanya kosong dan mati.

Sekarang ia kehilangan tujuan hidupnya.

Apa yang harus Elona lakukan?

Semua tujuan hidup selalu berhubungan dengan Ares.

Ia bekerja untuk mengobati Ares.

Ia sekolah untuk memberikan kehidupan yang lebih baik untuk Ares.

Ia tersenyum dan tertawa karena Ares.

Ia sanggup bertahan hidup karena Ares.

Bukankah sekarang akhirnya?

Elona bisa pergi kan?

"Kakak nyusul kamu yah..." lirih Elona. "Kakak engga bisa mikir apa-apa sekarang, kakak mau lihat kamu, kakak izin ikut yah..." Dia tersenyum linglung. "Ares...Ares... Ares...Ares... Ares-nya kakak jahat."

"Kakak sendirian sekarang, engga ada seorangpun di samping kakak."

Air matanya terus mengalir. "Bagaimana kakak bisa bertahan sekarang?!" Elona menjerit seperti orang gila, ia menangis.

Kenapa takdir sangat kejam padanya.

Ia baru saja merasakan kebahagiaan sebulan ini dan semua itu hilang seperti busa.

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now