Chapter4

290 4 0
                                    

Talisa baru selesai mengganti bajunya, namun saat ia hendak membuka pintu terasa ada yang mengganjal, pintunya susah dibuka. Talisa mencoba menggedor-gedor pintu dan berteriak meminta tolong berharap Dea atau siapapun mendengarnya.

  Lama Talisa menggedor pintu namun tetap tak ada yang menyahuti ataupun menolongnya. Talisa sudah merasa capek, namun ia tak pantang menyerah, ia terus berteriak meminta tolong.

  "Tolong.. Siapapun yang ada diluar tolong.."
Dorrr.. Dorrr.. Dorrr...
  Talisa menggedor pintu toilet yang terbuat dari seng, namun tetap tak ada satu orang pun yang merespon. Padahal dia mendengar banyak sekali siswa yang berlalu lalang didepan toilet. Tiba-tiba rasa takut menyergap dirinya karena bau melati yang tercium oleh hidung mungilnya, Talisa mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru toilet, mengedarkan pandangan dengan takut-takut, dalam hatinya ia berharap tak ada makhluk apapun disana.

Talisa merapalkan doa yang ia bisa, tak hanya dalam hati dalam lisan pun ia merapalkan nya. Talisa terus meminta tolong hingga ia merasa lemas tak bertenaga, ia terduduk di lantai toilet, Talisa menyandarkan punggungnya di dinding toilet, dan memeluk lututnya dengan sekuat mungkin. Talisa hanya makan tadi pagi saja dan itupun dia hanya makan sepotong roti isi, ditambah lagi kegiatan olahraga yang mampu menguras habis tenaga Talisa.
  
   Talisa mencium bau yang amat busuk dan menyengat bau terlihat sangat dekat dengannya, ia melihat sekeliling namun tak ada bangkai atau apapun yang menyebabkan bau, bau itu semakin lama semakin menyengat hingga membuat Talisa tak tahan untuk tidak memuntahkan isi perutnya, Talisa kembali menyenderkan punggungnya setelah memuntahkan isi perutnya, ia menangis, ia ketakutan.

Talisa mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya ia kala melihat sebuah penampakan yang sangat menyeramkan, bajunya lusuh, wajah yang penuh luka dan luka itu di hinggapi belatung-belatung yang amat menjijikkan, sosok itu duduk diatas pembatas bilik, menunduk dan tersenyum kepada Talisa, senyuman yang terlihat mengerikan, bagaimana tidak bibirnya yang membentuk senyum itu melebihi batas dan mengeluarkan darah yang terus menetes membuat siapapun yang melihatnya akan berigidik ngeri.

  Talisa berteriak sekencang kencangnya, ia memeluk lututnya dengan sangat kuat, ia membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya, badannya bergetar hebat, hanya menangis dan meminta tolonglah yang ia bisa lakukan saat itu.

  "Hiii.... Hiii... Hiiii..." Sosok itu sepertinya sangat menikmati pemandangan dibawahnya, Talisa yang ketakutan mampu membuat sosok itu terkirim bahagia.

  Suara yang memekikkan telinga tak sedikitpun, Talisa hiraukan, ia semakin kencang menggedor pintu dan semakin kencang berteriak dan semakin kencang pula sosok itu terkikik.

  "Siapapun tolong....." Teriak Talisa, sebelum akhirnya sosok itu turun dan berdiri dibelakangnya, Talisa merasa tengkuknya meremang hebat, perlahan ia menoleh dan
  "Aaaaaa...."

  "Hiii... Hiii... Jangan takut Sa.." Suaranya yang parau dan mengerikan, mencoba menenangkan Talisa.

  "Si.. Si.. Siapa kamu?" Talisa mencoba memberanikan diri untuk bertanya
  "Aku sahabat kamu saa.." Suara paraunya kembali terdengar, Talisa memberanikan diri untuk menatap wajah sosok itu.

  "Sssa.. Sahabat?" Sosok itu mengangguk, sedikit menjauhkan tubuhnya dari depan Talisa dan menangis. Talisa terkejut akan hal itu, tangisan itu terkadang berubah menjadi tawa, tawa yang melambangkan keputus asaan, tangisan yang pilu, itulah yang sosok itu tunjukkan. Talisa terus memperhatikan sosok itu, ia mulai memikirkan tentang kata sahabat yang sosok itu lontarkan. Sahabat?.

  Sosok itu menatap Talisa, dan perlahan wajahnya berubah menjadi gadis seusianya, mata Talisa terbelalak lantaran terkejut, ia menutup mulutnya tak percaya, dia..

Misteri Toilet SekolahWhere stories live. Discover now