Talisa mengucapkan salam dan melambaikan tangannya kepada orangtuanya saat Dea melajukan sepeda motor yang mereka tumpangi.

  Dengan penasaran tingkat tinggi Dea bertanya pada Talisa, "tadi tuh kenapa sih Sa? Tante Daisy kok sampai nangis-nangis kayak gitu?"

  "Nggak kenapa-napa kok de" Jawab Talisa sekenanya.

  "Nggak kenapa-napa kok sampai nangis-nangis gitu?" Ucap Dea seperti memancing Talisa untuk bercerita. Diam, tak ada suara. Talisa tak menjawab pertanyaan tuntutan dari Dea.

  Sebenarnya yang membuat Talisa enggan menjawab bukan karena ia menutupi kejadian semalam, hanya Saja kini ia masih berfikir satu hal yang tiba-tiba melintas di benaknya, siapakah yang memanggilnya tadi malam? Suara parau itu? Ia merasa tak pernah ikut campur dalam urusan apapun tapi kenapa ada makhluk yang berniat menganggu nya.

  Sepanjang perjalanan tak ada yang berbicara baik Dea maupun Talisa, bahkan sampai mereka tiba disekolah, Talisa masih enggan berbicara dengan Dea. Bukan karena dirinya marah pada Dea tapi, karena suara parau itu.

  "Sa.. " Panggil seseorang, "kenapa?" Tanya Talisa, Dea mengernyitkan dahinya, dia tak merasa memanggil ataupun mencolek Talisa.

  "Apanya yang kenapa?" Tanya Dea balik.

  "Ga usah bercanda deh, ini tuh masih pagi, jangan bikin aku tambah badmood yah!" Tegas Talisa, Dea semakin dibuat bingung dengan pernyataan Talisa.

  "Siap yang bercanda sih Sa! Aku tuh nggak manggil kamu!" Ucap Dea yang tak kalah bersungut-sungut, Talisa dibuat bingung karenanya, ia tidak tuli kan? Ia mendengar dengan jelas bahwa ada orang yang memanggilnya.

  "Kamu serius?" Tanya Talisa memastikan

  "Serius lah" Jawabnya Dengan wajah yang memang tak memancarkan kebohongan sama sekali, apakah dia benar-benar salah dengar?, Talisa meletakkan bokongnya di tempat duduknya lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja dengan kedua tangan yang ia lipat sebagai tumpuan nya.

  "Kamu kenapa sih Sa?" Tanya Dea bingung, tak bisanya Talisa lemas pagi-pagi. Talisa hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah yang tetap ia telungkupkan.

  Pelajaran pertama diisi oleh pelajaran yang tidak terlalu Talisa sukai yaitu Bahasa Inggris, ia sama sekali tak bersemangat sepanjang pelajaran ia terus meletakkan kepalanya di atas meja, beruntung guru mapelnya bukanlah guru killer. Hingga pelajaran berakhir Talisa sama sekali tidak mengangangkat kepalanya, dan berapa beruntungnya dia, karena sama sekali tak ditegur oleh Bu Guru.

  Jam pelajaran berganti, kini kelas X AKL2 berada di lapangan sekolah , mereka sedang mempraktikkan permainan sepak  bola. Talisa terlihat tak tertarik dengan kegiatan itu, entah mengapa❓, padahal bayangan kejadian semalam telah hilang di benaknya, ia merasakan hal yang tidak normal pada dirinya, ia merasa bahwa ini bukanlah dirinya. Talisa terus berusaha merapalkan doa dalam hatinya, namun rasanya begitu sulit, jangankan doa, basmalah saja ia seperti kesulitan.

  Dea yang berdiri agak jauh Talisa, terus memperhatikan Talisa yang sedari tadi memejamkan matanya seperti menahan sesuatu, Dea menghampiri Talisa dan membawa Talisa ke tepi lapangan.

  "Kamu baik-baik aja sa?" Tanya Dea dengan nada khawatir, saat mereka sudah duduk di bangku yang berada di tepi lapangan. Talisa menggeleng pelan, ia sungguh tak bisa berujar hal sepatah kata pun.

  Akhirnya jam pelajaran olahraga telah usai, Dea mengajak Talisa untuk pergi ke UKS namun, Talisa menolak, katanya ia ingin mengganti bajunya terlebih dahulu.

  Talisa mengganti baju di toilet yang berbeda dengan Dea, hal itu memang sudah menjadi kebiasaan Talisa, ia tak ingin berganti baju dengan siapapun. Dea selesai terlebih dahulu, ia menunggu Talisa didepan pintu toilet yang Talisa pakai untuk berganti baju, lama Dea menunggu namun Talisa tak kunjung keluar.

  Dea memutuskan untuk mengetok pintu toilet yang terbuat dari seng itu untuk memanggil Talisa.

  "Sa.. Udah bel.." Belum selesai Dea berucap, Talisa sudah keluar dengan keadaan rapi, namun bedanya wajah Talisa terlihat pucat dan tak berenergi. Talisa berjalan mendahului Dea, pandangannya lurus ke depan dengan tatapan yang terlihat kosong, langkah Talisa begitu cepat hingga Dea harus berlari untuk mengejarnya.

  Talisa, duduk di bangkunya dengan tatapan tetap kearah depan, Dea terlihat kebingungan ia mencoba mengajak Talisa ke UKS namun Talisa menjawabnya hanya dengan gelengan kepala. Dea semakin dibuat bingung oleh tingkah Talisa.

  "Sa,, are you okay?" Tanya Dea, namun pertanyaannya itu malah dibalas lirikan sinis dari Talisa, wajahnya yang pucat mampu membuat Dea ketakutan dan merinding. Ia memutuskan untuk diam dan tak lagi bertanya pada Talisa.

*

*

*

*

Halo Guys(^o^)

Terimakasih banget buat kalian yang selalu setia dan sabar menunggu cerita ini UP. ˙˚ʚ(´◡')ɞ˚˙

Author minta maaf nih, kalau misalkan ada kesamaan nama tokoh, kejadian, atau tempat. Memang sebagian tempat author ambil dari daerah tempat tinggal author, tapi kalau nama dan alur cerita atau kejadian itu semua murni dari pikiran author. (ʘᴗʘ✿)

Maaf juga kalau ceritanya agak gak nyambung, soalnya autor baru belajar nich(*´∨'*)

Satu lagi jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini ya(●♡∀♡)

See you the next time(◍•ᴗ•◍)

Misteri Toilet SekolahWhere stories live. Discover now