8.

4.8K 645 49
                                    

"Nak, ada yang ingin bertemu denganmu."

Sunoo menoleh kebelakang, rambutnya yang sudah sedikit panjang tertiup angin dengan cantiknya. Dia berdiri, lalu menundukkan kepalanya sebagai salam dan hormat untuk Putra Mahkota Suwon, Park Sunghoon.

"Ibu tinggal dulu ya? Ibu ambilkan teh dan manisan."

Sunghoon mengangguk dan mengucapkan terimakasih. Setelah ibu Sunoo pergi, Sunghoon berjalan mendekati Sunoo yang sedang berdiri di halaman belakang rumahnya. Halaman belakang rumah Sunoo memang luas, halamannya juga langsung menyatu dengan hamparan rerumputan hijau dan bunga yang membentang menuju bukit kecil yang juga merupakan bukit di belakang sekolah mereka berdua.

Bukit yang dulu sering menjadi tempat pelarian keduanya saat ingin menyendiri yang berujung selalu berdua. Keduanya saling menemani, seolah tidak terpisahkan.

"Bolehkah aku bergabung?"

"Putra Mahkota, ada keperluan apa menemuiku? Apa ada sesuatu yang mendesak?"

"Tidak ada. Aku hanya mendengar bahwa kamu kembali ke Suwon. Dan sesuai janjiku, aku akan segera menemui mu saat kamu pulang."

Sunoo mengingat kembali janji yang pernah Sunghoon buat 6 tahun lalu.

"Sejauh apapun kamu pergi. Aku harap kamu selalu bahagia. Dan kapanpun kamu pulang, aku berjanji aku akan segera menemui mu secepat yang aku bisa. Jaga dirimu baik-baik dan jangan sakit."

"Sudah 6 tahun, Putra Mahkota masih mengingatnya."

"Aku tidak pernah ingkar dengan janjiku."

"Aku tau...."

Sunghoon duduk diatas rerumputan terawat di halaman belakang rumah Sunoo, hal yang sama juga Sunoo lakukan.

"Kamu masih suka duduk diatas rerumputan ini, tidak berubah."

"Sepertinya aku memang masih aku yang dulu.........." Sunoo tersenyum, "Melihat Putra Mahkota yang sekarang, membuatku sadar bahwa manusia bisa berubah kapanpun. Perubahan yang Putra Mahkota alami adalah perubahan yang baik. Aku ikut senang melihat Putra Mahkota yang sekarang."

"Kamu juga mengalami perubahan yang jauh lebih baik. Kamu berhasil menjadi permaisuri Namyangju. Aku bahkan belum menjadi seorang Kaisar."

"Sepertinya tidak......aku tidak berhasil."

"Kamu sudah berusaha sebaik yang kamu bisa. Jika kita sudah berusaha sebaik mungkin, maka tidak ada kata tidak berhasil. Hanya saja waktu kita mungkin sudah selesai untuk hal itu. Kamu sudah berusaha, tapi waktu kamu untuk menjadi permaisuri Namyangju hanya sampai disini. Jangan merendahkan dirimu sendiri. Hanya diri kamu sendiri yang tau sekeras apa kamu berusaha. Jika kamu menyalahkan diri sendiri, siapa yang akan membelanya? Kamu juga butuh kata-kata semangat yang datang dari hatimu sendiri. Bukan orang lain."

"Tapi.....aku benar-benar tidak berhasil. Masih ada tanggung jawab yang harus aku selesaikan. Tapi aku memilih berhenti."

"Itu adalah tugas Kaisar Namyangju. Tugasmu hanya membantunya. Jika kamu lelah membantunya, maka berhenti. Ini bukan salahmu sama sekali."

"Apa aku boleh berhenti hanya karena aku lelah?"

"Apa kamu tidak boleh berhenti saat kamu lelah?"

Mata keduanya bertemu. Sunoo merasa hatinya membaik hanya dengan kata-kata Sunghoon. Sesungguhnya, hanya kata-kata seperti ini yang dia butuhkan. Sunoo tidak sadar air matanya menetes, dia membuang muka dan menghapus air matanya.

"Sedewasa apapun Kim Sunoo. Bagiku, Kim Sunoo tetaplah anak kecil. Menangis bukan hal yang memalukan. Kamu bisa menangis jika ingin."

Kini hanya hening yang menyelimuti keduanya. Sunoo berusaha untuk tidak menangis meski air mata terus saja mengalir. Sedangkan Sunghoon hanya diam membiarkan Sunoo menangis.

"Aku selalu menyalahkan diriku sendiri. Aku berpikir aku terlalu egois mengambil keputusan ini. Aku bingung dan tidak tau langkah apa yang harus aku ambil. Benar atau salah. Aku bingung. Aku merasa buruk untuk diriku sendiri. Harusnya tidak seperti ini. Harusnya aku bisa bertahan. Tapi rasanya terlalu sakit bagiku bertahan sendirian. Aku baru tau bahwa cinta bisa sangat menyakitkan sepertinya ini."

"Cinta tidak menyakitkan, Kim. Yang menyakitkan adalah harapan kita sendiri."

Sunoo menatap Sunghoon dengan mata sembabnya. "Kamu bicara seperti kamu sudah sangat berpengalaman dalam hal cinta."

"Aku tidak berpengalaman. Tapi aku tau."

"Bagaimana kamu tau?"

"Karena kamu."

"Aku?"

"Sejak kecil, aku pikir aku senang melihatmu sebagai teman, kamu selalu ada dan selalu tersenyum setiap saat. Tapi aku salah. Saat Heeseung datang dan bilang kalau dia menyukaimu. Aku merasa buruk. Bahkan di hari pernikahan kalian, aku tidak berani datang bukan karena aku sibuk, tapi karena aku pengecut. Aku terlalu takut mengakui bahwa perasaan yang aku miliki bukanlah hanya sebatas rasa suka pada teman. Tapi aku mencintai temanku. Aku jatuh cinta padamu, Kim Sunoo. Sejak hari pertama kita bertemu. Kamu berhasil membuat aku jatuh cinta."

"......."

"Aku tidak ingin menjadi pengecut lagi. Aku tidak ingin melihatmu menangis seperti ini lagi, entah menangis karena orang lain atau karena aku. Air mata tidak seharusnya ada di wajahmu. Aku akan menunggu kamu berpisah dengan Heeseung dan menunggu kamu siap membuka hati lagi. Satu tahun, dua tahun, kapanpun, akan aku tunggu. Beri tahu aku saat kamu sudah siap menerima aku. Tolong jangan tolak aku. Kim Sunoo. Aku tidak ingin merasakan sakit yang sama lagi. Aku benar-benar tidak ingin kehilangan kamu lagi."

Sunoo mematung. Dia meraba perut datarnya. Lalu menunduk dan menangis hebat.

"Sunoo, ada apa?"

Sunoo masih terus menangis.

"Sunoo? Apa yang salah?"

"Aku tidak bisa menikah dengan mu, Putra Mahkota. Aku tidak bisa menikah dengan siapapun lagi."

"Apa maksudmu?"

Sunoo menatap Sunghoon dalam, "Aku hamil.............aku sedang mengandung anak Kaisar Lee Heeseung."

Sunghoon menatap perut datar Sunoo dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Aku akan pergi dari sini ke tempat yang sangat jauh. Aku akan membesarkan anak ini sendirian. Aku tidak mungkin menikah lagi. Menikah dengan orang biasa saja mustahil rasanya. Apalagi menikah dengan calon penerus tahta sepertimu. Aku tidak pantas sama sekali. Aku sudah pernah menikah, dan kemudian gagal, ditambah aku membawa anak dari pernikahan ku yang sebelumnya. Aku tidak layak........Jika Putra Mahkota serius dengan apa yang tadi Putra Mahkota ucapkan, maka aku benar-benar minta maaf. Putra Mahkota layak mendapatkan seseorang yang lebih baik dari aku."

"Menikahlah denganku."

"Putra Mahkota."

"Berapa usia kandungan mu?"

Sunoo menggeleng.

"Berapa Kim Sunoo?"

"Aku tidak yakin.....dokter bilang masih sangat muda."

"Maka sepertinya kurang dari satu bulan. Menikah denganku. Lahirkan anak itu sebagai anak kamu dan anakku."

"Itu tidak mungkin. Jika seperti itu, tahta selanjutnya istana Suwon akan turun pada anak ini. Dia bukan darah daging kamu. Aku tidak mau menipu siapapun."

"Darah bukan segalanya. Anak kamu, maka dia adalah anakku juga. Jangan keras kepala. Aku akan membantumu bercerai dengan Heeseung. Lalu menikah lah denganku. Jangan pergi kemanapun. Kembali ke sisiku, kita kembali seperti dulu. Aku mohon. Aku tidak ingin kamu menjalani hidup yang berat lagi. Dengarkan aku sekali ini saja. Percaya padaku, aku bukan Heeseung. Kamu sangat mengenal aku. Percaya padaku, ya?"

Setelah hening cukup lama. Akhirnya Sunoo mengangguk, dia melihat keputus-asaan dalam tatapan Sunghoon, dan jika harus ada satu orang di dunia ini yang Sunoo percaya selain keluarganya, maka dia adalah Sunghoon. Dari dulu, Sunoo selalu percaya pada Sunghoon, itu akan tetap sama sampai kapanpun.

"Jangan kecewakan aku, Putra Mahkota."

"Tidak akan, Sunoo. Tidak akan pernah."












^^

THE SUN [ SUNSUN ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang