Aluna: 01

10 3 0
                                    

Hai hai hai, Liz bawa cerita baru nih. Jangan lupa dibaca dan di vote ya. Partnya nggak bakalan banyak kok, mungkin belas-belasan udah tamat. Liz males basa-basi. Awokawok

Oke mulai, ya!

"Mencintaimu adalah takdirku, kecewa? itu urusanku." -Aluna

Happy reading
______________________________________

Malam semakin larut, seorang gadis melangkah tanpa tujuan dengan fikiran berkecamuk di kepalanya. Siang tadi, lebih tepatnya jam 13:30 ayahnya, cinta pertamanya dimakamkan.

Air matanya mengalir deras, sederas hujan yang saat ini mengguyur kota.

Aluna Belvina Sanjaya namanya, gadis cantik puteri tunggal dari almarhum Dhika dan Elva.

"Luna!"

Gadis yang dipanggil berbalik, sosok ibunya yang tak kalah kacaunya dengan Luna tengah menatapnya sendu dengan mata bengkak. "Pulang, nak. Ikhlas kan ayahmu."

Tangis Luna semakin pecah dan berhambur kepelukan sang Ibu. "Luna nakal, ya Bun? sampai-sampai Ayah ninggalin Luna untuk selamanya."

"Luna anak baik, Ayah sayang sama Luna. Tapi, Tuhan lebih sayang sama Ayah. Ikhlasin ya, sayang. Nanti Ayah sedih kalau liat puterinya nangis gini."

"Luna pengen dipeluk Ayah, Bunda."

Kringgggg ...

Bunyi alarm menggema disebuah ruangan persegi empat. Sang pemilik tempat langsung terbangun dari tidurnya dengan banjir air mata. "Luna mimpi itu lagi." Gadis itu terkekeh pelan. Entah berapa kali dalam sebulan ini ia memimpikan hal yang sama.

Sepertinya Luna sangat merindukan ayahnya.

Gadis itu langsung beranjak dari tempat tidur dan bergegas mandi. Hari ini hari senin, ia tidak ingin terlambat.

Dengan kecepatan kilat, Luna menyelesaikan mandinya, berpakaian dan menata wajah serta rambutnya. Setelah itu ia langsung keluar dari kamar dan menuju ruang makan.

Hari ini ia kembali sarapan sendiri, karena bundanya akan tiba di Indonesia sore nanti. Seminggu tidak bertemu, Luna jadi merindukan wanita paruh baya itu.
.
.
.
Setelah menyantap sarapan, handphone Luna berbunyi pertanda pesan masuk. Gadis itu menatap layar ponselnya, pesan dari sang kekasih. Senyumnya mengembang setelah tahu jika lelaki yang dicintainya sudah menunggu diluar.

"Kak Andre nepatin janjinya."

Ia bergegas pergi, tidak lupa berpamitan dengan sang asisten rumah tangga. Saat menapaki halaman, sosok lelaki tinggi tengah bersandar ke badan mobil dengan tangan terlipat. Lelaki itu pun tersenyum hangat, sehangat matahari pagi ini.

"Pagi kak Andre." Sapanya.

"Pagi juga Luna. Ayo berangkat, nanti terlambat. "Andre membukakan pintu belakang membuat Luna heran. "Kok dibelakang, kak?"

"Ada Cayla di depan. Gak pa-pa kan kalau Luna duduk dibelakang?"

Luna melirik sedikit kearah kursi depan, benar ada Cayla-sahabat Andre disana. Luna hanya bisa mengangguk dan masuk ke mobil diikuti oleh Andre yang menempati kursi kemudi.

Sepanjang perjalanan, Luna hanya diam menatap Cayla dan Andre bercanda. Seakan Luna tak ada di antara mereka.

Sedikit informasi.
Cayla Cecilia, sahabat Andre sejak sekolah dasar. Keduanya dari kecil selalu bersama. Namun, suatu hari mereka berpisah karena tuntutan pekerjaan dari ayahnya.

Dan 1 bulan ini, Cayla kembali ke Indonesia karena ayahnya kembali ditugaskan di tanah kelahiran.

Dan lebih parahnya lagi, Cayla di vonis penyakit leukimia. Yang mana, Andre sebagai sahabat selalu menuruti kehendaknya. Bahkan, Luna yang berstatus sebagai kekasih harus mengalah.

ALUNAWhere stories live. Discover now