Tangan wanita itu terangkat. "Tidak perlu memperkenalkan diri, aku hanya sebentar disini." Dia memberikan keranjang buah itu pada Elona. "Kamu pacarnya, terima ini."

"Ah saya bukan..." Elona tidak sempat melanjutkan kata-katanya, Ares tiba-tiba memeluknya dengan erat.

"Dia kelihatan baik-baik saja, kenapa sih sialan itu berkata dia hampir mati." Dia menatap Gellan dengan dingin. "Cepetlah sadar, kau menghabiskan terlalu banyak uang disini, jika tidak mau mati saja."

Hery, Zian, Elona, Dokter Eben langsung kehilangan kata-katanya.

"Apa-apaan...anda benar-benar..." Hery bersiap membalas, namun Zian langsung mencegahnya.

Mereka tidak memiliki hak untuk berkata-kata.

Suara tamparan tiba-tiba terdengar, Vier muncul dan menampar pipi mantan istrinya itu.

"Aku meminta mu datang bukan untuk berkata seperti itu!? Bagaimana jika Gellan mendengar nya?!"

Dia sudah mendengarnya.

Gellan ada disini.

Dia menatap tidak percaya pada Papanya.

Pria itu menampar seseorang yang ia cintai hanya untuk melindungi dirinya.

Kenapa?

Kenapa?

Kenapa?!

Apakah pria dingin dan tidak berperasaan itu benar-benar menyayangi dirinya?

Elona terkejut ketika mendengar tangisan Ares, dia meletakkan keranjang buah itu sembarangan. "Maafkan saya..." Dia merunduk sopan dan pergi.

Zian dan Hery mengikutinya, begitu juga dengan Dokter Eben.

***

Papa adalah seseorang yang sangat ia benci.

Sejak dulu.

Dia tidak pernah memuji Gellan, membanggakan Gellan, memperhatikan Gellan, atau memberikannya hadiah selain uang.

Tipe pria yang menganggap uang adalah kebahagiaan.

Sementara Mamanya adalah seseorang yang sangat ia cintai.

Wanita itu memberikannya kasih sayang dan perhatian yang sangat besar kepada Gellan.

Ketika Gellan sakit wanita itu ada mengurus dirinya, ketika Gellan sedih dia memeluknya, ketika Gellan juara kelas dia membuatnya kue untuknya dan ketika Gellan ulang tahun dia yang pertama kali mengucapkannya.

Jadi kata-kata yang diucapkan wanita itu tadi cukup menyakiti Gellan hingga ia tidak memiliki alasan untuk berhenti menangis.

Selama ini ia salah mencintai dan membenci seseorang.

"Jangan nangis Ares, tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja." Elona menepuk-nepuk pundak Ares dengan lembut, air matanya terus mengalir, bibirnya mengerucut, wajahnya dibenamkan di dada Elona, dia menangis hingga nafasnya sesenggukan.

"Cup, cup, cup mau cokelat gak? Permen?" Zian juga ikut membujuk, dia mengeluarkan semua benda-benda kesukaan anak kecil.

"Lo ngapain ikut bujuk?" tanya Hery.

"Kasian Hery, lihat matanya sampai merah, nafas aja susah." Zian lemah terhadap anak kecil.

"Ck," Hery berdecak kesal, kebalikan Zian, ia benci anak kecil. "Gila nyokap sih Gellan engga punya hati." Dia masih tidak percaya dengan kalimat yang diucapkan wanita itu tadi, Mama nya tidak pernah mengatakan hal seperti padanya meskipun ia sering membuat masalah.

Gellan tiba-tiba menarik rambut Hery.

"Argh! Tuyul sialan! Heh murid beasiswa! Ikat adik lo!"

"Ares!" Elona panik sendiri, ia berusaha menarik tangan Ares dari rambut Hery namun, cekraman Ares sangat kuat.

"Putus! Putus! Kulit kepala gue putus! Gila!" Hery menangis, tarikan bocah kematian itu sangat keras.

"Lo jangan gerak bego, diam!" Zian ikut membantu, ia memberikan Ares segala jenis barang untuk membujuk bocah laki-laki itu agar berhenti menjambak rambut temannya. "Nih duit, lo mau duit?" Dia mengeluarkan uang berwana merah.

Secara ajaib permen cokelat kalah dari uang seratus ribu.

Gellan melepaskan rambut Hery dan mengambil uang itu.

Ia kembali menyembunyikan wajahnya di dada Elona.

"Gila! Dia beneran tuyul!" Hery menatap bocah laki-laki itu, ia melotot ngeri.

"Maaf, maaf, maaf..." Elona merunduk beberapa kali. "Maaf adik aku udah kasar sama kamu." Bianva sudah cukup sulit untuk dihadapi, ia tidak mau berurusan dengan teman-teman Gellan.

Elona takut pada Gellan.

Ia tidak mau menjadi sasaran empuk Gellan.

"Sialan," Hery mengacak-acak rambutnya.

Zian memerhatikan Elona dengan baik. "Ternyata lo cantik juga yah,"

Gellan melotot, ia menatap Zian dengan mengerikan.

Zian mundur beberapa langkah, kenapa bocah itu menatapnya seperti itu. "Gue engga tertarik sama kakak lo," seram.

Gellan kembali memeluk Elona, lihat saja nanti, ketika ia balik ke tubuhnya, ia akan menghajar Hery dan Zian.

"Lo benar juga," Hery menarik dagu Elona, ia menyeringai. "Dia cantik."

Gellan langsung mengigit tangan Hery.

"Argh!"

***

Maaf kayaknya aku engga up dulu beberapa hari ke depan huhuhuhuh.

Draft aku tinggal dikit, aku kurang ada waktu untuk nulis karena anak aku lagi sakit hiks.

Dia lemas, engga mau makan, kurus, bulu nya banyak yang gundul, dan beberapa bagian tubuhnya luka-luka, kayak di ujung ekor, kaki, sama bokongnya

Hiks sedih banget aku.

Gellan : anak?

Author : hiks, iya, anak gue bulunya warna hitam putih

Gellan : oh Kucing?

Author : anak gue.

Gellan : Kucing.

Author : anak gue!

Gellan : Kucing!

Elona : hm, Gellan kamu tahu semua pecinta kucing menganggap kucing mereka adalah anaknya.

Gellan menatap Elona : oh, aku kira anak beneran tapi kok berbulu gitu

Author : Gellan bodoh!

Maaf kalau ada typo yah hehehe.

Tandai aja.

Your Guardian Angel (The End)Where stories live. Discover now