05. A Suspect

208 39 5
                                    

🍓🍓🍓

"Taehyung!"

Jinhee berlari mengejar Taehyung yang hampir saja membuka pintu.

"Di luar hujan semakin deras, lebih baik kau tetap di sini menunggu hujan reda. Aku tak ingin kau berkendara di cuaca buruk seperti ini." Saran Jinhee sambil menahan bahu Taehyung agar kekasihnya itu tak keluar.

"Hujan sudah lebat sejak aku berkendara mengantarmu ke sini. Jadi, apa yang harus dihindari? Ini hanya hujan!" Taehyung berujar ketus.

Jinhee tersenyum tipis. "Ada apa hm? Hari ini kau mudah marah," Jinhee memasangkan jas Taehyung, "Kalau kau ingin pulang, tapi kenapa kau sampai meninggalkan jasmu? Apakah karena kau sedang marah sampai membuatmu melupakan hal-hal kecil?" Jinhee menepuk-nepuk pelan dada Taehyung, merapikan jas di badan tegap Taehyung.

"Kau tahu kan bagaimana jika aku sedang kesal?!"

"Aku mengerti kau sedang kesal, tapi aku tak mengerti apa yang membuatmu sampai sekesal ini. Apa ini hanya karena maeuntang Soojin?"

"Rasanya buruk sekali!"

"Aku tahu, tapi kau marah hanya karena itu? Kenapa? Alasan kemarahanmu sangat sepele, Taehyung. Padahal, kau adalah pria lembut yang hanya berubah keras pada hal-hal tertentu. Hal kecil takkan membuatmu mudah marah seperti ini. Tapi, ada apa denganmu hari ini? Apa kau memiliki beban pikiran yang lain?"

Taehyung mengalihkan tatapannya dari Jinhee. Setelah mendengar setiap penuturan halus Jinhee, kini Taehyung menyadari bahwa sikapnya tadi terlalu berlebihan. Jinhee memang selalu mengerti dirinya. Dan Jinhee langsung bisa memahami kalau memang ada sesuatu yang saat ini bersarang busuk di kepala Taehyung sehingga membuatnya mudah tersulut emosi. Tapi, Taehyung merasa bersalah karena ia tak bisa menceritakan beban itu pada Jinhee. Menurutnya masalah ini terlalu berat untuk bisa ia ceritakan pada orang lain, apalagi masalah ini berkaitan dengan Soojin, jadi wajar saja kalau amarah Taehyung mudah meninggi jika berhubungan dengan Soojin. Sebab, bagi Taehyung, Soojin adalah sumber masalah terbesar yang saat ini terpaksa ia emban. Apalagi ia tak bisa bercerita dan terbuka pada Jinhee. Padahal biasanya ia selalu menjadikan Jinhee orang pertama yang mengetahui keluhannya. Tapi, untuk masalah ini, Taehyung benar-benar tak bisa membaginya pada Jinhee. Alhasil, Taehyung terpaksa berdusta....

"Iya, Sayang! Semenjak mengemban tanggung jawab besar sebagai presdir, aku sering merasa resah. Sesukses apa pun perusahaan yang aku bangun, tetap saja ada masalah, kan?" Taehyung memijit pelipisnya. Saat ini ia tak punya pilihan selain berbohong, menyembunyikan masalah aslinya, dan menjadikan Victory sebagai masalah palsunya, sebab Taehyung tak ingin Jinhee memandangnya aneh karena marah-marah tak jelas hanya karena maeuntang Soojin.

Jinhee mengangguk, "Aku mengerti. Lain kali carilah ketenangan padaku dulu, aku tak ingin kau bersikap kasar seperti tadi di depan orang lain."

"Maaf!"

Jinhee tersenyum, lalu mengelus pipi Taehyung. "Tidak apa-apa. Kali ini aku takkan memaksamu, kalau kau ingin pulㅡ"

"Aarrrkkhhh!!!! To-tolong! Sakit!"

Kalimat Jinhee terpotong ketika jeritan Soojin dari dapur mengudara, berhasil memecah fokus Jinhee, begitupun Taehyung.

"Soojin? Itu suara Soojin? Apa yang terjadi?" Wajah Jinhee berubah panik. Ia langsung menarik tangan Taehyung. "Mari kita lihat!"

"Tapi aku ingin segera pulang," Taehyung masih keras. Ia sama sekali tak ingin kembali dan melihat wajah Soojin lagi.

"Ayolah, kali ini singkirkan egomu! Aku takut terjadi sesuatu pada Soojin!"

Trapped In The Ego ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang