[S2] - 37 | Setelah 15 Tahun ...

67 6 291
                                    

Pekerjaan rutin Arhaan setiap sore adalah duduk berlama-lama di depan laptop saling berkirim email dengan Arshia, baru setelah waktu bermain laptop habis, dia akan belajar dan bermain. Arhaan pun menuruti peraturan yang dibuat Rhea untuk tidak bermain laptop seharian penuh. Tanpa izin dari Rhea, dia bahkan tidak berani menyentuh laptop. Lalu pukul 9 tepat, dia selalu sudah tidur.

Di minggu-minggu pertama, Arshika protes karena setiap sore Arhaan tidak bisa diajak bermain, tetapi lama-kelamaan dia mengerti. Jadi tiap sore Arshika akan bermain di luar bersama Abhram, atau keluyuran bersama anak-anak tetangga. Toh hanya dari pukul 3 - 5 sore Arhaan menghabiskan waktu secara virtual bersama Arshia. Masih ada 22 jam Arhaan menghabiskan waktu bersamanya.

Tahun demi tahun pun terlewati dengan rutinitas yang sama: mengirim email setiap sore. Ketika Arhaan sudah boleh memiliki ponsel sendiri, metode mengirim pesan pada Arshia sudah bukan hanya dari email, tetapi juga beberapa aplikasi chatting instan seperti WhatsApp. Hanya saja mereka tetap sama sebatas berkirim pesan, tidak dengan telepon atau video call, hanya terkadang saja pakai voice note, itu pun jarang sekali.

15 Tahun Kemudian ....

"Kak Arhaan!
Ayah mengizinkanku keluar rumah!
Yaa meski dengan syarat aku harus dikawal Vihaan:'(
Tapi tidak masalah, kau ingin bertemu denganku dan melihat wajahku, kan?
Bagaimana kalau besok kita ketemu?
Aku juga ingin sekali melihatmu setelah 15 tahun.
Apa kau tetap sama atau sudah berubah?
Dan Arshika, aku juga rindu musuh kecilku itu.
Kenapa juga dia tidak pernah mengirim email padaku?
Pokoknya besok kita ketemu, ya!
Aku akan tentukan alamatnya nanti.

Salam manis dan penuh cinta,
Arshia."

Arhaan tersenyum lebar memandangi deretan kata yang terpampang di layar laptopnya itu. Hal yang paling ia tunggu sejak lama, akhirnya akan terwujud juga. Setelah belasan tahun yang lama, ia akan dipertemukan kembali dengan Arshia. Bayangkan saja! Selama 15 tahun, dia bahkan tak pernah sekalipun melihat foto Arshia. Gadis itu selalu menolak mengirimkan foto dan terus berkata, "Aku masih sama seperti waktu kecil, tetap cantik". Ya, Arhaan sepenuhnya percaya, tapi dia tetap ingin melihat foto Arshia sekarang.

Bergegas Arhaan meraih benda pipih di dalam tasnya. Niatnya mau memberitahukan kabar bahagia ini pada adik tercintanya, Arshika. Namun, Arhaan malah dibuat terkejut lebih dulu saat membuka sebuah aplikasi yang menjadi daftar terpenting di ponselnya.

"Sial," rutuknya pelan.

***

"ARSHIKA ... ARSHIKA, DI MANA KAU?" teriak Arhaan sembari berjalan memasuki rumah. "Ibu, di mana putrimu yang nakal itu?" tanyanya saat melihat Rhea duduk di depan TV menonton serial favoritnya.

"Di kamarnya. Dia baru saja pulang. Ada apa memangnya, Haan? Arshika berulah lagi? Dia kabur atau bolos dari kelasnya lagi?" tanya Rhea.

"Lebih penting dari itu, Bu," balasnya sembari melangkah cepat-cepat ke kamar Arshika di lantai atas.

"Arshu!" panggil Arhaan tepat di tengah pintu, menghentikan Arshika yang hampir saja menarik selimut.

"Eh, Kakak. Ada apa, Kak?" Arshika memasang senyum termanisnya, tetapi justru itu tampak menyebalkan dan petakilan di mata Arhaan.

"Apa semua ini?" Arhaan menunjukkan layar ponselnya pada Arshika tanpa lagi berbasa-basi. "Kenapa kau memutus semua pacar-pacarku? Apa masalahmu?!" omelnya.

Our Impossible Love (COMPLETED) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant