"Ini beneran Kay manggil Jevano 'hyung' banget nih? Sejak kapan dah?" Elvino bertanya setelah menyadari panggilan yang diberikan oleh Kayzan untuk Jevano terdengar asing untuknya.
"Udah sejak lama, kak El aja yang gak nyadar." Jawab Kayzan.
"Gegayaan banget manggilnya pake bahasa korea." Cibir Elvino.
"Biarin lah, suka-suka Kay." Balas Kayzan sengit.
Keempatnya mengobrol dengan santai dan membahas banyak hal hingga kedatangan Devano dan Yuna menginterupsi mereka. Tidak dengan tangan kosong, Yuna membawa minuman dan juga camilan untuk disuguhkan pada Jevano.
"Gimana? Udah baikan?" tanya Devano lalu bergabung dengan duduk di sofa yang kosong.
"Udah, om." Jawab Jevano dengan sopan.
"Lain kali kalo ada masalah, diselesain dengan kepala dingin. Ya, kak Tta?" sindir Yuna pada putrinya karena di awal Aletta lah yang tidak ingin bertemu dengan Jevano. "Diminum, Jev." Sambungnya setelah meletakkan minuman dan cemilan tadi di atas meja.
"Makasih, tante. Maaf jadi ngerepotin." Jevano jadi tidak enak karena merasa merepotkan Yuna.
"Gak ngerepotin, kok. Cuma minuman doang." Sahut Yuna. "Oh iya ini ada pempek, oleh-oleh dari Palembang. Kasih ke papa mama mu. Tinggal goreng aja, enak lho." Yuna memberikan pempek frozen yang telah ia beli sebagai oleh-oleh dari Palembang. "Makannya pake itu, cuko namanya biar makin enak."
"Makasih, tante. Mama pasti suka nih." Sahut Jevano dengan sopan. "Kerjaan om disana gimana? Lancar?"
"Lancar banget. Ini makanya om sama tante bisa pulang lebih cepet." Jawab Devano. Jevano hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Masalah di dalam hubungan tuh udah biasa, Jev, kak Tta." Yuna memandang Jevano dan Aletta bergantian. "Kuncinya cuma satu, komunikasi. Jadi lain kali kalo ada masalah lagi, komunikasiin dengan kepala dingin, pasti bakal nemu jalan keluarnya kok. Sama kan kayak sekarang?" tutur Yuna memberikan wajangan.
"Iya, mi."
"Iya, tante. Makasih masukannya." Jawab Aletta dan Jevano hampir bersamaan.
"Cewek tuh emang gitu, Jev. Jadi sabar-sabarin aja kalo lagi ngambek." Devano juga ikut memberikan saran.
"Iya, om. Makasih sarannya." Sahut Jevano.
"Itu yang mentang-mentang abis baikan, nempel mulu papi liat-liat." Sindir Devano melihat Aletta yang tak melepaskan lengan Jevano dari pelukannya. Sebenarnya tadi waktu Devano dan Yuna datang, Jevano sudah mencoba melepaskan pelukan Aletta dari lengannya tapi gadis itu kekeuh tidak ingin melepaskannya.
"Iya nih, padahal tadi aja katanya gak mau ketemu sama Jevan. Sekarang malah lengket banget kayak perangko." Yuna menambahi.
"Biasalah pi, mi, kak Tta kan bucin banget sama Jevan hyung." Kayzan yang tak mau kalah pun ikut menyahut.
Aletta mencibir. "Biarin lah, Tta kangen banget sama Jeje soalanya."
Sementara wajah Jevano sudah bersemu merah akibat digoda oleh anggota keluarga Aletta.
Mereka mengobrol dengan santai dan ringan, sesekali menikmati pempek yang Yuna sajikan. Makanan khas Palembang itu memang tidak pernah mengecewakan, selalu enak di lidah siapapun.
Setelah menelan pempek kedua, Jevano melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Malam sudah mulai larut ternyata. "Om, tante, Jevan pamit, ya. Udah malam ternyata."
"Kok buru-buru, Jev?" Yuna menyahut.
"Jevan udah dari tadi, tante. Udah malam juga sekarang, gak enak kalo Jevan disini sampe larut banget."
YOU ARE READING
Hello, Aletta
Teen Fiction"Anak kalem kan gak pernah bikin ulah." Aletta Florency Mahendra. Putri kedua dari keluarga Mahendra yang melabeli dirinya dengan sebutan 'anak kalem'. Namun 'anak kalem' versi Aletta jelas berbeda. Anak kalem mana yang sering langganan ke BK? Kale...
Part 57
Start from the beginning
