Level 2: "Pipe Dreams"

375 75 14
                                    

Sekarang, Blaze sudah berada di sebuah tempat yang sangat mirip seperti parkiran mall. Ia juga tak terlalu ingat bagaimana dirinya bisa sampai ke tempat ini. Yang jelas, tadi dia hanya berlari kesetanan untuk menghindari makhluk besar mengerikan yang berusaha menerkamnya. Lalu tanpa sadar, dirinya sudah berada di tempat ini.

"Wahh .... Udah kayak di parkiran mall aja nih, ah jadi kangen nge-mall lagi kan gue," gumamnya.

Blaze berjalan pelan mengelilingi tempat itu. Matanya mengedar ke segala arah. Tentunya, Blaze berharap jika disini tak ada lagi makhluk makhluk aneh yang mengejarnya.

Tapi nyatanya, ia salah.

Beberapa menit setelah ketenangan yang dirasakan, lampu lampu disana mulai berkedip. Disusul oleh suara raungan keras dari arah depan. Blaze pun memutar bola matanya malas.

"Ck, lari lagi. Kaga ngerti apa kalo gue tuh capek?"

Walaupun malas, Blaze masih ingin hidup. Dia berbalik, dan berlari kencang. Tak peduli arah yang ia tuju. Yang jelas, ia harus berhasil menghindar dari makhluk aneh yang mengejarnya.

"Ini kira-kira kalo Ice tau gue kejebak disini reaksinya gimana ya? Dia bakal kangen gue kah? Atau jangan-jangan dia malah seneng lagi gue ilang? Adek kurang ajar sih kalo gitu," sempat-sempatnya juga si Blaze ini su'udzon. Ke adiknya sendiri lagi.

Di tengah-tengah perjuangan hidupnya, tanpa sengaja, Blaze tersandung sesuatu yang cukup besar. Membuat ia jatuh ke depan dengan wajah yang lebih dulu membentur lantai beton itu.

"Asu, lagi lari enak-enak juga!" begitulah umpatan dalam hati Blaze sembari ia mengusap-usap hidungnya yang baru saja berciuman dengan lantai.

Lampu perlahan mulai hidup kembali. Setelah Blaze memperbaiki posisinya yang tadinya tengkurap menjadi duduk tegak, ia dapat melihat seonggok tubuh manusia yang sedang tidur tertelungkup di tengah jalan.

Tunggu, tidur ... atau sudah mati?

Tanpa ragu, Blaze menendang-nendang tubuh manusia berbalut jaket biru kusam itu. Awalnya memang tidak keras, tapi lama kelamaan Blaze semakin menambah kekuatan tendangannya. Karena dirasa tak ada respon yang ia dapatkan dari si pemilik tubuh.

"Woy, jangan-jangan ni orang beneran mati lagi?"

Blaze kembali berdiri. Dan dengan tanpa perasaan, ia pun membalik tubuh lumayan berisi itu hingga kepalanya tanpa sengaja membentur tiang yang ada di dekatnya.

Karena benturan yang lumayan kencang tersebut, membuat si pemilik tubuh pun akhirnya terbangun. Pemuda berjaket biru kusam itu segera duduk sembari mengusap dahinya.

"Sialan lo! Bisa ngga banguninnya biasa aja?!"

Blaze melongo dengan mulut terbuka. Merasa kenal dengan wajah pemuda yang baru saja disiksanya tadi.

"IC-hmph!!" Blaze baru akan berteriak kesenangan, kalau saja mulutnya tidak segera dibekap oleh Ice.

"Berisik lo jamet!"

Blaze segera menyingkirkan tangan Ice dan langsung memeluk tubuh berisi adiknya itu. Ia cukup menyesal karena mengira Ice telah mati tadi.

"Ice!! Huhu ... Gue kira lo dah mati tadii ..." ucap Blaze ditengah airmata buayanya.

Ice hanya merotasikan bola matanya malas. Ia pun mendorong kepala Blaze hingga si empu hampir terjengkang.

"Laknat bet lo jadi adek!"

"Bang, kok lo bisa ada disini?" Ice segera mengalihkan pembicaraan. Terlalu malas mendengarkan ocehan alay kakaknya.

"Ngga tau gue juga."

The BackroomsWhere stories live. Discover now