23 | Let Me Hug You

650 160 36
                                    

Aku masih terbayang terus kelakuan si bos tadi. Hadeuh, ini anak perawan tingting lho Pak. Kenapa bisa secuek itu coba? Kan berabe ini ma jantung.

"Mbak Ipeh, ini kenalan sama Mas Ferdy dan Bang Alfan. Mereka satu apart disini lho Mbak..."

Aku yang baru selesai mandi dan menggantung handuk di area belakang, mendapati Gendhis yang datang dengan 2 cowok ganteng disekelilingnya. Bujug, keluarga sultan semua ini wajahnya.

Aku hanya mengangguk kecil saja kepada mereka.

"Nanti malam mereka mau ajak jalan kita mbak, mau ikut gak? Ada taman rame katanya dekat sini.."

"Iya Peh, ayo join.." cetus lelaki berkaos kuning itu menatapku ramah. Wajahnya mirip-mirip pak bos, sepertinya itu sepupu Gendhis. Mas Ferdy.

"Tuh Mas Ferdy ngajak bareng mba. Yuk mumpung disini. Katanya suka ada live music juga.."

"Lihat nanti ya neng, tadi cape banget ke Kastil. Pegel-pegel nih kaki. Hehe.."

"Yah mba, sekalian capek tahu. Biar gak nyesel kalo balik. Jadi banyak yang diceritain. Hehee.."

Aku hanya tersenyum simpul saja menanggapinya. Tapi jujur emang aku capek banget nih kaki. Dah dioles balsem juga masih kerasa. Ish..

"Ya udah istirahat sana mbak. Kali maleman enak. Kita sante koq jalannya ya Mas.."

Mereka hanya mengangguk ramah.

"Kalo kamu mau, aku ada obat Peh. Mau?"

Laki-laki satunya, Bang Alfan terlihat menatapku ramah.

"Boleh tuh Bang Al, kasih aja. Abang mentang-mentang dokter gak jadi ya, obat-obatan tetep tahu dong. Jiwa owner rumah sakit besarnya mendarah daging. Hahahaha.." canda Gendhis ke arah cowok itu.

Oh bener tebakanku.

"Ini coba dulu, kamu istirahatin sebentar. Sayang lho klo dah disini kagak jalan-jalan. Biar seru nanti malem Peh.."

"Mantap. Bang Alfan ini yang punya Andromeda Group Lho mbak Ipeh.. hihiii" (Baca Imperfect Love yaa)

Aku mengangguk lalu menerima obat yang dia sodorkan barusan sebelum mengangguk pamit untuk masuk ke kamar. Agak risih juga kumpul-kumpul dengan orang-orang yang gak aku kenal.

Pak bos tadi betulan pergi lagi usai mengantarku ke hotel yang kami tempati. Gak ada capeknya tuh orang. Workaholic bener.

Aku melepaskan hijabku lalu mengambil minum yang ada di nakas. Perlahan aku merebahkan badanku berusaha meluruskan kaki dan betis yang keknya lemes banget.

Membuka ponselku, aku menemukan banyak notifikasi  didalamnya. Ibu beberapa kali mengirim pesan dan bertanya keadaanku. Jujur aku kangen sama keluargaku. Padahal baru 3 hari aku gak ketemu ya. Hiks.

Gegas aku menekan tombol telephone pada aplikasi hijauku.

"Halo Ibu.. Assalaamu'alaikum.."

💕

Kamarku cukup terang ketika aku terbangun. Wah, aku beneran pules tidur usai telfon orang rumah tadi. Kebo juga nih.

Pasti Gendhis sudah pada pergi karena melihat aku ketiduran tadi. Gak enak kekny dia membangunkan teman kamarnya yang tidur kek kebo.

Perlahan aku mengintip ruangan luar dan ternyata sepi gak ada orang. Betul ternyata, Gendhis sudah pada pergi. Jangan tanya kalo Pak bos, dia pasti asyik kerja diluar sana.

Merasa kosong, aku berjalan menuju pantry berniat untuk membuat minuman hangat. Segelas kopi hangat mungkin akan membuatku lebih fit setelahnya. Untunglah rasa pegalku sudah mulai menguap nih. Tokcer juga obatnya bang Alfan.

Oh iya, Bang Alfan koq perhatian ya? Udah ganteng, ramah pula. Beda banget sama si bos yang satu itu. Cckk, beda level keknya.

Eh tapi, mendadak kepalaku traveling ke kejadian tadi siang. Bujug, anak perawan babeh seintim itu sama cowok? Duh, jantung aja baru kelar jedag jedugnya ini otak dah bandingin sama cowok lain aja. Ipeh Suripeh, kelakuan!

Aku menggerai rambutku yang terasa panas belakangan ini. Mungkin karena sering ku tutup, sudah agak gatal aja ini rambut.

Usai kopiku siap, aku membawanya ke kamar berniat untuk menghabiskannya disana. Jangan sampe aku yang gak berjilbab ketauan cowok cowok itu. Bahaya kan ?

Sayangnya ketika aku hendak masuk ke dalam kamar, pintu berbunyi dan membuatku mau gak mau harus membukanya. Duh, kunci satunya dibawa Gendhis sepertinya.

Gegas aku menyambar krudung hijabku lalu berniat membuka pintu. Dari lubang kecil aku melihat sosok bosku dibalik pintu.

Ketika aku membukanya, terlihat wajah Pak bos yang pucat gak karuan.

"Pak..."

Bukannya menjawab, Pak bos lalu masuk ke dalam dengan mendorong aku agak kasar. Hampir saja aku terhuyung-huyung hendak jatuh.

Pak Bos langsung merebahkan diri di sofa panjang dengan kedua kaki yang masih memakai sepatu lengkap. Lah, ini orang kenapa? Mabok?

Aku lalu menutup pintu dan berbalik hendak masuk ke dalam kamarku. Tapi sebuah erangan kecil terdengar dari arah sofa dan membuatku tercengang. Kepalaku langsung memutar dan kakiku melangkah otomatis menuju sumber suara.

"Permata..." Suara serak memanggil namaku lemah.

Aku menatap wajah itu yang tampak pucat dari biasanya.

"Bapak kenapa?" Tanyaku mulai kuatir. Tumben dia lemah gitu.

"Badan saya gak enak, seperti mau flu dan batuk"

"Lho, emang bapak abis ngapain tadi? Kan sebelumnya gak papa.."

Kepalanya menggeleng kecil. Matanya terpejam dengan tangan bersidekap seperti menahan rasa dingin.

Gegas aku berjalan menuju kamar lelaki itu dan menarik selimut yang ada di kasurnya. Mungkin perlu dihangatkan dengan kain tebal ini.

Aku menutupi tubuh pak bos dari leher hingga kaki rapat dengan selimut tebal dan menatapnya bingung.

"Saya buatkan teh panas ya, biar anget badannya Pak.."

Kepalanya menggeleng kecil. Tiba-tiba tangannya meraih tanganku lalu menarikku erat ke arahnya. Eehh, mau ngapain?

"Dingiinn..." Tuturnya pelan ketika badan kami mulai mendekat amat intim. Wajah kami hanya berjarak sekian inchi saja dan kembali jantungku terpompa kencang.

"Bapaakk.." Aku mencicit hampir tak bersuara ketika lelaki itu mulai mendekapku dengan kencang. Fix, badanku dipeluknya erat dengan selimut tebal sebagai pemisahnya.

"Dingiinn..." Suaranya kian mengecil dengan mata yang mulai tertutup perlahan.

Eh, jangan-jangan dia pingsan?

Aku berusaha melepaskan pelukannya tapi aku merasakan suhu tubuhnya yang memanas bukan kaleng-kaleng. Dia demam? Tangan kiriku menyentuh dahinya dan memang terasa panas membara. Duh, gimana ini?

Baru saja aku sedang berusaha melepaskan pelukannya lagi, terdengar pintu terbuka dan tak lama suara lengkingan Gendhis membahana.

"Mbak Ipeeeh..."

💕

Hola Halo

Aku mulai kenceng update lagi nih, doain yee. Klo komeng ribuan, aku bakalan update soon lagi.

Happy Jumuah Mubarak, Alkahfi Time 😘

Happy Jumuah Mubarak, Alkahfi Time 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siapa Tahu JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang