21 | Neuschwanstein

677 164 28
                                    

Aku menatap jalanan diluar yang begitu cantik dan mempesona. Benar-benar hijaunya bikin mata melek seketika. Sumpah, ini bener-bener bikin pandanganku cerah ceria seketika.

Laki-laki disebelahku hanya melirikku sekilas tanpa pernah melihatku betul-betul.

"Cakep banget ya Pak alamnya. Sumpah saya seneng banget liatnye. Biasa gersang kali ye di Jakarta. Kecuali kalo saya lagi ke kampung babeh dipinggiran Jakarta. Baru deh nemu yang seger kek gini."

Tidak ada respon apapun. Ih, kek patung aja nih orang.

Aku lalu menyalakan ponselku dan memfoto beberapa panorama yang ku lewati. Sesekali aku menyalakan video dan merekamnya untuk aku pamerkan ke babeh sama enyak. Kelak, semoga kami ada rezeki kesini.

Oh iya, tadi kami sudah mengunjungi pabrik mesin Gas yang akan perusahaan kami beli. Ternyata sodara-sodara, si bos ini bahasa jermanny juga membagongkan alias lamcar kek jalan tol.

Aku sendiri inggris sih lancar kalo hanya bicara-bicara. Tapi klo sudah soal teknis, asli aku gak faham bahasa-bahasanya apa.

"Urusan custom untuk pajak aman kan?" Tanyanya kemudian.

Aku yang tengah membidik sebuah rumah pedesaan kontan menoleh. Oh dia lagi ngajak ngobrol.

"So far aman Pak. Dokumen pendukung pajaknya sudah saya foto dan sudah cek di websitenya terdaftar.."

Laki-laki itu mengangguk kecil.

Dih, gitu doang. Aku dah berbusa-busa dia cuma ngangguk doangan. Asem!

Tadi pagi pas berangkat, kami hanya diberi maps lokasi aja sama orang kantornya. Mereka menunggu langsung di on sitenya. Beda banget ya sama di negeri kita. Tamu itu benar-benar di jamu dan dilayani sedemikian rupa. Beda negara beda gaya ternyata. Atau memang si bosnya yang menyatakan siap langsung berangkat sendiri? Entahlah.

Tadi Gendhis mengirimiku foto kalo dia lagi asyik foto-foto di lapangan bola Bayern Munchen yang terkenal itu. Duh itu cewek, gibol juga ya. Hehe.

Kalau cuma berdua gini, mau tidur juga kan gak enak. Masa orang disebelahku ditinggal merem? Bisa di semprit lagi nanti, berabe.

Akhirnya kami tiba disebuah area yang cukup ramai dengan berbagai macam jenis kendaraan. Kebanyakan sih semacam van gitu, bukan mobil bis seperti di Indo.

Aku mengikuti pak bos yang turun duluan dan menggerakan tangan dan badannya. Pegel juga dia, kasian.

"Disini pak kastilny? Koq gak keliatan ya?"

Aku celingak celinguk menatap kiri kanan depan belakang. Mana nih kastilnya?

Telunjuk pak bos menunjuk ke atas dan aku terperangah dibuatnya. Itu ujung atasny doang keliatan. Ya ampun, tinggi bener ya?

 Ya ampun, tinggi bener ya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kastilnya gede kan?😊

Pak bos lalu hendak berjalan menuju sebuah loket tiket untuk membelikan tiket untuk kami.

Siapa Tahu JodohWhere stories live. Discover now