08 | Slepet Bos dosa gak?

735 170 13
                                    

Aku mengerutkan kening ketika bu Mayang memintaku mewakili dia standby untuk konsultasi revisi budget dengan beberapa divisi. Perampingan budget masih belum kelar dan jadinya aku yang disuruh mengawal kembali.

Ternyata Bu Mayang betulan ada rapat dengan Perwakilan Dirjen Pajak jadi dia harus keluar kantor sejak pagi. Ampun deh, i love monday kalo gini.

Diruang rapat, seperti biasa bos-bos itu belum pada datang dan aku harus setia menanti mereka. Tak lama sebuah ketukan cukup keras terdengar seiring pintu terbuka kemudian.

Aku menoleh dan mendapati sosok yang familiar muncul dengan membawa laptopnya.

"Mana Mayang?" Tanyanya heran seraya mengambil kursi yang hanya berjarak 1 meter saja denganku.

Pak Ghazi.

"Maaf Pak, bu Mayang mendadak ada panggilan dari Dirjen Pajak. Jadi sementara saya bantu merevisi budgetnya.."

Sosok itu hanya berdehem kecil lalu fokus pada layar laptopnya yang sudah dibuka.

"Kaki kamu sudah sembuh ya?"

Aku menoleh ke sumber suara. Dahiku mengernyit heran. Koq dia masih inget?

"Izin sakit tapi malah jalan-jalan ke mall. Itu namanya apa?"

Bujug, dia mengenaliku ternyata. Peristiwa malam sabtu kemarin itu padahal aku berusaha menyembunyikan diri.

"Pake nguping pembicaraan orang juga. Kamu penguntit apa?"

Eh eh, koq aku malah dituduh yang enggak-enggak. Amit-amit nih orang.

"Ish Bapak, siapa yang nguntit? Siapa juga yang nguping. Urusan saya apa coba ngurusin Bapak? Emang bapak doang yang boleh ngemall? Mall juga milik umum. Siapa yang larang saya maen kesana? Ngadi-ngadi aja Pak.."

Sosok itu melirikku sebentar lalu kembali ke arah laptop.

"Saya kirim file revisi ke email kamu. Tolong cek lagi. Jika dalam 1 jam tidak ada komen apa-apa, saya anggap urusan budget ini selesai. Kamu gak bisa komplen budget saya tidak memenuhi target perusahaan. Paham?"

Gubrak! Ini orang otoriter banget ya?

"Wait Pak, saya cek dulu sebelum Bu Mayang acc. Kalo sudah Ok baru di masukkan sistem e-budget. Sante Pak.."

Laki-laki itu tidak menjawab lagi tapi malah memiringkan badannya ke arahku. Ish, aku koq malah jadi fokusnya seutuhnya?

"Saya gak mau tahu. Dalam satu jam saya mau segera masuk sistem e-budget. Pekerjaan saya banyak, kenapa harus jadi urusin budget terus? Kamu mau mesin-mesin itu error karena fokus saya terbagi?"

Aku menatapnya menahan kesal.

"Gak usah pasang muka kesal gitu. Yang harusnya bete itu saya, kamu tidak koperatif dengan tugas saya!"

Muke gile?

"Eh Pak, penyesuaian budget ini kan targetnya perusahaan. Bukan maunya saya atau divisi saya. Lagian ditunggu sampe siang apa salahnya sih? Bapak klo mau kerja lagi silakan. Tunggu saja notif dari kami nanti. Lagian bapak ngebet banget pengen cepet di acc? Kebelet kawin apa?? Ehh!!"

Ya ampun, ini mulut koq sompral banget ya! Gegas aku memukul mulutku sendiri dengan tangan kananku. Gawat!

"KAMU!!"

Duh, aku harus kabur kemana coba? Kenapa congorku seember ini? Ampunn!

"Maaf Pak, kelepasan.. hehe.."

Aku berusaha mengajaknya bercanda tapi tampang gagah dan ganteng didepanku ini malah semakin menatapku tajam.

"Eniwey, calon bapak cantik yaa.. cocok tuh sama Bapak.." cantiknya kek setan tapi Pak.

Siapa Tahu JodohWhere stories live. Discover now